(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Jauh-jauh hari Nara dan teman-temannya sudah mempersiapkan diri untuk ulangan, dari belajar bersama secara langsung maupun belajar melalui grup aplik4si hijau, saling memberi soal dan jawaban.
Pagi ini sebelum berangkat sekolah Nara meminta doa kepada kedua orang tuanya agar di mudahkan menjawab soal ulangan, tiba di sekolah Nara dan teman-temannya membaca ulang rangkuman masing-masing.
"Bismillah, semoga kita semua bisa jawaban soal ulangan nanti" kata Erika bersemangat
"Aaamiiin" jawab Nara dan yang lain
Bel masuk berbunyi, Nara dan teman-temannya segera masuk ke ruang ujian masing-masing. Sebelum memulai ulangan, pengawas meminta para murid untuk berdoa terlebih dahulu.
Saat pengawas membagikan soal ulangan terdengar ocehan kecil dari mulut salah satu murid, membuat Nara menggelengkan kepala karena yakin murid itu tidak belajar makanya pusing melihat soal ulangan.
"Jangan ribut, pastikan di atas meja hanya ada alat tulis. Jika ada yang menyontek, Bapak tidak segan-segan akan merobek kertas jawaban kalian. PAHAM" kata Pengawas dengan tegas
"PAHAM, Pak"
"Alhamdulillah perjuangan belajar jauh-jauh hari tak sia-sia, terima kasih Ya Allah" gumam Nara dalam hati dengan raut wajah ceria
Tentu Nara sangat bahagia karena yang di pelajarinya dan teman-temannya masuk semua, Nara menoleh ke arah Beni yang sebaris dengannya terlihat Beni sangat tenang bahkan sesekali tersenyum.
"Kelihatan ya yang gerasak-gerusuk itu, yang baru belajar semalam" kata Pengawas
"Ya fitrah anak sekolah memang begitu, Pak" sahut Raden
"Itu prinsip yang salah, kamu nya aja yang malas"
Tak lama kemudian Beni beranjak dari tempat duduknya sembari membawa kertas ulangannya, membuat pengawas keheranan dan bertanya, yang mana ternyata Beni sudah selesai menjawab semua soal ulangan.
Namun pengawas meminta Beni untuk memastikan kembali jawabannya, apakah benar-benar sudah yakin. Dengan patuh Beni kembali ke tempat duduknya, lalu kembali membaca ulangan soal dan jawabannya.
"Udah yakin banget loe, Ben. Entar remedial loh" kata Erika memperingati Beni
Beni hanya tersenyum sembari mengedipkan matanya ke arah Erika, Erika yang mendapat kedipan dari Beni tersipu malu dan tersenyum senang bahkan kedua pipinya langsung menyembur merah seperti kepiting rebus.
"Sudah di pastikan?" tanya Pengawas
"Iya, Pak"
Setelah itu Beni keluar dari kelas, tampak dari ruang ujian lagi sudah banyak murid yang keluar. Selang berapa detik Nara yang sudah memastikan jawabannya dengan teliti segera beranjak bersamaan dengan Erika.
"Wah, dua serangkai. Jangan-jangan saling memberi jawaban, sampe kompak gitu" celetuk Raden yang melihat Nara dan Erika mengumpulkan kertas ulangan mereka bersamaan
"Apaan sih? Iri, makanya belajar" sahut Erika
Setelah mengumpulkan kertas ulangan, Nara dan Erika keluar dari kelas. Selanjutnya Adi juga ikut mengumpulkan kertas ulangannya, kini Nara dan teman-temannya berkumpul di depan ruang ujian mereka.
Mereka tampak bahagia karena bisa menjawab semua soal ulangan tadi meski belum tau benar salahnya, Yang terpenting bagi mereka tak ada kesusahan untuk soal ulangan ini tadi.
