Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Revan dan Tio
Yura turun dari jok motor Aidan, dengan wajah yang masih bersemu merah, masih salah tingkah karena ciuman pertamanya yang di renggut paksa oleh suaminya sendiri yang kini malah mesam-mesem gak jelas menatap dirinya.
"Masih merah aja sih cel tu pipi. Mau gue cium lagi apa gimana?" tau kan Aidan ini gak ada jaim-jaimnya, nah ini. Tanpa tau malu ia masih saja terus menggoda sang istri, lihatlah alisnya bahkan naik turun untuk menggoda Yura.
Dengan cepat Yura memukul lengan Aidan "gue tendang Lo kalau berani cium gue lagi!"
Di balik helm full facenya Aidan malah terkekeh. "tadi kan udah gue cium tapi kok gak di tendang, malah ikut nikmati."
Blushing
Dasar Aidan, senang sekali kalau disuruh menggodanya. Udah males ah, males berhadapan dengan si indomilk Bogor satu ini. Bisa bisa mati lemas Yura kalau di goda terus begini.
Tiba-tiba tangan pria itu terulur membelai puncak kepala Yura dengan lembut "gih sana masuk, katanya mau ada seminar." berakhir dengan elusan di pipi yang sebentar.
Di perlakukan seperti itu membuat Yura semakin salah tingkah, ia dengan kaku menganggukan kepala. Wajahnya semakin memerah seperti tomat busuk.
Stop Aidan stop! Perasaan Yura bisa bahaya kalau semakin dalam nantinya.
Namun belum sempat ia melangkah memasuki gerbang suara seseorang menghentikannya.
"Eh, ketemu Bang Aidan sama Yura disini." Tegur pria bule dengan wajah kelewat ramahnya. Iya, siapa lagi bule yang satu kampus dengan Yura kalau bukan Revan. "Nganterin Yura bang?" tunjuk Revan pada gadis pujaannya. Revan sudah tidak heran melihat kedekatan keduanya. Jadi tidak ada rasa curiga sedikitpun jika keduanya memiliki hubungan yang lebih dari sekedar tetangga.
Aidan mengangguk "Lo Van, apa kabar?" mereka berjabat tangan ala laki. Dan itu tak luput dari penglihatan Yura.
Revan nampak terkekeh "baik bang, widih makin kesini-makin kesana aja dah ni tampang bapak polisi." ucapnya setelah melihat wajah Aidan yang kini baru saja membuka helmnya.
"Makin aur-auran maksud Lo." keduanya pun tertawa bersama.
"Oh, iya Ra, udah kamu sampein kan tuh undangan aku ke bang Aidan?" kini Revan beralih bertanya ke Yura yang hanya berdiri mematung menatap keduanya.
Aidan pun ikut menatap gadis itu, mengedikkan dagunya tanda bertanya 'apa?'
Yura menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "eh, aku lupa. Kasih ke bang Ai." ia tidak lupa terkekeh sungkan dan malah terlihat menggemaskan di mata Revan.
Menangkap tingkah Yura yang mendadak jadi rakun setiap ada Revan. Begitu pula dengan Revan yang akan berubah jadi lebih lembut saat berhadapan dengan Yura membuat Aidan menyimpulkan jika keduanya saling menyukai tapi tidak berani saling mengungkapkan. Kok mendadak ia merasakan nyeri ya di bagian dada?
Revan terkekeh "gak papa." tidak lupa ia mengelus rambut Yura dengan lembut, seperti yang Aidan lakukan tadi. Dan membuat mata Yura membulat sempurna, begitu juga Aidan matanya menatap Yura dan Revan bergantian.
Dengan segera Yura mengambil langkah mundur untuk menghindari elusan Revan yang mendarat di kepalanya.
Melihat itu Revan meringis "maaf Ra, aku lancang." ucapnya yang terdengar seperti cicitan malu karena melewati batas.
Aidan terus memperhatikan "Memangnya ada apa van?" nada suaranya terdengar sedikit ngegas. Entahlah melihat pria lain mengelus kepala istrinya membuat Aidan tidak senang. Seperti ada yang panas di dalam hati, tapi entah apa.
Kiw kiw ada yang cemburu awokawok joss😂
Bau gosong gak tuh Ra?😂
"Eh, gue mau grand opening kafe baru gue malam Minggu nanti. Gue udah nitip undangan buat Lo ke Yura si kemarin. Tapi ternyata dia lupa kasih ya. Ya udah deh, gue undang secara langsung nih. Lo datang ya ke acara kafe gue."
Aidan melirik Yura sekilas lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, "nanti kalau gak ada kerjaan gue usahain datang. Lo taulah satreskrim sibuknya kayak apa. Ada aja kriminal yang harus di urus." jelasnya lagi ia melirik Yura yang terus saja menunduk.
Revan mengangguk mengerti. "Mau lo datang atau gak pokoknya udah gue undang ya bang."
Aidan mengangguk lagi, ia melirik jam tangannya sejenak "ya udah kalau gitu gue duluan ya." pamitnya pada Revan. Yang di balasi anggukan kepala oleh pria bule itu.
