NovelToon NovelToon
THE KNIGHT

THE KNIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Perperangan
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mirabella Randy

Menyaksikan genosida jutaan manusia tak berdosa langsung di depan mata, membuat Arya terluka dan mendendam parah kepada orang-orang Negeri Lembah Merah.

Entah bagaimana, Arya selamat dari pengepungan maut senja itu. Sosok misterius muncul dan membawanya pergi dalam sekejap mata. Ia adalah Agen Pelindung Negeri Laut Pasir dan seorang dokter, bernama Kama, yang memiliki kemampuan berteleportasi.

Arya bertemu Presiden Negeri Laut Pasir, Dirah Mahalini, yang memintanya untuk menjadi salah satu Agen Pelindung negerinya, dengan misi melindungi gadis berusia tujuh belas tahun yang bernama Puri Agung. Dirah yang bisa melihat masa depan, mengatakan bahwa Puri adalah pasangan sejati Arya, dan ia memiliki kekuatan melihat masa lalu. Puri mampu menggenggam kebenaran. Ia akan menjadi target utama Negeri Lembah Merah yang ingin menguasai dunia.

Diramalkan sebagai Ksatria Penyelamat Bima dan memiliki kemampuan membaca pikiran, mampukah Arya memenuhi takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirabella Randy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FAJAR PERTEMPURAN

Aku menengadah. Tatapan elangku menerawang gugusan bintang yang berkelip riang di balik pendar tipis bulan purnama perak. Aku hafal dan tahu susunan titik-titik cahaya itu menunjuk isyarat arah dan waktu apa saja saat mencapai derajat tertentu di langit malam. Selama bergerilya, terkadang aku harus mengandalkan pengamatan terhadap situasi alam untuk menerka waktu dan posisiku berada, terutama jika aku sedang bertarung dan berlari di alam liar dengan peralatan sangat seadanya.

Lewat petunjuk sudut dan tahta gemintang saat ini, aku tahu bahwa waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Fajar akan menyingsing tak lama lagi, dan penyihir kegelapan bernama Kalingga itu akan terlahir kembali di tengah pusaran laut maut, Arus Laya.

Menurut pitutur Eyang Kahiyang, Kalingga dan kapal kayu raksasanya beserta pasukan orang mati ciptaannya akan mencapai pesisir utara Pulau Limbung selepas tengah hari. Kala itu matahari akan terasa sangat membakar. Hawa kematian bagai besi panas akan menusuk hidung siapa saja yang mengaktifkan energi spiritualnya, terasa mengeringkan tenggorokan dan mencekik napas.

"Ketika dua penyihir bertarung, kalian tak boleh mengganggu atau ikut campur," kata Eyang Kahiyang memperingatkan, sesaat sebelum kami meninggalkan gua. "Atau kutukan kematian akan menghampiri kalian. Seperti apa yang terjadi pada ayahku dulu... meski dia sengaja melakukannya untuk menyelamatkanku."

Sekilas air mata kembali menggenang di balik pelupuk mata Eyang Kahiyang. Kenangan buruk itu kembali berpusar di kerajaan benaknya, membuatku bisa merasakan kepedihannya.

Menyaksikan orang yang kaucintai mati di hadapanmu, rasanya sama buruknya dengan penderitaan dibakar hidup-hidup.

Atau mungkin lebih buruk.

Eyang Kahiyang menarik napas panjang untuk menguasai diri kembali.

"Aku akan bertarung dan memberi kalian waktu untuk menjebak dan mengalahkan pasukan orang mati Kalingga," kata Eyang Kahiyang sambil menatap Ajeng dan Karang. "Mereka tertarik dengan hawa dan energi kehidupan manusia. Serangan mereka sangat brutal dan mematikan. Namun mereka hanya tubuh-tubuh tak berjiwa. Api atau ledakan akan menghancurkan mereka seutuhnya. Kalian harus bisa memusnahkan mereka sebelum mencapai daratan utama... dan jangan sakiti alam dengan pertempuran kalian. Terutama, jangan lukai pohon-pohon kematian, atau kutukannya akan menghampiri kalian."

