Kehilangan suami yang sangat di cintai membuat Gina depresi namun dia sama sekali tidak akan menyangka bahwa orang yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri justru mempunyai perasaan khusus terhadap dirinya hingga dia jatuh ke dalam peristiwa yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Anita semakin jelas menunjukkan niatnya untuk merayu Raka dengan segala cara.
"Ah, maaf Pak. Kepalaku pusing" ucapnya sambil memegang kepalanya setelah dengan sengaja bersandar ke Raka seolah akan terjatuh.
Dengan sigap Raka menahan Anita dengan menyentuh lengannya dengan kuat.
"Kamu sakit?" tanya Raka.
"Iya Pak" jawabnya sambil berpura-pura sakit.
"Haah! gimana ini? kalau aku bantu dia, yang ada nanti dia pikir aku perhatian tapi kalau gak di bantu berarti aku pria jahat yang membiarkan orang sakit begitu saja" benak Raka.
Raka tidak tahu harus berbuat apa hingga akhirnya mereka sampai di bawah dan keluar dari lift.
Anita tampak sangat lemas dan tak berdaya hingga Raka tak punya pilihan lain selain mengantarnya pulang ke rumah.
Dia membuka mobilnya dan membantu Anita masuk dengan perlahan ke mobilnya.
"Aku antar kamu pulang atau ke rumah sakit?" tanya Raka.
"Eum.. pulang saja Raka" jawabnya dengan suara yang rendah.
"Yasudah, alamatmu dimana?" sambungnya lagi.
Anita mengatakan alamatnya setelah itu dia tersenyum dan berakting lagi untuk mendapatkan perhatian dari Raka.
"Pak, kepala saya makin sakit. Tolong pegang kepalaku sebentar" pintanya sambil menarik tangan Raka untuk menyentuh kepalanya.
Tentu saja Raka berusaha menolak namun dia tidak ingin terlihat bersikap kasar hingga tak sengaja tangannya menyentuh kepala Anita.
"Anita, kenapa kamu" ucapnya menahan amarah setelah menarik tangannya.
Anita hanya tersenyum dan bersandar dengan memejamkan matanya sembari menunggu Raka sudah sampai mengantarnya tepat di depan rumahnya.
Dengan panik Raka mencoba untuk lebih cepat melajukan mobilnya agar Anita cepat sampai di rumahnya.
Dia takut berada di dekat Anita yang semakin intens menggodanya dengan jelas.
"Aku benar-benar pria yang jahat, meskipun karena tak sengaja tapi tangan ini sudah menyentuh kepalanya. Gimana aku bisa menghadapi Gina, setelah ini aku benar-benar gak boleh berurusan dengan Anita" benak Raka.
Mereka pun sampai di halaman depan rumah Anita.
"Anita, bangun kita sudah sampai" ucap Raka.
Hanya dengan bersuara, Anita tak bergeming karena lelapnya.
"Anita?" panggilnya lagi.
"Hmm.. kenapa dia belum bangun juga?" gumam Raka.
Akhirnya dia menyentuh bahunya untuk membangunkannya.
"Anita bangun!" ucapnya lagi.
"Eum.. sudah sampai ya?" kata Anita yang terbangun setelah dibangunkan.
"Iya, kita sudah sampai" ucap Raka.
"Terimakasih ya Raka, sebenarnya ada hal yang ingin aku sampaikan"
Perasaan Raka menjadi semakin tidak enak karena tatapan Anita semakin dalam saat menatapnya.
"Sudah malam Anita, lebih baik kamu masuk ke rumah" ucapnya sambil memalingkan wajahnya.
Anita menjadi semakin tertantang dengan sikap Raka yang tidak mudah terpengaruh.
"Raka...lihat aku" kata Anita sambil menyentuh tangan Raka.
"Anita, apa yang kamu lakukan?" ucapnya terkejut lalu menepisnya dengan cepat.
"Eum.. akhirnya kamu melihatku juga Raka" Anita menyeringai setelah Raka tak sengaja menoleh ke arahnya.
Anita menjadi bersemangat meskipun Raka akan menolaknya.
"Raka.. sebenarnya aku sudah lama menyukaimu. Aku tahu ini salah tapi meskipun jadi simpananmu pun aku rela" ungkapnya dengan penuh harap.
Meskipun sudah menduganya namun Raka tidak menyangka akan mendapatkan pernyataan secara mendadak ini.
