Jemima dan Arion adalah mantan sahabat kecil yang dipertemukan kembali setelah 10 tahun terpisah. Jemima yang tidak bisa melawan takdir dan kesempatan yang ada di depan mata, terpaksa harus bertemu kembali dengan Arion yang sudah dianggapnya sebagai musuh.
Hari-hari mereka berlalu dengan banyak percekokan dan adu mulut karena sikap dingin Arion. Jemima merasa bahwa Arion memang sudah melupakan persahabatan kecil mereka yang sempat dinodai pertengkaran hingga perang dingin terjadi di antara mereka berdua.
Bagaimana kisah mereka berdua? Apakah akan menjadi sahabat kembali? Atau cinta bersemi di antara mereka? Ikuti kisahnya di sini ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Othsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Perkataan Michael yang terdengar formal membuat Arion tertawa kecil, sembari menganggukkan kepalanya. Ia menolak ajakan dari Michael, tetapi ia memberi izin kepada Jemima untuk keluar kantor. Jemima hanya bisa pasrah saat mengikuti langkah kedua laki-laki yang sudah merusak ketenangan Jemima, siang itu.
Jemima bisa melihat tatapan bertanya yang tercetak jelas di wajah Dante, Pertiwi dan para staff di ruangan mereka, kala Michael menggandeng tangannya saat akan keluar pintu kantor mereka. Jemima ingin menarik tangannya, tetapi ia mengetahui dengan pasti bahwa Arion sedang memperhatikan gerak-gerik mereka.
Jemima sudah berusaha berbisik, agar Michael melepaskan tangannya tetapi sepertinya lelaki itu mengabaikan perkataannya. Jemima langsung menarik tangannya setelah mereka keluar dari kantor. Michael yang melihat hal itu hanya tersenyum simpul dan melepaskan tangan gadis itu.
Jemima tidak mengatakan apa pun selama mereka di perjalanan, tetapi wajahnya yang bertekuk sudah menjelaskan semuanya. Hal itu membuat Rusli memandang Jemima dengan geli. Rusli mengetahui dengan jelas apa yang terjadi, tetapi ia memilih diam dan membiarkan Jemima menyelesaikan masalahnya dengan Mikael.
“Rus, lu tunggu di sini, gue mau ngomong sama Pak Michael bentar!” tegas Jemima yang membuat Rusli mengangguk, sedangkan Michael langsung mengikuti langkah Jemima. Setelah mereka tiba di taman restoran yang terlihat sepi, Jemima langsung berbalik dan berhadapan dengan Michael.
Ia sudah siap “berperang” dengan Michael karena ia tidak ingin masalah yang dihadapinya jadi bertumpuk-tumpuk dan pada akhirnya membuat ia semakin bingung dan frustasi.
“Maaf Pak Michael karena masalah saya bapak jadi ikut keseret. Saya engga ada maksud memanfaatkan, bapak! Untuk omongan bapak kemarin saya anggap tidak pernah mendengar, saya akan menyelesaikan sendiri masalah saya dengan Arion. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih buat bantuan bapak selama ini!” ujar Jemima dengan tegas yang membuat Michael tersenyum.
“Mima, saya senang kok bisa ngebantu kamu, dan kamu engga perlu merasa engga enak hati dengan yang sudah terjadi beberapa hari ini. Kadang cowok engga bisa memahami perasaannya, sampai ia jumpa dengan orang yang dia anggap sebagai saingannya dan saya orang yang tepat untuk ditunjuk sebagai saingan dari bos kamu itu, kan?”
Michael menuturkan semuanya dengan tenang sembari menepuk bahu Jemima dengan lembut.
“Yang kemarin saya hanya bercanda. Saya hanya mau lihat reaksi kamu aja kok!”
Perkataan Michael membuat Jemima tertegun dan tak lama Jemima menghela nafas lega. Ia menatap Michael untuk mencari kebohongan di wajah lelaki itu, tetapi ia tidak menemukan hal itu. Jemima akhirnya menghadiahkan senyuman terbaiknya kepada sang atasan lamanya itu.
“Jangan senyum semanis itu, nanti saya jadi jatuh suka loh!”
“Pak Michael!”
***
Jemima kembali ke kantor dengan wajah ceria yang membuat Dante dan Pertiwi menggoda dirinya.
“Aihhh, habis kencan. Ibu kok engga bilang punya pacar secakep Pak Michael. Envy buuu!” cicit Pertiwi yang membuat Jemima tertawa kecil.
“Masa pacaran harus dipublikasikan, Tiw? Ini udah tau, kan?” balas Jemima dengan santai yang membuat Pertiwi histeris dan mendapat teguran dari Dante yang berada di sebelahnya. Jemima hanya menggelengkan kepala saat melihat kelakuan bawahannya itu. Ia melirik ke arah ruangan Arion, lalu melangkah memasuki ruangan kerjanya.