Ajeng dan Karang mengangguk seraya menempelkan kedua telapak tangan di depan hidung, tanda tunduk dan penghormatan tinggi di kalangan bangsawan Desa Madura. Air mata Ajeng bercucuran. Wajah Karang terlihat pias, namun sorot manik matanya tampak tegas. Hantu pikirannya penuh tekad untuk berjuang.

"Engkau," Eyang Kahiyang menatapku lembut. "Aku tak punya banyak wasiat untukmu selain satu hal ini: bunuhlah Kalingga, dengan cara menghancurkan jantungnya."

Eyang Kahiyang merentangkan kedua lengannya dengan anggun. Ia memejamkan mata dan merapal mantra. Tiba-tiba, sebuah busur perak berukir indah muncul begitu saja dari kekosongan hawa dan tergeletak di kedua telapak tangannya.

"Gunakan ini."

Kuterima busur itu dengan hati-hati. Kutelusuri permukaan berukirnya yang kokoh dan hangat. Detak jantungku meningkat.

Busur ini terasa sangat tidak asing.

Tak ada anak panah.

Entah mengapa, napasku tertahan. Tenggorokanku tercekat.

Eyang Kahiyang tersenyum.

"Busur ini milikmu sejak dulu," kata Eyang Kahiyang lembut. "Hanya kamu yang bisa menggunakan kekuatannya. Hanya kekuatanmu dan busur ini yang sanggup menghancurkan jantung kegelapan. Kamu harus menemukan kembali cara untuk melepas anak panah itu. Hanya kamu yang bisa melindungi dunia ini dari kehancuran, seperti yang sudah dan selalu kamu lakukan sebelumnya."

Rasanya seperti deja vu. Kemudian aku mengingatnya. Aku pernah melihat kilasan masa laluku dalam benak Puri sebagai ksatria yang bertarung di medan perang, menembakkan panah-panah api bercahaya dengan busur ini ke arah musuh.

Keringat dingin menetes di keningku. Semua ini terlalu absurd untuk menjadi nyata.

"Aku perlu bertapa sejenak untuk memusatkan kekuatanku sebelum bertarung," kata Eyang Kahiyang. "Kalian pergilah. Sebarkan berita mengenai ancaman serangan Kalingga pada Baswara dan lainnya. Tugas kalian sekarang adalah menuntun mereka yang buta untuk kembali pada cahaya, dan ungsikan semua penduduk ke daratan utama. Jauhkan mereka dari pesisir utara. Yakinkan Pasukan Pelindung Negara untuk membela kalian. Kita semua harus bersatu untuk memenangkan pertempuran ini. Tuntaskan wasiatku ini sebelum matahari menggelincir ke barat, maka kalian semua akan punya kesempatan untuk bertahan hidup dan selamat."

Tak ada yang bicara saat aku, Ajeng, dan Karang berjalan pelan menembus hutan hitam untuk kembali ke kediaman Baswara. Busur perak yang anehnya selalu terasa hangat itu kini menggantung di bahuku. Benakku sibuk berpikir dengan cepat sekarang, sembari menyaring hantu-hantu pikiran di sekitarku.

Meski tak ada dari kami yang menyuarakannya, namun melalui hantu pikiran Ajeng dan Karang aku tahu--begitu tiba di kediaman Baswara, Ajeng dan Karang akan langsung melaksanakan wasiat Eyang Kahiyang. Mereka akan mengumpulkan semua orang untuk memberitahu ancaman serangan Kalingga dan mengoordinir penduduk untuk mengungsi. Mereka akan bernegosiasi dengan klan penghuni lembah setelah memulangkan Baskara dengan aman. Mereka juga akan meminta bantuan Pasukan Pelindung Negara dalam pertarungan esok siang--mereka tahu beberapa Agen Pelindung masih ada di rumah Umbu Rangu untuk mengusut kasus pembunuhannya. Mereka harap mereka sanggup meyakinkan negara untuk turun tangan dan membantu mereka mengatasi krisis ini.