"Anita! apa kamu sadar dengan ucapanmu? aku sudah menikah" jawab Raka dengan tegas.
"Aku tahu, tapi Raka. Apa kamu gak mau merasakan sesuatu dari perempuan yang belum pernah di sentuh oleh pria manapun? aku siap memberikannya jika itu kamu" ucap Anita semakin menggila.
Raka semakin di buat syok dengan ucapan yang tak masuk akal dari mulut Anita, wanita yang selama ini pendiam dan tak banyak bertingkah.
"Astaga... apa lagi yang kamu ucapkan, sekarang lebih baik kamu turun" jawabnya merasa kesal.
Setiap apapun yang Raka katakan, tidak menjadikan Anita mundur dengan mudahnya.
"Aku tahu apa yang pria inginkan Raka, apa kamu gak mau merasakannya sekali dalam hidupmu? aku tahu perasaan mu yang sebenarnya ke istrimu. Aku bisa memberikan apa yang gak bisa istrimu berikan. Sentuh aku Raka, aku ingin kamu orang pertama yang bisa menyentuhku"
"Hah?! kamu pasti sudah gila Anita, cepat turun sebelum aku semakin marah" ucap Raka semakin kesal.
"Yasudah, tapi ingat tawaran ku ini masih berlaku sampai kapanpun, datanglah saat kamu bosan dengan istrimu" jawab Anita sambil tersenyum.
Dia keluar dari mobil setelah mengatakan banyak hal yang tidak masuk akal hingga membuat Raka pusing di buatnya.
Sikap Anita berbanding terbalik dengan dia yang sedang berada di kantor namun Raka tidak tertarik dengan rayuan maut dari wajah cantik dan tubuh mungilnya.
"Haah.. apa yang harus ku lakukan sekarang? aku menggali kuburan ku sendiri. Gina! aku harus mengatakan semuanya sebelum Anita semakin nekat" gumam Raka.
Kali ini Raka tidak bisa berdiam diri setelah mengetahui Anita memiliki sifat yang licik dan bisa jadi dia terperangkap dalam permainannya.
Setelah percakapan tidak masuk akal itu, Raka pulang ke rumahnya meskipun dia sangat ingin langsung menemui istrinya di rumah ibunya namun sudah terlalu malam jika harus kesana.
Dia berharap hari esok cepat datang, dimana dia bisa bertemu dengan istrinya di hari libur.
Pikiran yang kacau itu akan dengan mudah membaik jika istrinya berada di dekatnya.
Sesampainya di rumah Raka merebahkan tubuhnya yang lelah namun teringat dengan kata-kata gila dari mulut Anita.
"Astaga.. bisa-bisanya aku masih ingat ucapannya" gumam Raka.
"Istriku, andai kamu di sampingku pasti sudah ku peluk erat. Di luar sana banyak hal yang menggangguku" ucapnya sambil memeluk bantal guling.
Di waktu yang sama, Gina merasakan perasaan yang tak biasa.
Dia merasa resah gelisah saat memikirkan raka.
"Gak biasanya aku begini, ada apa ya?" gumam Gina.
Dia kembali ke kamarnya setelah selesai mencuci piring di dapur.
Di sela kesendirian yang sunyi itu, Gina merasa kesepian tanpa suaminya.
Dia yang selama ini selalu bersama dengan Raka sekarang sudah terbiasa sedangkan di saat tidak bersama rasanya ada yang hilang.
"Suamiku, apa kamu sudah tidur?" Gina mengirim pesan ke Raka.
"Belum sayang, aku kangen istriku. Andai kamu disini pasti sudah ku peluk" balasnya dengan cepat.
"Haha.. sudah ku duga, suamiku pasti baik-baik aja. Pasti ini cuma perasaan yang gak perlu" ucapnya merasa lega mendapatkan balasan pesan dari suaminya.
Gina kemudian membalas pesannya lagi dengan senangnya.
"Aku juga kangen suamiku, andai disini pasti sudah ku cium" balasnya dengan sedikit menggodanya.
"Ternyata istriku sekarang pintar menggoda, ya? awas kalau ketemu" Raka membalas pesannya lagi.
"Pfft.. kan, suamiku yang ajarin istrinya merayu" balas Gina lagi.
Raka dan Gina tersenyum dan saling memikirkan satu sama lain sambil berkirim pesan yang saling menggoda dengan antusias.