Jatuh cinta pandangan pertama bisa saja terjadi.
Dan katanya pacaran setelah menikah sangat indah.
Benarkah?
Simak yuk dan temukan jawabannya disini.
Seperti biasa cerita ini hanya fiktif, jangan dikaitkan dengan dunia nyata, oke!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Viora menghentikan anak itu makan makanan sisa yang tinggal sedikit. Yang sudah ditinggal oleh pemiliknya. Karena pelayan belum sempat mengemasi nya.
"Jangan dimakan!" bantah Viora.
Anak itu menoleh, anak perempuan berusia 8 tahun itu pun menghentikan makan nya. Ia berpikir akan dimarahi oleh pemilik warung tersebut.
"Tapi aku lapar kak," ucap anak itu.
Viora tersenyum lalu menarik tangan anak itu pelan. Viora membawa anak itu ketempat mereka duduk.
Ibra yang melihat itu tersenyum manis, "memang tidak salah aku memilihmu, sayang," gumam Ibra.
Viora pun mengajak anak itu duduk dan memesankan makanan untuknya. Anak itu merasa kikuk, karena kondisinya yang kotor dan pakaian yang kumel.
"Dimana rumahmu?" tanya Viora. Anak itu terdiam. Ia yang tadinya menunduk kini mendongak.
"A-aku tidak punya rumah," jawab anak itu kembali menunduk.
Viora merangkul anak itu, anak itu menangis karena masih ada orang baik yang mau menolongnya.
"Bagaimana kalau kita bawa pulang saja?" usul Ibra.
"Pendapat ku juga begitu, kalau kita biarkan hidupnya akan terlunta-lunta di jalanan," jawab Viora. Ibra mengangguk.
Pesanan mereka pun tiba, anak itu diminta untuk mencuci tangan terlebih dahulu, kemudian baru boleh makan.
Viora dan Ibra memperhatikan anak itu makan dengan lahap, sepertinya anak itu memang sedang kelaparan. Ibra dan Viora semakin merasa iba melihatnya.
"Kemana orang tuamu?" tanya Viora.
Anak itu menggeleng, dia tidak mengingat kedua orang tuanya. Akibat benturan keras saat ia diculik, membuatnya melupakan separuh ingatan nya dimasa lalu.
Yang ia ingat, ia diculik lalu disiksa. Beruntung anak itu bisa melarikan diri. meskipun masih kecil, tapi anak itu pemberani.
Viora teringat kasus anak hilang setahun yang lalu, tapi sampai sekarang belum ditemukan. Mereka mengira anak itu sudah meninggal.
Video bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya. Beruntung tadi ia membawa laptop nya.
Viora kembali ke meja tempat mereka makan, lalu membuka laptopnya. Viora mengetik keyboard laptop mencari informasi tentang anak hilang tersebut.
Muncul foto anak itu, persis seperti anak yang ada dihadapannya. Hanya saja yang didepan nya terlihat tidak terurus.
"Kita harus mengembalikan anak ini ke orang tuanya," ucap Viora.
"Bagaimana kalau orang tuanya tidak menginginkan nya?" tanya Ibra.
"Tidak mungkin, kedua orang tuanya mati-matian mencari anak itu," jawab Viora.
"Apa motif dari penculikan ini?" tanya Ibra.
"Dendam!" jawab Viora singkat.
"Bagaimana kalau kita hubungi orang tuanya terlebih dahulu?" saran Ibra.
"Hmmm, aku akan menelepon orang tuanya untuk datang kemari," jawab Viora.
Sedangkan anak itu tidak peduli, dia masih tetap makan hingga perutnya kenyang. Viora segera menghubungi orang tua anak itu.
Viora mengirim lokasi mereka, agar kedua orang tuanya bisa datang kemari. Kemudian Viora menyimpan ponselnya kembali.
"Mengapa tidak dari dulu aku menyelidiki nya?" batin Viora.
Ketika itu Viora sibuk dengan usahanya, jadi tidak ada waktu untuk urusan begituan. Viora juga berpikir, kalau polisi pasti bisa menangani kasus ini.
Saat ada yang mengabarkan anak itu sudah meninggal, anehnya kasus itu malah ditutup. Bahkan tidak ada titik terang dan jasad nya juga tidak ditemukan.
Lebih dari satu jam Viora menunggu kedatangan kedua orang tua anak itu. Terlihat mobil mewah terparkir didekat mobil milik Ibra.
Kedua orang itu keluar dari mobil, mereka belum tau tujuan Viora memanggil mereka. Mendengar nona muda keluarga Henderson yang mengundang mereka, tentu saja mereka tidak menolak.