"Bareng ya Ra." ujar Revan pada Yura. Namun tidak ditanggapi oleh gadis itu. Ia malah beralih menatap Aidan, Aidan menatap Yura lekat.
"Sana cel, masuk. Nanti ketinggalan seminar." ujar Aidan pada akhirnya.
Yura pun mengangguk, dan berbalik akan pergi, namun kembali terhenti karena ucapan Aidan "tangan gue gak di cium nih?"
Revan mengerutkan kening terlihat jelas sekali kalau pria itu sangat bingung dengan permintaan Aidan yang dari sudut pandangannya sangat tidak biasa untuk status mereka yang cuma sebatas tetangga.
Namun melihat Yura yang melangkah mendekati Aidan dan mencium tangan pria itu membuat Revan makin terkesiap. Namun setalahnya ia berpikir positif mungkin karena mereka sudah seperti adik-kakak kandung jadi sudah biasa seperti itu. Tidak salahkan?
_______________________
Sesampai di kantor Aidan berpesan dengan Tio yang kini malah dengan sengaja membuang muka saat berpapasan dengannya.
"Woy! Gak hormat banget Lo sama gue!" pekik Aidan membuat langkah Tio terhenti. Berbalik dan memberi hormat pada Aidan tanpa mengucapkan sepatah kata dan kembali ingin berlalu pergi begitu saja. Bukan Tio sekali, karena biasanya pria itu akan protes jika di tegur seperti itu oleh Aidan.
"Yo!"
Tio memutar bola matanya malas, lantas kembali berbalik. "Siap ndan, enek sing iso saya bantu?"
Aidan berdecak "Lo masih marah sama gue?"
"Siap, tidak komandan!"
"Terus ini apa?" Aidan mempertanyakan sikap pria itu yang terlalu formal padanya. Padahal biasanya Tio inilah yang tidak punya sopan sama sekali. Menganggap Aidan bukan pimpinannya.
"Siap, wes seharusnya kan begini ndan."
Aidan memicingkan matanya paksa, lalu setelahnya menatap Tio dan berkacak pinggang, sudah seperti bos besar "apa yang Lo marahin sih yo? Lo gak terima kalau gue nikah sama Yura? Nikahi pujaan hati Lo itu, hah?!"
Tio memasang wajah datarnya "ya kan situ duluan, wes ngerti saya yang naksir setengah mati malah situ jadikan istri. Gak jaga perasaan saya banget mas komandan ini." ia kembali membuang pandangannya.
Aidan tertawa sombong "mau setengah mati pun Lo cinta sama Yura, kalo jodohnya dia itu gue Lo bisa apa?"
Geram, tentu geram Tio mendengar ucapan Aidan. Namun detik berikutnya hatinya malah mencelos meresapi perkataan Aidan yang memang benar adanya. Kalau jodohnya Yura itu bukan dia tapi Aidan, dia bisa apa? Bisa nangis guling-guling dong! Sambil berkata "ya Allah Gusti, gek endang gawe komandan sombong ku modar jadi aku iso gantiin posisinya buat jadi pendamping My pujaan hati." ucapnya membatin. Tapi ia tidak perlu membatin, diakan tinggal di Indonesia, jadi harus menyalurkan aspirasinya.
Dengan angkuhnya Tio berkacak pinggang dan mengangkat dagunya tinggi seolah-olah menantang. "Gak perduli, akan saya tunggu Yura jadi rondo!" ucapnya tidak santai mencoba memprovokasi Aidan supaya tuntas sudah patah hatinya yang bisa membuat pria itu kesal setengah mati.
Dengan tidak santainya Aidan menoyor kepala Tio "berarti secara gak langsung Lo doain gue mati, hah?! Memang dasar anggota berengsek!" sekali lagi Aidan menoyor kepala Tio. Yang di toyor hanya tertawa ngakak, karena berhasil menyulut emosi Aidan. "Dan mimpi aja Lo terus nunggu si Yura jadi janda. Karena itu gak akan pernah terjadi! Enak aja Lo!" ucapnya penuh kesal.
"NYenyenyenye." ejek Tio seperti bocah SD. Setalahnya kabur, menghindari sepatu melayang. "KU TUNGGU RONDONE ISTRIMU MAS KOMANDAN!" teriaknya sambil berlari. Membuatnya menjadi pusat perhatian, tapi Tio mah bodo amat. Yang penting ia sudah berhasil melampiaskan patah hatinya kepada Aidan dan membuat kanit bau kencur itu mencak-mencak.
Sementara dari kejauhan Dendy dan juga Dewa memperhatikan 2 orang tersebut. Dendy menyanggakan tangannya pada pundak Dewa untuk menopang bobot tubuhnya pun bertanya "tu 2 manusia random udah baikan?" matanya masih enggan lepas dari kedua manusia yang tidak jauh dari mereka.
Dewa mengedikkan bahunya "gak tau bang, kelihatannya sih udah. Si Tio kan mana betah ngambek lama-lama. Mulutnya kecut kalau gak Ngeledekin bang Aidan satu hari."
Dendy menganggukkan kepalanya.
...Mau bilang apa sama Revan?...
...Mau bilang apa sama Tio?...
gak kerasaaaaa😛