Siang itu, suasana di hati Jemima menjadi lebih baik karena pembicaraan yang ia lakukan dengan Michael. Perbincangannya dengan Michael dan Rusli pun membawa angin segar bagi Jemima. Ia tidak lagi merasa gelisah, karena permasalahannya dengan Arion. Baginya kedua sahabatnya itu berniat baik untuk membantu dirinya, dan kali ini ia akan dengan senang hati mengulurkan tangan untuk menerima bantuan itu.
Setelah duduk di kursi kerjanya, Jemima menutup matanya sembari menghela nafas panjang. Ia butuh waktu untuk berdiam sejenak, sebelum kembali ke realita pekerjaannya
“Ekhem….” Suara gumaman seseorang membuat Jemima terkejut dan langsung membuka matanya. Ia mendapati Arion sedang melihatnya dengan tatapan yang mencemooh.
“Well, something wrong? Or terlalu excited jalan bareng Michael?” lanjut Arion dengan nada dingin yang membuat Jemima tersenyum sinis.
“Nothing wrong, I’m just happy! Anyway, ada yang bisa saya bantu Pak Arion? Ngomong-ngomong makasih buat ijinnya tadi….” balas Jemima dengan santai yang membuat Arion mendengus.
“Saya udah ngirim email ke kamu, tolong dicek karena saya butuh data itu jam lima sore ini! Jangan sampai salah karena itu harus saya presentasikan saat rapat direksi sore ini!”
Arion langsung meninggalkan Jemima setelah mengatakan instruksi yang terdengar tegas dan tajam. Jemima mengumpat dan mengutuki Arion karena nada bicaranya yang terdengar begitu arogan dan membuat Jemima muak.
Namun, hal itu hanya berlangsung sesaat, karena setelah Jemima langsung menyeringai licik. Ia mengingat kembali rencana yang sudah mereka susun tadi siang dan hal itu membuat ia kembali bersemangat.
‘Tunggu aja Arion, setelah semuanya ini aku mau lihat apa isi hati kamu yang sebenarnya!’
***
Keesokan harinya adalah akhir pekan, Jemima, Michael dan Rusli saat ini sudah duduk manis di kediaman Arion karena kemarin Jemima sudah menghubungi Miranti dan Hannah untuk mengajak mereka piknik bersama. Miranti dan Hannah dengan senang hati menerima tawaran itu.
Saat ini, kelima orang itu sedang sibuk berbincang sembari menyantap sarapan bersama. Mereka sebenarnya sedang menunggu Arion yang tengah bersiap untuk ikut, setelah Miranti memaksanya untuk pergi bersama mereka, walau sebenarnya Arion sudah menolak untuk ikut.
Miranti mencekoki sang putra dengan banyak permohonan yang membuat Arion merasa jengah dan akhirnya memilih untuk mengalah karena ia mengetahui dengan baik bagaimana perangai sang ibu.
“Ayo!” ujar Arion setelah ia sampai ke ruang makan. Raut wajah Arion tidak tertebak. Sepanjang perjalanan ia hanya diam dan memilih menjadi pendengar yang baik. Ia hanya akan menjawab bila Rusli atau Michael bertanya kepadanya. Terkhusus untuk Jemima, ia bahkan tidak memandang gadis itu sama sekali.
Mereka tiba di daerah Kintamani karena Rusli ingin melihat Danau Batur yang merupakan danau terbesar di Pulau Bali itu.
“Wah, sejuk banget! Emang selalu happy kalo ke sini!” seru Rusli yang terlihat sangat menyukai suasana dan udara di daerah Kintamani. Rusli sudah berkali-kali ke Bali dan selalu singgah di Kintamani. Rusli, Michael, Miranti dan Hannah terlihat sibuk membeli oleh-oleh yang menjadi cinderamata yang khas dari sana, sementara itu Jemima memilih untuk berdiri di satu titik dan menatap ke kejauhan, ke arah Gunung Batur yang berdiri begitu kokoh.
Ia melihat ke arah Michael dan ketiga orang lain, ia tersenyum saat menatap ke arah mereka. Keempat orang yang disayanginya itu, terlihat sibuk tawar menawar dengan penjual yang ada di depan mereka. Namun, matanya menangkap sesuatu. Cukup lama ia memandang ke titik dan baru menyadari sesuatu. Ia tertawa kecil dan kembali menatap ke kejauhan.
“Lain kali, kalo mau kencan engga usah ngajak orang lain, apalagi keluarga aku! Paham kamu?!”
Deg!
****