"Maaf Nona, membuat anda menunggu lama," kata Morgan.
Sedangkan istrinya merasa jantungnya berdegup saat mendekati anak itu. Tapi ia belum menyadari kalau anak yang sedang duduk disebelah Viora adalah anak kandung mereka.
"Tidak apa-apa tuan Morgan. Yang penting anda dan istri anda datang," kata Viora.
Morgan melihat pria yang ada didepannya, dan tersenyum. Morgan tentu saja mengenal pria itu.
"Tuan Ibrahim juga ada disini? Suatu kehormatan bagi saya," tanya Morgan.
"Saya menemani istri saya, tuan Morgan," jawab Ibra.
"Is-istri?" tanya Morgan. Morgan terkejut, begitu juga dengan Mega. Karena mereka tidak tau kalau keduanya sudah menikah.
"Kalau boleh tau, apa tujuan anda mengundang kami kemari, nona?" tanya Mega to the point.
"Ingin membahas tentang anak tuan dan nyonya yang hilang," jawab Viora.
Deg...
Keduanya saling pandang dengan perasaan berkecamuk. Sudah lama mereka tidak mendengar dan membahas anak mereka yang hilang itu.
Mereka sudah ikhlas kalau memang itu kehendak Tuhan. Mereka juga sedang memprogram tentang kehamilan.
Mega sulit untuk hamil, dulu saja mereka harus menunggu 2 tahun untuk mendapatkan anak. Bahkan Mega divonis mandul.
Tapi kuasa Tuhan siapa yang tau? Dalam keputusasaan mereka, Tuhan ternyata menitipkan janin di rahim Mega. Mereka sangat bahagia ketika itu.
Tapi kejadian demi kejadian selalu menimpa keduanya. Beruntung kandungan Mega kuat, sehingga bayi itu terlahir dengan selamat.
Dan sejak bayi itu terlahir, kejadian demi kejadian masih terus berlanjut. Hingga terakhir anak mereka dikabarkan hilang lalu meninggal.
"Kami sudah ikhlas dengan kepergiannya," ucap Morgan. Sang istri sudah menangis dipelukan Morgan.
"Justru itu yang kami beritahukan, tuan Morgan," kata Ibra.
"Nyonya mengenal anak ini?" tanya Viora.
Mega seketika menoleh, karena anak itu tertunduk jadi wajahnya tidak terlihat jelas. Ditambah lagi keadaan nya yang kotor dan kumel.
Anak itu mendongak, Mega dan Morgan terkejut. Anak yang mereka kira sudah meninggal ternyata ada didepannya.
"Me-gan," Mega tidak kuasa menahan airmata nya.
Ia langsung memeluk putrinya itu. Begitu juga dengan Morgan, anak yang selama ini mereka harap-harapkan ternyata masih hidup.
"Ini benar kamu, Nak? Mama tidak mimpi, kan?" Mega terus saja menangis.
Pertemuan orang tua dan anak itu membuat hati Viora merasa teriris. Ia juga tidak bisa menahan airmata nya. Ibra dengan dengan cepat merangkul istrinya itu.
"Tuan, nyonya, sebaiknya periksakan anak tuan kerumah sakit. Mungkin saja ia mengalami trauma," kata Ibra.
Mega dan Morgan mengangguk, keduanya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Keduanya larut dalam kesedihan juga kebahagiaan bergabung menjadi satu.
"Terima kasih," ucap Morgan.
Selama ini Morgan jarang mengucapkan terima kasih. Tapi kali ini ucapan itu lolos dari mulutnya sendiri.
"Jaga dia tuan, jangan biarkan anak ini menjadi korban lagi. Karena pelakunya adalah orang terdekat anda," ucap Viora setelah bisa menguasai dirinya.
"Ma-maksud Nona?" tanya Mega.
"Percaya atau tidak, pelakunya adalah adik anda sendiri," jawab Viora.
Jedaar ....
Bagai petir menyambar saat keduanya mendengar bahwa pelakunya, adalah adiknya yang selama ini ia sayangi. Mega memandang suaminya yang juga sama terkejut.
"Tapi adik ku sangat baik, bahkan dia juga merasa sangat kehilangan saat Megan diculik," kata Mega.
"Benar, bahkan saat mendengar kabar Megan meninggal, dia yang paling terpukul." Morgan menimpali.
"Air tenang jangan dikira tidak ada buaya, nyonya," kata Ibra.
Keduanya terdiam, pepatah itu ada benarnya. Tidak menutup kemungkinan kalau orang terdekat bisa saja berbuat jahat kepada kita.