Mereka tidak tahu aku adalah Arya Balawa, mantan Agen Pelindung Negara yang sedang menyamar sebagai Arimbi. Begitu tiba di kediaman Baswara, aku akan menyelinap dan menghilang sejenak dari jangkauan semua orang. Aku akan diam-diam mengontak Ratna dan Prabu menggunakan robot nyamuk yang berkeliaran di sekitar kediaman Baswara, dan menjelaskan segalanya. Pasukan Pelindung akan bergabung dengan kami untuk melawan Kalingga dan pasukannya. Kami tak akan kalah jumlah. Senjata kami lebih dari kata memadai jika hanya untuk menghancurkan tubuh-tubuh mati itu.

Sekarang tinggal menemukan cara bagaimana menghancurkan jantung penyihir kegelapan dengan busur tanpa anak panah ini...

Tiba-tiba, hantu-hantu pikiran asing dan tak menyenangkan menyerbu kerajaan benakku. Aku menghentikan langkah dan mengejang waspada.

"Pengkhianat!"

Baswara muncul dari balik bayang-bayang pohon hitam beberapa meter di depanku, Ajeng, dan Karang. Beberapa prajurit menyerbu dan membentuk formasi melingkar di sekitar kami, panah dan pedang mereka terhunus ke leher kami.

Kami terkepung.

"Baswara," kata Karang tak gentar. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Biar kujelaskan--"

"Pengkhianat!" Baswara maju, lalu menggampar kedua sisi wajah Karang dengan sangat keras dan serentak hingga lelaki paruh baya itu limbung. Ajeng menjerit dan dengan sigap menangkap Karang sebelum tersungkur di tanah.

"Baswara, apa yang kamu lakukan--"

"Tangkap Ajeng dan Karang dan seret mereka ke penjara!" teriak Baswara pada pasukannya, yang langsung patuh dan bergerak menyergap Ajeng dan Karang. "Dan kau!"

Ia mendekatiku. Aku mengepalkan tinju dan memandang Baswara sangat tajam, bersiap menyarangkan pukulan cepat dan mematikan ke titik vital jika ia mendadak menghantamku.

Tiba-tiba seringainya melebar. Hantu pikirannya dipenuhi gejolak nafsu.

"Kamu harus melayaniku sekarang!"

Karena terlalu fokus pada Baswara dan hantu pikirannya, aku lengah dan terlambat menyadari saat salah satu prajurit yang mulanya menggiring Ajeng yang sudah diikat tiba-tiba berbalik dan menembakkan sumpit berbulu merah ke arahku.

Aku tak sempat menghindar. Ujung tajam sumpit itu menancap di bahuku. Sakit tapi masih bisa tertahankan.

Refleks aku mencabut sumpit sialan itu. Darahku merembes perlahan. Napasku tiba-tiba sesak. Pandanganku mengabur.

Aku terjatuh dan semuanya menjadi gelap.

***

Aku menengadah. Tatapan elangku menerawang gugusan bintang yang berkelip riang di balik pendar tipis bulan purnama perak. Entah bagaimana, saat ini aku memutar kembali waktu. Aku pernah mengalami dan melakukan ini sebelumnya. Seperti deja vu.

Di antara sungai cahaya nun itu, aku melihatnya. Sangat jelas.

Sebuah meteor hitam meluncur tanpa ampun dari muasal yang tak terjangkau dan asing. Meteor itu membara saat menembus lapisan atmosfer. Nyalanya tidak indah. Ada gaung seram membelah udara malam. Hawa di sekitarku mendadak terasa panas--kulitku bagai terbakar. Pedih.

Aroma kematian merajam langsung ke dalam paru-paru, membuatku sulit bernapas.

