Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Dean langsung mengajak Charlotte berkeliling Mansion yang luasnya berhektar-hektar itu. Dean selalu menjelaskan dengan detail tempat apa saja yang mereka lewati. Dari ruang santai, Gym, dapur, taman yang disisi kirinya terdapat asrama untuk para Maid dan penjaga. Ada puluhan kamar disana. Charlotte mendengarkan penjelasan Dena, namun juga penasaran dengan sosok Xavier yang menurutnya misterius. Wanita itu sekilas melirik Dean, dan muncul pemikiran untuk bertanya langsung pada asisten pribadinya Xavier tentang laki-laki itu.
“Dean, boleh aku tanya sesuatu?”
“Ya Nona?”
“Xavier, eh maksudku Xavi. Dia itu orang seperti apa?”
“Kenapa Nona bertanya itu pada saya?”
“Yaaa, karena kau orang terdekatnya bukan. Kau pasti lebih tahu tentang dia dibanding orang lain.”
Tiba-tiba Dean menghentikan langkahnya. Dia berbalik menghadap Charlotte seraya menepiskan senyum diwajahnya. Senyum yang benar-benar aneh menurut Charlotte. Penuh dengan kepura-puraan.
“Nona lebih baik bertanya langsung pada Tuan Muda. Pasti Tuan Muda akan memberikan jawaban yang Nona inginkan.”
“Aku bertanya padamu, kenapa malah menyuruhku bertanya padanya.” Kesal Charlotte.
“Saya tidak berhak memberikan jawaban apapun pada Nona. Mari kita lanjutkan perjalanannya.” Dean berbalik dan memutuskan pembicaraan mereka. Dia berjalan lebih dulu.
Charlotte mulai emosi dengan sikap Xavier dan Dean yang sama-sama menyebalkan! Mereka seperti saudara kembar yang memiliki sifat sama. Sama-sama kaku dan irit bicara!! Sekali bicara, bikin naik darah orang!
“Dimana kamarku!”
“Kita belum selesai berkeliling Nona. Apa Nona sudah lelah?” tanya Dean.
“Ya. Aku lelah. Cepat tunjukkan padaku.” Charlotte mulai menaikkan satu oktaf suaranya karena kesal.
“Baiklah Nona. Mari ikuti saya.”
Dean membawa Charlotte naik ke lantai 3 dimana, kamar wanita itu berada. Jangan lupa, jika Mansion itu dipenuhi dengan teknologi modern dan canggih. Didalam mansion itu juga terdapat Lift yang menghubungkan lantai 1 sampai 3.
Banyak tombol aneh yang menempel didinding berwarna hitam. Charlotte tidak tahu apa fungsi tombol itu. Bahkan hampir semua ruangan ada benda itu.
Dean keluar Lift diikuti Charlotte. Laki-laki itu berhenti didepan sebuah pintu yang kemungkinan besar kamarnya.
Klik!
Pintu kamar terbuka setelah Dean menempelkan kartu sebagai kuncinya. Sistem yang digunakan sama seperti kamar-kamar dihotel berbintang.
“Untuk sementara, Nona bisa memakai ini untuk keluar masuk kamar.” Dean menujuk kartu itu. “Untuk seterusnya, sidik jari Nonalah yang akan kami gunakan untuk membuka kamar ini. Jadi Nona akan merasa aman tinggal disini. Tidak akan ada yang bisa masuk kesini tanpa ijin Nona.” Jelas Dean.
“Oh, hebat juga. Aku suka cara itu.”
Charlotte menyeringai penuh maksud. Dia bisa mengunci Xavier diluar. Dan melarang laki-laki itu masuk kedalam kamar. Biar laki-laki itu tidur di kamar lain. Bukankah kamar disini banyak.
“Tuan Muda akan tidur di kamar lain Nona.” Ucap Dean seakan tahu isi pikiran Charlotte.
Senyum Charlotte terhapus dan menatap Dean dengan bingung. “Lhoh, dia tidak tidur sini?”
“Tidak Nona. Tuan Besar sudah mengatur pembagian kamar untuk Anda dan Tuan Muda. Kalian berdua akan tidur dikamar terpisah sampai resmi menjadi suami istri. Tuan Muda juga tidak akan mendekati Anda sampai hari itu tiba.”
Mendengar penjelasan panjang Dean yang penuh kabar menggembirakan, Charlotte langsung terlonjak senang. Dia tersenyum bahagia seraya mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Charlotte bahagia, sangat bahagia.
Itu artinya dia tidak akan terus melihat laki-laki jahat itu. Dan dengan mudah, dia bisa mengatur ulang rencana pelariannya lagi. Tentunya dengan tenang tanpa gangguan didalam kamar surganya.
“Kalau begitu saya permisi. Silahkan Nona beristirahat dengan baik. Permisi.” Dean berbalik dan langsung pergi meninggalkan Charlotte.
Dengan hati senang, Charlotte masuk kedalam kamar dan menutup pintu. Kini dirinya kembali dibuat terperangah melihat isi kamarnya yang tak kalah mencengangkan. Disana terdapat banyak perabotan mewah. Ranjang besar, sofa yang nyaman, balkon yang luas dan tentunya ada Walk in Closet. Senyum penuh kemenangan terukir dibibirnya. Chalotte mendekati Ranjang Queen Sizenya. Tubuhnya ambruk diatas kasur yang empuk. Charlotte benar-benar merasa nyaman.
Setelah cukup lama rebahan di kasur, Charlotte bangkit berniat melihat isi kamarnya. Dia berjalan menuju Walk in Closet disamping kamar mandi. Dengan antusias, Charlotte membuka satu persatu lemari berisi pakaian, perhiasan dan aksesoris yang sudah disiapkan khusus untuknya. Dirinya duduk diatas lemari kecil dan memandangi semua barang-barang yang sekarang menjadi miliknya itu. Seadainya dia menikah dengan Xavier, mungkin dalam 7 turunan, harta mereka tidak akan habis. Xavier memang orang kaya, bilionare muda. Jika saja sikap laki-laki itu lembut dan baik, pasti ceritanya sudah berubah. Charlotte mungkin bisa mulai menyukainya secara perlahan. Namun hal itu seolah hilang setelah mengingat bagaimana perilaku laki-laki itu saat di Klub tempo hari.
Charlotte menyakini jika Xavier, pria yang kejam dan tidak punya belas kasihan. Bahkan laki-laki itu pernah dikejar para pembunuh yang entah berasal darimana saat di Motel. Nyawa pria ini lebih membahayakan orang-orang sekitarnya. Jika dirinya menjadi istri Xavier, kemungkinan besar, nyawanya juga ikut dalam bahaya. Charlotte tak ingin hidup seperti itu.
Setelah puas melihat-lihat, Charlotte memutuskan mandi saat dirasa hari sudah mulai gelap.
^
Tok tok!
Charlotte berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang ke kamarnya. Ternyata seorang Maid lah yang datang. Menundukkan kepalanya memberi hormat terlebih dahulu.
“Nona Muda, Tuan Muda Xavier sudah menunggu Anda dibawah. Anda diminta menemuinya untuk makan malam.” Ucap Maid itu.
“Oh, benarkah. Baiklah. Aku akan kesana.”