NovelToon NovelToon
Ramadan In Love

Ramadan In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:17k
Nilai: 5
Nama Author: Astéria Omorfina

Putus dari Karina tidak membuat Rama larut dalam kesedihan. Justru dengan putusnya dia dengan Karina merupakan hal yang baik, karena Karina ternyata pintar bermain di belakang Rama.
Kehadiran seorang gadis bersahaja dalam hidup Rama, telah membuat semangatnya yang meredup, bersinar kembali. Tetapi ada saja pihak-pihak yang ingin memisahkan Rama dengannya. Bagaimana perjalanan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astéria Omorfina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Lamaran

Suasana di rumah Rama begitu ramai. Beberapa kerabat datang ke rumahnya untuk mengantarkan seserahan kepada Aisyah. Wajah Rama begitu berseri-seri. Hatinya diliputi bunga-bunga kebahagiaan. Gairah hidupnya meningkat. Belum pernah Rama sebahagia ini sebelumnya.

“Keponakan Om sudah mau menikah dan jadi suami,nih,” ucap Yasa, adik kandung Farida yang tinggal di Bogor. Dialah yang dulu membantu Farida dari keterpurukan sewaktu suaminya meninggalkannya. Yasa bekerja di salah satu instansi pemerintah di kota itu setelah sebelumnya bertugas di Subang.

“Ah, iya, Om. Mohon doa restunya saja, supaya nanti hingga hari pelaksanaan diberikan kemudahan,” kata Rama tersenyum.

“Pasti, Ram. Om selalu mendokan dan mendukungmu. Kapanpun kamu mau, Om akan selalu ada.” Pria berusia setengah abad itu menepuk pundak keponakannya dengan bangga.

Rombongan keluarga Rama sudah bersiap menuju kediaman Bunda. Hal yang sama pun terjadi di sana. Aisyah tengah dirias oleh Bunda sedemikian rupa. Walaupun Bunda tidak bisa mendandaninya seperti MUA, tetapi Bunda mempunyai ciri khas tersendiri. Dia lebih memakai polesan natural dan lebih sederhana. Bunda sangat bahagia melihat putri kesayangannya itu.

“Anak Bunda cantik sekali.” Wanita itu memeluk Aisyah, membuat gadis itu larut dalam haru. Air matanya berlinang. “Nggak usah, Ais. Nanti bedaknya hilang lho,” kata Bunda mengajaknya becanda. Aisyah mengusap air matanya dengan tisu, melukiskan kembali senyum di wajahnya. Senyum kebahagiaan.

“Ayo kita bersiap. Sebentar lagi calon suamimu akan datang.” Ajak Bunda sambil menggandeng tangan Aisyah menuju ruang tengah.

Aisyah tersenyum. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika ternyata akan secepat ini dia dan Rama akan segera menuju jenjang rumah tangga. Aisyah dudul di ruang tengah ditemani Farah dan Mutia, dua anak kandung Bunda.

“Gimana perasaan Kak Ais saat ini?” Farah menggenggam lembut tangan Aisyah. Memberinya kekuatan.

“Alhamdulillah, bahagia sekali. Tidak bisa terlukiskan seperti apa.”

“Itulah jodoh, Kak. Kita tidak akan tahu kapan datangnya jodoh kita,” sambung Mutia. Kedua gadis yang sudah dianggap adik oleh Aisyah itu pun sangat menyayanginya. Sebelum mereka lahir, Aisyah sudah terlebih dulu diasuh Bunda. Tak heran, jika mereka bertiga terlihat seperti saudara kandung yang saling menyayangi.

Rombongan keluarga Rama baru saja datang. Mereka disambut oleh pihak keluarga serta kerabat Bunda. Rama terlihat gagah dan tampan dengan balutan baju koko lengkap. Farida dan Yasa yang mendampingi pun ikut berbahagia. Acara lamaran pun berlangsung lancar.

Ayah Harun, begitulah panggilan untuk suami Bunda mengajak Rama berbicara di ruang tengah. Di sana tidak ada siapapun, Aisyah dan beberapa anak panti ada di ruang tamu.

“Rama, ada sesuatu yang ingin Ayah sampaikan padamu. Semoga kamu bisa memahamimya.”

“Iya, Om. Saya akan mendengarkan dengan saksama.”

Ayah menarik napas perlahan, kemudian dia bercerita.

“Aisyah bukanlah putri kandung kami. Dia kami asuh sejak bayi. Ibunya meninggal beberapa hari setelah melahirkannya. Ayah kandungnya pergi entah ke mana. Sebelumnya dia dirawat oleh saudara dari ibunya, tetapi mereka akhirnya mereka tidak mampu merawatnya lagi karena faktor ekonomi. Mereka menitipkannya kepada kami yang saat itu baru saja menikah. Kehadiran Aisyah membawa berkah. Setelah dua tahun menikah, akhirnya istriku hamil anak kami yang pertama. Ayah harap kamu tidak akan mengecewakannya setelah tahu semua. Aku harus mengatakannya agar tidak ada kesalahan di kemudian hari.”

“Apakah Om tahu di mana ayah Aisyah kini berada?”

“Tidak, Nak. Dengan orangnya saja aku tidak tahu dan tidak pernah bertemu.”

“Om, saya sungguh-sungguh mencintai Aisyah. Saya tidak mempermasalahkan siapa dia, masa lalu dia bagaimana, bukan itu. Saya sungguh-sungguh mencintainya, apa adanya. Saya hanya ingin dia bahagia. Saya tidak bisa berjanji memberi semua kemewahan, tetapi saya akan lakukan yang terbaik untuknya,” kata Rama mantap.

