Jerat Cinta Adik Ipar
Di dalam kamar yang gelap tanpa penerangan terlihat seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam dengan wajah yang terlihat suram melamun bersandar di samping ranjangnya.
Air mata yang telah mengalir deras kini tidak tersisa meskipun masih merasakan kepedihan yang mendalam.
"Tok.. Tok" pintu kamar itu pun berbunyi tapi wanita itu tidak bergeming sama sekali.
"Gina...ini ibu! kamu harus makan sudah hampir seminggu kamu terus mengurung diri di kamar! apa kamu berniat menyusul suamimu?" ucap ibu mertua Gina merasa resah.
Seminggu berselang setelah suaminya meninggal, Gina tidak ingin menemui siapapun di rumahnya bahkan makanan yang selalu di antarkan sama sekali tidak tersentuh olehnya.
Perasaan sedih kehilangan suaminya telah membuat Gina tidak punya semangat untuk hidup.
"Aku tidak tahu lagi cara membuat dia mau makan, bisa-bisa dia menyusul anakku! hiks..kalau saja aku tidak menganggapnya seperti anakku sendiri, aku tidak mungkin sampai berbuat hal yang sia-sia seperti ini" gumam ibu mertua Gina sambil meletakkan makanan di depan pintu kamar.
"Jangan lupa di makan, ibu taruh di depan pintu"
Gina mendengar ibu mertuanya sangat peduli dengan dirinya dan untuk pertama kalinya dia menyadari bahwa dia sudah egois terhadap keluarga suaminya yang sudah baik kepadanya.
Krieett..
Dia akhirnya membuka pintu lalu mengambil makanan itu dan memakannya beberapa suap sambil menangis.
"Kenapa kamu meninggalkan ku? hiks..hiks.." Gina tidak sanggup lagi memasukkan makanan ke mulutnya karena teringat dengan suaminya.
Setelah beberapa saat Gina keluar dari kamar dan membawa piring dan gelas bekas ia gunakan untuk mencucinya.
Dia juga mencuci piring kotor yang ada di dapur dengan bersih dan menatanya dengan rapi.
Dari kejauhan ibu mertua Gina melihatnya.
"Syukurlah dia sudah mau keluar" ucapnya merasa lega.
Gina tidak ingin membuat keluarga suaminya terbebani karena sikapnya yang egois itu.
Kemudian dia kembali ke kamarnya untuk mandi karena merasa tidak nyaman.
"Bu.. aku pulang! apa kak Gina baik-baik saja?" tanya adik ipar Gina ke ibunya setelah pulang dari tempat kerjanya.
"Iya dia baik-baik saja! ibu sudah buatkan makanan kesukaan kamu, sana makan dulu"
"Terimakasih ibuku yang cantik" jawabnya dengan tersenyum ke ibunya.
"Haha.. dasar anak ini"
Ibu mertua Gina pun masuk ke kamarnya setelah memastikan anaknya makan masakannya.
Meskipun masih dalam keadaan berduka karena kehilangan anaknya namun dia masih bersikap tegar di depan anak yang lainnya.
"Kyaaa!!!" Tiba-tiba Gina berteriak dan terdengar oleh Raka.
Raka, adik ipar Gina yang sedang makan menjadi panik dan langsung berlari menghampiri kakak iparnya yang berteriak.
Posisi yang dekat membuat Raka dengan cepat sampai di kamar Gina kakak iparnya.
Untungnya kamar Gina tidak terkunci sehingga dia bisa masuk dengan mudah.
"Ada apa kak?" ucapnya sangat panik namun dia tidak bisa mengalihkan pandangannya melihat Gina yang hanya mengenakkan handuk pendek.
"Ada tikus Raka, di sana!" jawabnya dengan ketakutan.
"Jangan takut kak! tenang, ya?"
Belum sempat mencarinya tiba-tiba tikus itu berlari ke arah kaki Raka hingga membuatnya tersandung dan terjatuh.
"Kyaa!! Raka!!" Gina berteriak histeris merasa malu dan semakin panik karena Raka jatuh menimpanya hingga handuknya tersingkap dan terlihat sudah tubuhnya oleh Raka apalagi tangan Raka tidak sengaja menyentuh dada Gina.
Drap.. Drap.. Drap..
Teriakan kencang dari Gina terdengar oleh semua yang ada di rumah tersebut hingga mereka berlari menuju sumber suara.