Tatapan elangku melihatnya--ada sesuatu seperti bola cahaya ungu besar menebarkan kilat dan denyut maut di dalam rongga meteor itu. Kupicingkan pandang. Sesungguhnya itu bukan meteor.

Makhluk itu seperti monster. Tubuhnya adalah bara api hitam raksasa yang mengepulkan asap pekat. Matanya berbentuk lingkaran sempurna dengan bola mata hitam tanpa cahaya dan dikelilingi garis semerah lahar. Bibir hitamnya terbuka lebar, memamerkan taring-taring panjang yang sangat mengerikan. Di rongga dada itu, jantung dengan kilat dan sinar ungu itu berdetak tanpa mengalirkan darah dan waktu.

Maut.

Aku menarik napas dalam-dalam. Kupusatkan seluruh jiwa, pikiran, dan kekuatanku, terasa bagai kobaran api yang muncul dari kedalaman jantung, mengaliri sekujur nadi, dan kedua lenganku merentangkan tali busur perak yang semula menggantung di bahuku.

Api itu mewujud di tengah busurku, membentuk anak panah dengan nyala putih seperti bintang, hangat seperti matahari.

Tanpa ragu, kulesatkan anak panah itu. Seluruh kekuatan dalam diriku seakan terhisap keluar, menyatu dalam laju api pelebur itu. Panah api itu mengandung mantraku, sifat magisku, yang menarik setiap elemen dan energi untuk merasuk ke dalamnya. Panah api itu semakin besar, menjelma raksasa, hingga akhirnya memecah raga api hitam dan menusuk jantung ungu monster itu, menimbulkan ledakan dan guncangan dahsyat yang memekakkan seluruh Bima.

Segalanya luluh lantak.

Aku tersentak.

Tubuhku terasa berat. Napasku sesak. Ada sesuatu yang menindih wajahku. Kedua tanganku kembali terikat. Aku merasakan tangan-tangan besar dan kasar menggerayangi sekujur tubuhku. Sesuatu yang keras dan menonjol menggesek permukaan kulit di bawah perutku.

Yang membuatku beku, seraut wajah besar yang tak asing membayang sangat dekat di depan mataku. Terlalu dekat. Hidungnya menempel di sisi hidungku. Bibirnya yang panas dan basah melumat bibirku.

Baswara sedang mencumbuku, yang kini terbaring dengan tangan terikat di dipan kayu, tanpa busana.

Monster hitam yang kulihat dalam mimpiku itu seakan merasukiku dan meledakkan jantungku. Aku menggerung murka dan menarik kedua tanganku yang terikat dengan kekuatan monster itu.

Dipan kayu itu langsung jebol.

Kuhantamkan potongan besar kayu itu sekuatnya ke kepala Baswara. Ia melolong dan terlempar dari atas tubuhku. Tubuhnya yang besar dan telanjang jatuh berdebum ke atas lantai, menggetarkan seisi ruangan.

Aku mengamuk.

Dalam hitungan detik aku sudah melompat bangun dan menghajar Baswara habis-habisan. Ia tak sempat melawan karena terguncang menyaksikan kekuatan dan kecepatan monsterku. Bertubi-tubi aku menghajar kepalanya dengan serpihan besar dipan kayu di tanganku. Kutendang kemaluannya yang menjijikkan. Kuinjak berkali perutnya dan terakhir kusepak tubuhnya seperti sampah busuk yang tak pantas mengotori lantai.

Baswara terguling beberapa kali dan terkulai. Ia pingsan dengan luka parah di kepalanya dan memar di tubuhnya. Darahnya berceceran di lantai.

Jantungku masih bertalu panas. Ada selaput merah membayang di mataku. Dendamku belum terpuaskan. Aku beringsut dan mengangkat kayu di tanganku, berniat menghancurkan tengkorak bajingan itu dengan sekali hantam.

"Tidak, Arya! Jangan! Jangan membunuh!"

Aku membatu. Entah bagaimana, suara Puri yang lembut dan hampir menangis menggema jelas dalam benakku. Wajahnya yang sangat cantik memandangku, tatapan matanya dalam dan penuh permohonan.