"Setelah ini ulangan Matematika, aduh siap-siap kepala meledak buat mengingat rumus-rumus yang ada" kata Adi dengan gaya kemayunya
"Bismillah, yakin aja. Pasti bisa kok, yang penting kemarin-kemarin kita sudah berusaha untuk belajar" kata Nara dengan bijak
Bel istirahat berbunyi, semua murid yang belum keluar dari ruang ujian pun keluar dengan raut wajah sedih. Ada yang mengeluh kalau soal ulangan sangat sulit, bahkan ada yang mengatakan kalau tak ada jawabannya.
Ulangan pelajaran pertama telah usai, Nara dan teman-temannya sangat bersyukur karena tadi bisa menjawab soal ulangan dengan lancar, mereka berharap semoga mendapatkan nilai yang memuaskan.
Nara dan teman-temannya berniat untuk makan bekal mereka sebelum jam istirahat usai, namun tertunda ketika Pak Rio dan Pak Irwan dengan wajah marah memanggil Beni untuk ke kantor sekarang.
Karena penasaran masalah apa yang tengah di hadapin Beni, Nara dan yang lain ikut ke kantor untuk menemani Beni. Tapi tak ada yang berani bertanya, apalagi melihat raut wajah Pak Rio yang sangat menyeramkan.
"Beni, jelaskan pada Bapak kenapa kemarin balapan dan gak langsung pulang. Kamu mau jadi calon ketua OSIS masa depan, apa mau jadi pembalap?" kata Pak Rio
"Apa, Pak. Saya balapan?" tanya Beni bingung
"Jawab aja, jangan banyak alasan" titah Pak Rio
"Tapi saya gak balapan, Pak. Kemarin saya langsung pulang, terus siangnya ke rumah Nara, kita belajar sama-sama buat ulangan"
"Iya, Pak. Beni ke rumah saya" bela Nara yang juga bingung dengan permasalahan ini
Pak Rio pun menjelaskan bahwa ada murid SMA ini kemarin mengganggu murid SMA lain, bahkan mengolok-olok juga. Murid itu mengatakan bahwa dia anak kelas X.IPA.1, jadi SMA lain itu melaporkan pada Pak Rio.
Tak lama kemudian murid SMA lain datang bersama gurunya menemui Pak Rio yang telah mengumpulkan semua murid kelas X.IPA.1, Pak Rio pun menanyakan pada murid SMA lain mana orang telah mengganggunya.
"Maaf, Pak. Tidak ada salah satu di antara mereka, nama murid itu Beni Setiawan" jelas Murid SMA lain itu
"Nama saya Beni Nugraha, Beni Setiawan itu anak kelas X.IPS.3" kata Beni
Pak Rio pun meminta Pak Irwan untuk memanggil Beni Setiawan, Beni dan teman-temannya datang ke kantor dengan raut wajah kesal, pasalnya rencananya untuk menjatuhkan Beni calon ketua OSIS gagal.
"Nah, itu dia orangnya Pak. Yang menginjak-injak tas saya, woii tanggung jawab loh" kata Murid SMA lain memandang sinis ke arah Beni anak IPS
"Jadi kamu pelakunya, kenapa kamu ngaku anak kelas X.IPA.1?" kata Pak Rio menatap tajam Beni
"Maaf Pak, anak IPA selalu di perhatikan di banding kami anak IPS. Murid lain juga sering sekali membandingkan anak IPS dengan anak IPA, OSIS juga banyakkan dari anak IPA. Selalu mereka yang di utamakan dari pada kami anak IPS yang di anggap anak buangan" kata Ketua kelas X.IPS.3 mengeluarkan isi hati teman-teman kelasnya
"Astagfirullah" ucap Pak Rio menggelengkan kepala mendengar penjelasan anak muridnya itu
Pak Agus sebagai wali kelas X.IPS.3 datang dan ikut menegur anak muridnya, Nara dan teman satu kelasnya keheranan dengan anak kelas X.IPS.3 tanpa sebab mengapa sangat membenci dengan kelas X.IPA.1.
"Pulang sekolah nanti kumpul di lapangan, jadi jangan ada yang pulang dulu" kata Pak Rio memberitahu seluruh anak muridnya yang masih di dalam ruang guru
"Baik, Pak" jawab Semuanya serentak
Alfatihah buat bapak