NovelToon NovelToon
Ramadan In Love

Ramadan In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Astéria Omorfina

Putus dari Karina tidak membuat Rama larut dalam kesedihan. Justru dengan putusnya dia dengan Karina merupakan hal yang baik, karena Karina ternyata pintar bermain di belakang Rama.
Kehadiran seorang gadis bersahaja dalam hidup Rama, telah membuat semangatnya yang meredup, bersinar kembali. Tetapi ada saja pihak-pihak yang ingin memisahkan Rama dengannya. Bagaimana perjalanan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astéria Omorfina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 Kisah Kelam

“Mbak ini dari mana dan mau ke mana?” tanya pemilik warteg padanya. Wanita itu menghentikan kunyahannya sejenak, dia terdiam seperti sedang berpikir.

“Saya sedang mencari tempat tinggal sementara, Bu. Apa Ibu tahu ada kost atau kontrakan dekat sini?” katanya.

“Oh, ada Mbak. Kalau nggak keberatan, mbaknya bisa tinggal sementara sama saya.”

“Terima kasih banyak, Bu.”

“Nama mbaknya siapa?”

“Fitri, Bu. Nama panjang saya Fitriana.”

“Sebentar lagi saya tutup, Mbak Fitri. Beberapa hari ini sepi, dagangan sisa-sisa terus. Sedangkan pemasukan juga minim,” keluh wanita itu. “ suami saya juga nggak bisa cari nafkah.”

“Kenapa, Bu?” tanya Fitri penuh selidik.

“Dia sakit, Mbak. Sudah beberapa bulan ini dia tidak bekerja, sementara anak-anak masih butuh biaya untuk sekolah mereka.”

“Suami ibu sakit apa?”

“Asam lambungnya naik, Mbak. Dia orangnya gila kerja. Dia pekerja keras yang sangat menyayangi keluarga. Pria yang tidak mengenal lelah untuk membahagiakan keluarga, tetapi akhirnya dia tidak bisa mengontrol diri sendiri.”

“Sudah dibawa berobat ke mana saja?”

“Sudah ke rumah sakit, pengobatan alternatif juga, tapi belum ada hasilnya.” Wanita itu kemudian menceritakan kisah perjalanan hidupnya bersama sang suami yang memulai kehidupan mereka dari awal. Perjuangan yang tidak mudah, penuh cobaan berat hingga akhirnya mereka memiliki sedikit tabungan untuk bisa membuka usaha sendiri. Dia sangat bangga dengan suaminya yang sangat setia bersamanya. Selama hidupnya, dia bahkan jarang sekali cekcok dengan suaminya. Suaminya orang sederhana tetapi penuh kasih sayang dan tanggung jawab.

Fitri terdiam sejenak. Dia sungguh terharu dengan cerita pemilik warteg itu. Seorang wanita yang tetap tegar dan tangguh ketika badai datang silih berganti. Dibandingkan dengan dirinya, dia dengan mudah mendapatkan hasil berlimpah dengan cara yang tidak baik. Dia melakukannya dengan sadar karena tidak ingin hidup susah. Jauh di lubuk hati, dia sangat iri dengan wanita itu. Cinta, kasih sayang, perjuangan, serta pengabdiannya sungguh luar biasa. Fitri merasa iri padanya.

Malam itu dia menginap di rumah wanita pemilik warteg yang diketahui bernama Mbak Asih. Keluarga Mbak Asih sangat baik dan ramah. Mereka tinggal di sana dan menempati dua rumah.

“Mbak Fitri, di sebelah ini ada kamar nggak terpakai. Mbak Fitri bisa menempatinya.”

“Terima kasih, Bu.”

Dia segera masuk dan menata barang-barangnya. Ruangannya memang tidak terlalu luas, hanya berukuran 3x2 meter, tetapi bersih dan terawat. Fitri merasakan bahwa Mbak Asih memang orang yang suka kebersihan.

Beberapa hari kemudian, Fitri berterus terang jika dirinya tengah berbadan dua, hasil hubungan dari perbuatan dosa. Dia juga bercerita jika dia ada keinginan untuk menggugurkan janinnya sebelum akhirnya pergi, karena tidak tahu siapa ayah biologis dari bayi itu. Dia kini bertekada akan melahirkannya meski tanpa suami. Dia meminta tolong Mbak Asih untuk mencarikannya pekerjaan, agar dapat bertahan hidup dengan anaknya kelak. Mbak Asih merasa trenyuh dengan ceritanya.

“Sabar ya, Mbak. Kita tidak akan pernah tahu perjalanan hidup kita seperti apa kedepannya. Mbak Fitri itu masih disayang sama Allah, masih diberikan kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik.”

“Iya, Mbak. Dalam keadaan begini, saya merasa sangat bersalah, banyak dosa. Akhirnya sekarang saya yang harus menanggungnya.”

“Saya paham, Mbak. Saya bisa mengerti. Mbak jangan putus asa dari rahmat Allah. Dia Maha Pengampun juga Maha Penyayang.”

Fitri mengangguk. Dia serasa memiliki keluarga baru. Jika sebelumnya, orang-orang yang mengaku saudara, kerabat, bahkan keluarganya adalah mereka-mereka yang menyukainya karena harta dan kesenangan semu, kini dia benar-benar menemukan kebahagiaan itu dengan tulus.

“Kita ini bersaudara, Mbak. Anggap aja kami saudara jauh yang baru ketemu. Kalau ada apa-apa, Mbak Fitri jangan sungkan, ya?”