Seperti mimpi waktu itu.

Perlahan kedua tanganku kembali menggantung di sisi tubuhku. Potongan dipan kayu itu jatuh berdebum di atas lantai. Meski itu hanya ingatan akan mimpi yang sudah sangat lama, entah mengapa suara dan wajahnya membayang begitu nyata.

Hatiku meluruh. Getaran yang sudah lama tak kurasakan kembali memenuhi rongga dadaku. Mataku tiba-tiba berkaca-kaca.

Aku merindukannya.

Aku menelan ludah, memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam. Ini bukan saatnya aku dikuasai emosi atau melakukan hal yang tidak perlu. Ada hal yang jauh lebih penting yang harus kulakukan.

Aku harus mempersiapkan diri untuk pertempuran besar hari ini.

Kuedarkan pandang untuk mencari pakaian dan busurku. Dalam sekejap aku menemukannya, teronggok di atas lantai, dekat kaki Baskara yang terikat di salah satu pilar kamar. Mulutnya disumpal kain. Wajahnya pucat dan matanya melebar terguncang.

Sejenak aku terhenyak.

Jadi dia menyaksikan segalanya.

Hantu pikirannya tak bisa memercayai apa yang baru saja dilihatnya. Kilasan ingatannya akan detail peristiwa mengerikan beberapa menit belakangan berputar ulang dengan cepat dalam benaknya.

Baswara menyeretnya keluar dari penjara dan mengikatnya di kamar ini, lalu menyumpal mulutnya. Beberapa prajurit menggotongku yang tak sadarkan diri dan membaringkanku di ranjang. Setelah para prajurit itu pergi, Baswara mengolok-olok Baskara dan sengaja membuatnya menderita dengan menyampaikan niatnya menyetubuhiku di depan mata Baskara.

Baswara melolosi semua pakaianku dan menumpuknya jadi satu dengan busurku di dekat kaki Baskara. Ia menelanjangi dirinya sendiri dan beringsut ke atas tubuhku. Ia mengikat tanganku di dipan, kemudian mulai mencumbuku. Ia sudah hampir membenamkan tubuh sepenuhnya ketika aku membuka mata, yang sedetik kemudian mengamuk seperti binatang buas.

Hantu pikiran Baskara merekam segalanya dengan jelas, juga perasaannya yang semula menderita dan tak berdaya, kini terguncang dan dipenuhi rasa tidak percaya.

Ia tahu aku bukanlah Arimbi yang sebenarnya. Arimbi yang asli tak mungkin bisa menjebol dipan kayu dan menghajar balik Baswara sampai hampir mampus.

Aku menghela napas panjang dan memejamkan mata sejenak. Kalau sudah kepalang basah begini, aku harus melakukan sesuatu.

Setelah mengenakan kembali pakaianku dan menyandang busur perakku di bahu, aku berlutut di hadapan Baskara dan melepas sumpalan kain di mulutnya.

Ia menatapku waspada, murka.

Kubalas tatapan itu dengan tajam dan dingin.

"Siapa kau sebenarnya?" geram Baskara pelan. "Di mana Arimbi? Apa yang kaulakukan padanya?"

Aku menelengkan kepala sejenak.

"Mau bekerja sama denganku?" tanyaku datar.

Baskara terkejut mendengar suaraku. Ia sempat membeku beberapa detik sebelum akhirnya menguasai diri.

"Di mana Arimbi?" ulangnya marah. "Siapa kau sebenarnya? Apa yang kauinginkan?"

"Arimbi baik-baik saja. Ia ada dalam tempat perlindungan rahasia yang aman," jawabku tanpa basa-basi. "Kau bisa menemuinya nanti, asal kau mau bekerja sama denganku."

"Apa maksudmu?" Baskara memandangku tajam. "Siapa kau sebenarnya?"