Ayah Harun tersenyum. Dia bangga dengan ucapan anak muda di hadapannya itu. Dia yakin, Rama akan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.

“Sekarang ayo kita ke depan, Aisyah pasti sudah menunggumu.”

Keduanya menuju ruang tamu, di mana keluarga kedua belah pihak tampak berbincang akrab. Rama duduk di sebelah ibunya, berdampingan dengan Yasa. Sementara Aisyah duduk di antara Bunda dan Ayah.

“Hari ini kami sangat bahagia karena acara ini menjadi saksi kekuatan kekeluargaan kita. Kami sekeluarga sudah menerima Nak Rama sebagai calon anggota keluarga kami. Begitu juga dengan putri kami, Aisyah, dia juga akan menjadi bagian dari keluarga Nak Rama,” kata Ayah Harun penuh haru.

Yasa yang sedari tadi terdiam, kini bertanya, “Nikahnya kapan?”

Sontak semuanya tertawa. Yasa memang becanda tetapi serius. “Kenapa pada ketawa, sih? Emangya pertanyaanku lucu, ya?”

“Om nggak lucu, tapi bikin geli,” jawab Rama. Semuanya larut dalam kebahagiaan.

“Untuk rencana pernikahan kita serahkan pada Rama dan Aisyah saja. Kan mereka yang mau menjalani,” kata Bunda.

“Kapan rencananya, Rama?” tanya Farida.

“Secepatnya, Ma. Lebih lebih baik.” Rama bersemangat. “Kamu setuju, kan, Aisyah?”

“Aku menurut saja,” Aisyah menjawab dengan tersipu malu.

“Berarti dia sudah siap,” kata Ayah Harun. “Bagaimana, Rama?”

“Bagaimana jika satu bulan lagi?” Saran Rama.

“Ya. Kami hanya bisa mendoakan agar yang menjadi keinginan kalian segera terlaksana dan diberikan kelancaran.”

“Aamiin.”

Tidak berapa lama, Farida dan keluarganya meminta ijin untuk pulang serta ingin mengajak Aisyah ke rumahnya. Dia ingin memperkenalkan gadis itu kepada saudara-saudara serta kerabatnya yang lain.

“Maaf, dengan segala kerendahan hati, saya belum bisa datang ke rumah calon suami saya. Saya baru akan datang jika kami sudah sah menjadi suami istri,” kata Aisyah dengan muka tertunduk. Dia sudah berjanji dalam hati akan menjaga dirinya sebelum benar-benar sah menjadi istri Rama.

Semuanya memaklumi, mereka mengerti Aisyah.

“Baiklah, kami mohon diri dulu.”

Aisyah dan Rama berpandangan sejenak sebelum akhirnya Rama dan keluarganya meninggalkan kediaman Bunda. Ada getar-getar tak biasa kian kuat saat mereka akan berpisah. Rama mengangguk, memberi isyarat pada gadis pujaannya, calon istrinya.

“Ais, besok kita ke butik Zahra ya? Bunda akan memesan gaun pengantin khusus buat kamu. Pasti mereka ada koleksi terbaru.”

“Iya, Bun. Ais nurut aja yang teebaik buat Bunda.”

“Kamu dengar sendiri, kan? Sebentar lagi kamu akan menikah. Menjalani babak kehidupan baru bersama orang baru.”

*

Rama masih menatap foto Aisyah di layar ponselnya. Tiada henti dia memandang wajah gadis cantik dan manis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

“Alangkah bahagianya aku, bisa mendapatkan wanita yang baik sepertimu. Aku akan memberikan yang terbaik untukmu. Sebentar lagi kita akan bersama,” ujarnya dengan lirih seorang diri.

Wajah Rama berbinar. Senyumnya kini penuh kebahagiaan. Sebentar lagi dia akan memasuki hidup baru bersama Aisyah yang tinggal menghitung hari.

1
Amin Srgfoo
jadi bibit pembinor si wildan
Irene Puspitasari
sangat menarik
Tuti Marlini
Aisyah SM Rama sweet trs ya ga prnh ad konflik2 kecil padahal itu bumbu2 rumah tangga loh
Astéria Omorfina: ada nanti kak. ini belum tak munculin aja.
total 1 replies
Tuti Marlini
makanya Fitri jangan cepat putus asa dr Rahmat Allah,skrng kamu sudah membuktikan sendiri kn bahwa kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT itu datang d waktu yg tepat
Tuti Marlini: sama2 kak othor, terus berkarya ya kak aq suka cerita nya
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 2 replies
Iqlima Al Jazira
Masya Allah
Iqlima Al Jazira
Masya Allah..
sweet nya kebangetan thor🥰
Rama Daini Daini
Aisyah cerdas amat siih
Iqlima Al Jazira
sweet bgt sich😊
next thor
Astéria Omorfina: 🫡🫡🫡🫡siap kak
total 1 replies
Amin Srgfoo
bagus ceritanya
Astéria Omorfina: Terima kasih, Kak🥰🙏🏻
total 1 replies
Nor Aini
mungkin kh bapaknya aisyah
sri rahayu rahayu
Luar biasa
Astéria Omorfina: terima kasih, Kak. 🙏🏻
total 1 replies
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jleb banget plot twist-nya!
Katherine Caman
Bisa baca cerita berkualitas tanpa perlu keluar rumah, siapa sangka? 🙌
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!