Pintu kamar yang terbuka membuat mereka bisa melihat dengan jelas yang terjadi di kamar tersebut.
Mata Gina terbelalak melihat anggota keluarga suaminya melihat dirinya dalam posisi yang memalukan dengan adik iparnya.
Raka yang menyadari kedatangan keluarganya langsung menutupi tubuh kakak iparnya dengan kemeja yang ia kenakan dan beranjak dari atas tubuh kakak iparnya.
"Raka!! apa yang kamu lakukan?" ucap kakak pertama Raka.
Plak! Raka di tampar oleh kakaknya.
"Hiks.. hiks.." Gina menutupi tubuhnya dengan selimut dan hanya menangis karena malu dan merasa bersalah terhadap Raka.
"Semua ini hanya salah paham kak, bu!" jawabnya dengan tenang.
Semua orang mengira Raka menggoda kakak iparnya saat sendirian hingga ingin berbuat hal yang memalukan.
"Apa ibu pernah mengajari kamu hal yang melakukan? apa kamu tidak cukup percaya diri mencari perempuan lain hingga berbuat buruk ke istri kakakmu? hah?! kamu juga Gina, kupikir kamu baik ternyata kamu menggoda anakku bahkan di saat kuburan suamimu belum kering!!" ibu mertua Gina sangat murka melihat mereka.
"Bukan seperti itu bu, tolong dengarkan penjelasan kami" ucap Gina mencoba membela Raka dan dirinya.
"Cepat ganti baju dan keluar! kita bicarakan semua ini dengan kepala dingin" ucap kakak pertamanya.
"Baik kak"
Hanya karena hal sepele justru berakhir dengan kesalahpahaman yang besar hingga Gina tidak sanggup melihat raut wajah dari keluarga suaminya.
Untungnya istri dari kakak pertama dan anak-anak sedang tidak di rumah sehingga hanya ibu mertua, kakak pertama yang melihat kejadian tersebut.
Mereka duduk di ruang keluarga dengan tatapan tajam penuh amarah.
Gina yang sudah mereka tunggu duduk dengan perasaan yang tidak enak.
"Baiklah! sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi" ucap Anton kakak pertamanya Raka.
Raka dan Gina menjelaskan dengan jujur tentang peristiwa yang terjadi sebelumnya.
"Jadi begitu ceritanya? tapi meskipun memang karena hal yang tidak di sengaja, Raka sudah melihat tub*h Gina dan menyentuhnya, itu permasalahannya!"
"Benar! di keluarga kita hal seperti itu adalah masalah besar apalagi ini menyangkut harga diri perempuan, ibu minta maaf Gina atas ucapan sebelumnya"
"Tidak masalah bu, semua ini karena saya" ucap Gina merasa bersalah.
Meskipun sempat kesal dan melontarkan perkataan yang kasar sebenarnya ibu mertua Gina sudah menganggap Gina seperti anaknya sendiri hingga dia tidak bisa membiarkan hal ini berakhir dengan begitu saja.
"Aku bersedia tanggungjawab dan menikahi kak Gina" kata Raka dengan tiba-tiba.
Semuanya terkejut dengan ucapan Raka yang tergesa-gesa.
"Tunggu! Raka kamu tidak perlu sampai seperti itu, aku tidak masalah karena kamu tidak sengaja!" jawab Gina sambil mengibaskan tangannya.
"Kepalaku pusing! kenapa semua ini bisa terjadi, Raka lebih baik kamu pikirkan dengan matang ucapanmu itu" kata ibunya sambil memegang kepalanya yang sakit.
"Meskipun bukan hal yang harusnya senang tapi aku cukup bangga dengan keberanianmu itu Raka! tapi apa kamu yakin dengan keputusan mu itu? apalagi Gina kakak ipar mu" ucap kakak pertamanya merasa cemas.
Gina merasa sangat bersalah dan tidak ingin masa depan Raka hancur karenanya.
"Aku yakin dengan keputusanku! aku tidak mau kak Gina merasa harga dirinya tercoreng karena sudah ku sentuh! bukannya ini solusi yang terbaik untuk masalah ini?" Raka dengan yakin menginginkan pernikahan tersebut.
"Kita bicarakan lagi nanti setelah kamu memikirkannya lagi, Kepala ibu semakin pusing" ibunya Raka meninggalkan mereka untuk menenangkan pikirannya sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Eva Nietha✌🏻
Merapat
2024-09-07
0