"Aku Agen Pelindung dan Intelijen Negara," sahutku sedikit berdusta. "Aku sengaja menyamar sebagai Arimbi untuk melacak dan menjebak musuh negara yang sangat berbahaya. Arimbi yang asli sekarang tinggal di lokasi rahasia, dilindungi ketat oleh negara. Kau tak akan bisa menemuinya tanpa bantuan akses dariku. Aku akan membantumu jika kau juga mau membantuku. Bekerja samalah denganku."

"Kau mau aku membantumu apa?" Hantu pikiran Baskara masih ragu dan waspada. "Bagaimana aku tahu kau Agen sungguhan dan bukannya penipu?"

Aku memutar bola mata. Sedikit jengkel.

"Begini saja. Ikut aku. Setelah kau keluar dari sini, dari pulau ini bersama penduduk lainnya, dan menyaksikan Pasukan Pelindung bergabung denganku di sini, kau akan tahu bahwa yang kukatakan benar. Tetapi," aku menegaskan suaraku. "Aku akan terus mengawasimu. Aku punya cara untuk itu. Kalau kau membocorkan rahasia penyamaranku, rekan-rekanku akan langsung menangkapmu dan menjebloskanmu ke penjara. Itu artinya kau adalah pengkhianat negara. Jika itu sampai terjadi, kau tak akan bisa bertemu Arimbi lagi selamanya. Kau mengerti?"

Baskara terperangah, sementara aku dengan cepat mengurai simpul tali rumit dan kuat yang melilitnya.

"Kau membebaskanku? Kau mau memulangkanku ke Desa Madura?"

"Kau tidak mau pulang?" tanyaku dingin, selesai mengurai simpul, lalu membebaskan Baskara dari ikatannya dengan sekali sentak.

"Kau sendiri bagaimana?" Baskara memijat pergelangan tangannya yang kaku karena diikat berjam-jam dan bangkit perlahan. "Kenapa kau tetap di sini? Kenapa Pasukan Pelindung datang kemari? Apa akan terjadi perang di pulau ini?"

"Ya, kami akan berperang siang ini juga."

"Apa? Melawan siapa?"

Baskara menatapku bingung dan penasaran. Hantu pikirannya tak paham, sebab hampir tak ada pasukan klan penghuni pantai tersisa di Pulau Lumbung sekarang. Semua sudah bersiaga di Pantai Gemuling. Benaknya bertanya-tanya apa ini semua muslihat dan jebakan untuk menghancurkan klan penghuni pantai?

"Kami akan melawan penyihir kegelapan dan pasukan orang-orang mati."

Bahkan aku masih merasa sangat aneh dan tak bisa percaya ketika mendengar diriku sendiri mengatakan itu.

Baskara ternganga. Aku tidak menghiraukannya, dan sibuk mengedarkan pandang dengan tatapan mata setajam elang.

Dan aku menemukannya. Satu robot nyamuk bertengger di atas meja kayu dekat lemari, tak jauh dari tempatku berdiri saat ini. Aku berjalan dan sengaja berkata ke arah robot, "Prabu, Ratna, dengar aku. Ada perubahan rencana. Aku tahu ini kedengaran tidak masuk akal, tapi seorang penyihir kegelapan bernama Kalingga dan pasukan orang-orang mati akan muncul di permukaan Arus Laya saat matahari terbit nanti, dan mereka akan berlayar ke Pulau Lumbung untuk menghancurkan tempat ini. Kau akan tahu kebenaran kata-kataku setelah memantau wilayah Arus Laya dengan satelit nanti.

"Seluruh penduduk Pulau Lumbung akan diungsikan ke daratan utama sekarang. Hentikan upaya perang dua klan segera. Evakuasi semua orang dan kosongkan seisi Desa Madura. Pesisir utara harus steril untuk mencegah efek buruk pertempuran terjadi di sana. Begitu kau yakin sudah melihat citra penyihir dan pasukannya muncul di Arus Laya, lapor ke Randu Agung. Minta ia kirim Pasukan Pelindung datang ke Pulau Lumbung secepatnya, sebelum tengah hari. Bawa sebanyak mungkin senjata peledak. Hanya peledak yang bisa menghancurkan pasukan orang-orang mati."