Haru terasa bersarang di dada. Mereka orang-orang sederhana yang telah membuka mata hatinya untuk melihat kebenaran. Diusapnya air matanya yang menganak sungai dengan ujung tisu. Dia benar-benar dimanusiakan. Bahkan mungkin lebih manusiawi.

“Sekarang Mbak Fitri istirahat dulu. Kalau mau bersih-bersih badan ada kamar mandi satu lagi di ujung kiri. Itu juga jarang dipakai, Mbak.”

Dia hanya mengangguk. Senang.

“Mulai sekarang nggak usah cari kost atau kontrakan. Kita tinggal bersama aja di sini.”

“Bagaimana dengan keluarga Mbak Asih jika tahu saya lagi hamil?” tanyanya waswas. Asih tersenyum, dia mendekati Fitri dan mengelus pundaknya.

“Nggak apa-apa. Nanti saya akan cerita pada mereka dengan bahasa saya sendiri. Nggak usah khawatir, ya?”

Refleks, dia memeluk Asih yang ada di sebelahnya. Ada kebahagiaan luar biasa yang didapat.

“Terima kasih, Mbak. Saya tidak tahu harus bagaimana membalas jasa Mbak Asih. Saya terlalu hina, Mbak.”

“Sudahlah, jangan sesali yang sudah terjadi. Semua itu ada hikmahnya. Tinggal sekarang bagaimana kita memperbaiki diri.” Asih menguatkan hati Fitri.

Asih meninggalkan kamar itu. Sementara Fitri segera membersihkan diri. Direbahkannya tubuhnya yang penat di pembaringan. Lelahnya sedikit terurai. Dirabanya kembali perutnya yang masih rata itu berkali-kali. Memang belum tampak dia hamil. Lambat laun, orang-orang di sekitar rumah Asih pasti akan mengetahuinya.

Apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Kian hari perutku akan membesar. Haruskah aku bertahan di sini? Ataukah pergi? Tapi ke mana?

Beribu macam pikiran kian mengganggu Fitri. Satu persatu dia terbayang dosa-dosanya ketika mereguk kenikmatan dunia sesaat. Beberapa waktu lalu, dia sempat melakukan aborsi dari hasil hubungan tanpa statusnya dengan langganannya. Beberapa kali dia melakukan tindakan itu karena tidak ingin kecantikan wajah dan tubuhnya pudar. Sayangnya, pelanggan-pelanggannya menolak memakai pengaman, hingga beberapa kali dia kebobolan. Terakhir kali, dia meminta seorang dokter kandungan melakukannya. Dokter itu menolak, karena tidak ingin membunuh nyawa tak berdosa. Fitri menangis sejadi-jadinya. Dia merasa tubuhnya sangat kotor dan bahkan bisa dianggap melebihi sampah yang membusuk.

Bagaimana jika nanti anak ini bertanya tentang ayahnya? Apa yang harus kukatakan? Sedangkan ibunya sendiri bukanlah orang baik.

Derai air matanya kian deras. Dia kini harus menanggung derita. Setelah beberapa pria langgannya itu tidak ada yang mau bertanggung jawab dengan menikahinya secara sah.

“Aku sudah bayar kamu. Kita melakukannya suka sama suka. Dan aku juga sudah punya istri. Kamu saja yang terlalu pandir!”

“Apa? Menikahi kamu? Cih! Jangan mimpi! Bukankah kamu penjaja kesenangan?”

“Aku tidak akan pernah menikahimu. Aku hanya ingin bersenang-senang saja. Kamu aja yang terlalu berharap padaku, takkan sudi!”

Beberapa kata yang terlontar dari mulut mereka terasa begitu menyakitkan. Berbagai hinaan dan cemoohan diterimanya dengan lapang dada. Dia masih berharap kelak akan ada pria yang mau menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Menerimanya dengan segala keburukan di masa lalu.

Kantuk tak dapat dihindari. Dengan mata masih sembab, dia menuju alam mimpi, menjemput asa yang lebih indah.

1
Amin Srgfoo
jadi bibit pembinor si wildan
Irene Puspitasari
sangat menarik
Tuti Marlini
Aisyah SM Rama sweet trs ya ga prnh ad konflik2 kecil padahal itu bumbu2 rumah tangga loh
Astéria Omorfina: ada nanti kak. ini belum tak munculin aja.
total 1 replies
Tuti Marlini
makanya Fitri jangan cepat putus asa dr Rahmat Allah,skrng kamu sudah membuktikan sendiri kn bahwa kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT itu datang d waktu yg tepat
Tuti Marlini: sama2 kak othor, terus berkarya ya kak aq suka cerita nya
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 2 replies
Iqlima Al Jazira
Masya Allah
Iqlima Al Jazira
Masya Allah..
sweet nya kebangetan thor🥰
Rama Daini Daini
Aisyah cerdas amat siih
Iqlima Al Jazira
sweet bgt sich😊
next thor
Astéria Omorfina: 🫡🫡🫡🫡siap kak
total 1 replies
Amin Srgfoo
bagus ceritanya
Astéria Omorfina: Terima kasih, Kak🥰🙏🏻
total 1 replies
Nor Aini
mungkin kh bapaknya aisyah
sri rahayu rahayu
Luar biasa
Astéria Omorfina: terima kasih, Kak. 🙏🏻
total 1 replies
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jleb banget plot twist-nya!
Katherine Caman
Bisa baca cerita berkualitas tanpa perlu keluar rumah, siapa sangka? 🙌
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!