Aku menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan monologku.

"Satu lagi. Awasi terus Baskara Raja. Dia sudah tahu identitasku. Kalau dia berani membocorkannya, lumpuhkan segera dan masukkan ke penjara. Aku tetap bertekad mengejar musuh dan menyelesaikan misi utama kita setelah perang di sini berakhir."

Baskara mematung saat mendengarku berkata begitu, dan tersentak saat aku melempar tali ke arahnya.

"Ikat sepupumu. Pastikan dia tak bisa kabur dan berbuat onar," aku nyaris merasa berang lagi saat menyinggung Baswara. "Aku akan membantu para penduduk mengungsi dari Pulau Lumbung. Kau boleh bergabung setelah ini. Ingat tetap rahasiakan identitasku dan perlakukan aku sebagai Arimbi asli. Patuhi kata-kataku atau kau akan menyesal."

Tanpa bicara dan menoleh lagi, aku melenggang dan mendorong pintu kayu hingga terbuka.

Di kejauhan, langit kelam mulai memucat. Bulan dan bintang-bintang seakan mundur perlahan dan memudar dari pandangan.

Fajar telah menyingsing.

...***...

1
👑Queen of tears👑
eemmmmmm🤔🤔



petikan bintang bisa gak?
gulung bumi?
keringkan samudra
trusssss apa lagi yang mungkin bisa kamu lakukannya yah🤔🤔





🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃😶‍🌫️😶‍🌫️
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

jawabannya ada di chapter selanjutnya... wait pusing ini saya mulai garap banyak hal lagi... harap sabar menanti... ini ujian merindukan papih 🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️🙃🙃🙃🙃
total 1 replies
👑Queen of tears👑
aku tahu Ar,,,
papih yang cerita/Shhh//Shhh/




🤣🤣🤣🤣🤣🤧
Mirabella: kalau aku bikin prequel ceritanya papih dan dirah pas masih young wild and free mau ip ar? tapi rilis di aplikasi sebelah 🤪🤪🤪
total 1 replies
👑Queen of tears👑
papih mau periksa saha dulu Ar 😤
gak ngerti kmu ini
Mirabella: puri yang gak ngerti 🤧🤧🤧
total 1 replies
👑Queen of tears👑
anak sambungku akhirnya selamat 🤣🤭🤦
Mirabella: sambung menyambung menjadi satu itulah...

genoviaa genoviaaa 🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️

lahh 🤧🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
👑Queen of tears👑
bahkan energi negatif di tubuh makhluk lain bisa nular ke kita,,, aplgi klw gak pakai perisai🤧🤧


jadi circel itu pentingggg,,,untuk sarapan 🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤣🤭


gak ya🤣🤣🤣🤣🙈🤦
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

ini bener. makanya kita seampela kan. kamu dan aku sama-sama menular 🤪🤪🤪🤪🤣🤣🤣🤧🤧🤧🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️

pentiiiiing itu circle sarapan: habis makan, makan lagi 🤧🤧🤧🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
👑Queen of tears👑
sama aku juga Ar
kamu kenapa??



maaf aku terlalu larut karena papih 🤣🤭
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

papih figuran aja sehebat ini, gimana jadi main character cowok 🤧🤧🤧🤣🤣🤣

hmmm aku kangen papih dan semua imajinasiku tentangnya di jilid 3... tapi gimana ini proyekku banyak sekali... belah aku dong ip ar 🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️
total 1 replies
👑Queen of tears👑
papihhh cepatan dikit,,, jgn bnyak dramanya.




sini😊🤭
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

ngeriiii istri pak buaya ngeriii 🤧🤧🤣🤣🤣🤣

gak ikutan 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
total 1 replies
👑Queen of tears👑
pihhhhhh😭😭😭
Mirabella: mihhhhh 🤡🤡🤡🤡🤡
total 1 replies
👑Queen of tears👑
papihhhh📣📣📣📣📣📣📣📣📣






pulang. /Grimace/
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

manja ih 🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
👑Queen of tears👑
siapa bayangan itu🧐🧐


apakah aura kecemburuan dirimu ip Ar
saat papih memilih sedikit menepi saat bertempr karena meladeni kerewelan ku/Grievance//Grievance/
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣


ampun aku ngakak 🤣🤣🤣

nyerah aku 🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
👑Queen of tears👑
penyusup itu jangan banyak runding,,,action action
sat set3
hiyaaaaaaaatttt /Hey//Hey//Hey/



gtu😤😤




🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤧🤦
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣

salah satu penyusupnya cewek ip ar, hobinya ngeghibah gimana dong 🤧🤧🤧🤧🤣🤣🤣🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
total 1 replies
👑Queen of tears👑
bentar,,,papih sedikit menepi ngurusin bininya yang rewel mau jajan 🤣🤣🤣🤣🤦





🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🙈🙈
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣


maap di bima gak ada seblak 🤧🤧🤧🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️
total 1 replies
👑Queen of tears👑
udah di transfer pih🤭



banyakkan digit nya pih,,,zeronya banyakin pihhhh🤣🤣🤣🤧
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

aman kalau sama papih mah....

gak perlu jual ginjal udah sugih tujuh turunan 🤧🤧🤧 definisi skill berbanding lurus dengan pendapatan...

emang wakanda 🤡🤡🤡
total 1 replies
👑Queen of tears👑
pihhhh📣📣📣📣📣📣📣📣📣📣





jajan pih🤧🤧
🥺
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

mau chiki atau chocolatos ip ar? 🤧🤣🤣🤣

atau tahu bulat digoreng dadakan? 🤣🤣🤣
total 1 replies
👑Queen of tears👑
sihir???🧐

santet?🧐🧐


atau apa yang berusaha mengambil alih diriku🧐🧐🧐

papihhhhhh ya
pih 📣📣📣📣📣
jajan🥺
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

magisnya randu yang bikin candu 🤧🤧🤧🤣🤣🤣

aku ngebayangin papih beneran ada, dengan karakter sekaku dan sedingin itu ketemu ip ar yang manjalita minta jajan kek mana reaksinya 🤧🤣🤣🤣 dirah gelendotan aja dia gak tergoda 🤧🤧🤧🤧🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
👑Queen of tears👑
uuuhhhhhhhh magis itu mulai bermain🤣🤭




menjajah lawan lewat alam bawah sadar🤸🤸🤸🤸🤸🤸🙈🙈
Mirabella: arya in action 🔥🔥🔥

cut!!!

ulang adegan... itu tadi siapa yang kentut? kerekam kamera 💨💨💨
total 1 replies
👑Queen of tears👑
meski menyakitkan tapi kan berakhir menang melawan kalingga Ar😍😍



meskipun sekarang jatung bertukar dgn tongkol pisang 🤣🤣🤧



ehhh apa ini🤦
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

yaloord susah payah membayangkan karakter kala si monster kegelapan, disamain sama jantung pisang 🤧🤣🤣🤣🤣

gak serem malah lawak 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
👑Queen of tears👑
wow,,,,lebih cepat dari magisss mu Ar /NosePick/
Mirabella: arya masih training ip ar 🤧🤧🤧 belum lulus uji kompetensi kendaraan

*ehhh

🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
total 1 replies
👑Queen of tears👑
seperti orang yang jatuh cinta 🤔🤔


gtu gak??
gak gtu?


🤣🤣🤣🤣🤭
Mirabella: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

gak tahu

apa itu jatuh cinta?

cinta itu apa?

aku apanya cinta?

kamu kok bisa cinta dia?

*ngek /Hammer//Hammer//Hammer/
total 1 replies
anjurna
/Coffee/ aku kirim satu kopi hangat untuk Kakak...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!