NovelToon NovelToon
Ampun Pak!

Ampun Pak!

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Anak Genius / Ibu Pengganti
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kacan

🚧CERITA INI HANYA KHALAYAN OTHOR SEMATA, JANGAN MASUKKAN KE DALAM HATI. MASUKKAN SAJA KE DALAM ❤(+) FAVORIT🚧

Dipertemukan dengan CEO galak beserta dengan putrinya yang selalu mengganggu membuat hidupku jungkir balik.

Suatu hari bocah itu memanggilku dengan sebutan 'mommy'.

Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku menghadapi CEO dingin dengan mata setajam pedang itu?



Klik 'Mulai Baca' untuk mengetahui kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PARKIR ILEGAL

Sepanjang malam, tubuh dan tangan Devan diisi dengan kehangatan walaupun pendingin ruangan berada pada suhu rendah. Namun, hal itu tidak membuat Devan merasa kedinginan karena ia sudah mendapatkan kehangatan dari tubuh Fara. Tangan pria itu terparkir cantik di atas bulatan padat milik istrinya sembari sesekali memilin sesuatu pada aset itu.

Fara yang diperlukan seperti itu oleh suaminya merasa nyaman dan semakin merepatkan diri dengan mata terpejam, kepalanya ia senderkan pada dada bidang Devan. Mereka terlihat layaknya suami istri yang tidak bisa saling berjauhan.

Namun, hal itu berubah seketika saat sinar mentari mulai masuk melalui celah gorden yang sedikit terbuka. Fara menggeliat pelan dalam tidurnya, perlahan mata wanita itu mengerjap pelan.

Fara membuka mata dengan perlan, reflek mata Fara membelalak lebar saat mengetahui jika dirinya tertidur di atas dada bidang Devan. Belum surut keterkejutannya, Fara semakin dibuat jantungan saat mendapati baju tidur yang dikenakannya terbuka hingga ke atas dada.

“K-kkutangku,” gumam Fara sangat pelan.

Mulut Fara menganga melihat sebelah kacamata pelindung asetnya  naik sebelah, ia tidak bisa menggerakkan mulutnya saat menyadari jika sepanjang malam Devan memegangi bulatan padat miliknya.

Fara berniat menurunkan tangan Devan dari dadanya. Namun, belum sempat ia merealisasikannya, hal tak terduga terjadi.

Dengan mata tertutup Devan memilin sesuatu yang ada di dalam genggaman tangannya. Diperlakukan seperti itu oleh Devan yang masih anteng dalam tidurnya membuat Fara merasa tak kuasa, ia melipat bibirnya ke dalam agar suara yang ditahannya tidak meluncur ke luar.

Tidak ingin berlama-lama di posisi yang menegangkan, Fara menggeser tubuhnya dengan perlahan agar pria yang sedang berkelon ria dengan aset miliknya tidak terbangun. Namun, saat hampir berhasil melepaskan diri, Fara dibuat terkejut ketika Devan malah menarik dirinya yang membuat kepala pria itu menempel tepat di atas dadanya.

“A-astaga, Pak!” pekik Fara yang merasa kaget.

Devan yang mendengar pekikan sang istrinya menjadi terbangun dan tak kalah terkejutnya saat wajahnya menempel di bulatan yang mangacung ke arahnya.

“Apa yang kau lakukan!” Bentak Devan dengan menarik diri dari aset Fara.

Mulut Fara menganga lebar kala dirinya yang disalahkan atas apa yang barusan terjadi. Fara merubah posisinya menjadi duduk.

“Harusnya saya yang bicara begitu. Lihat! Ini dada saya merah sebelah. Lihat dada saya yang satunya,” ucap Fara sinis seraya menurunkan kacamata pelindung yang satunya.

“Nah yang ini tidak merahkan. Yang satunya merah karena ulah tangan bapak yang keasyikan parkir liar di atas aset saya,” omel Fara sambil menunjukkan bulatan padat yang tidak terlihat merah.

Tenggorokan Devan terasa tercekat, ia merasa kesulitan menelan salivanya sendiri. Tiba-tiba sebuah kata terlontar dari mulutnya yang merasa tergoda.

“Boleh saya menyusu di sini, Fara?” tanya Devan seraya menunjuk bulatan padat milik istrinya.

“Ha? Menyusu … boleh saja,” sahut Fara menyodorkan miliknya ke hadapan Devan.

Tiba-tiba suara berisik Fara menusuk pendengarannya.

“Pak, Pak! Hellooo, bapak kenapa? Kesambet? Saya lagi ngomel kok bapak malah melamun,” teriak Fara menyadarkan Devan dari lamunan sekilasnya.

Sialan! Apa yang ada dipikiranku. Rutuk Devan dalam hati.

Fara sudah memasukkan kembali asetnya ke dalam pelindung berbentuk kacamata miliknya, baju tidur wanita itu juga sudah terlihat lebih rapi setelah diturunkan.

Reflek tatapan mata Devan turun ke senjata miliknya, dan benar saja sesuatu itu ikut terbangun seperti pemiliknya saat ini.

Pria itu mendengus kasar, ia beranjak turun dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi dengan terburu-buru sebelum Fara menyadari kepunyaannya dalam mode aktif.

“Pak! Mau ke mana? Tunggu! Ingat loh ya, jika bukan saya yang salah.” Teriak Fara mengikuti langkah suaminya.

Devan semakin mempercepat langkahnya dan tidak menghiraukan Fara yang berada di belakangnya tengah berteriak.

“Pergilah, saya mau mandi,” ucap Devan sebelum akhirnya ia menutup pintu kamar mandi.

Wajah Fara mengernyit, dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Itu tadi burung hantunya pak Devan berubah size.”

Reflek Fara menutup mulut dengan satu tangannya bersamaan pikiran yang bertraveling ke mana-mana.

“Apa karena lihat punyaku ya?” tanya Fara bermonolog seraya memegang dadanya.

Fara menggelengkan kepala pelan demi menangkis pikiran kotor yang merasuki kepalanya, dia memilih untuk meninggalkan Devan yang sedang bekerja keras di dalam kamar mandi.

Disaat Fara keluar dari kamar Devan, dirinya berpapasan dengan sang ibu dan sang ayah yang sudah terlihat segara seperti habis mandi.

“Ayah sama ibu mau ke mana?” tanya Fara pada kedua orang tuanya.

“Ibu dan Ayah mau bersiap pulang, kasihan adikmu Farel kalau ditinggal terlalu lama,” ujar pak Tian, Ayah Fara.

Wajah Fara tampak bersedih, “Tapi ini masih pagi, Bu. Apa tidak menunggu sore saja?”

Tiba-tiba dari arah lain Ainsley muncul dengan wajahnya yang ditekuk ke dalam, gadis kecil itu menghampiri mommy serta kakek dan neneknya.

“Nenek dan kakek mau pulang?” Ainsley bertanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Umm … anak Mommy sini jangan nangis.” Fara membawa Ainsley ke dalam gendongannya.

Ayah dan ibu Fara merasa bersalah telah membuat cucu cantiknya menjadi menangis. Ainsley menyembunyikan wajahnya di leher sang mommy, gadis kecil itu merasa tidak rela jika sang kakek dan sang nenek pergi.

“Cucu Nenek jangan bersedih, nanti Nenek dan Kakek akan datang lagi ke sini,” ucap bu Ella sambil mengelus pundak cucunya.

“Promise?” Ainsley mengangkat kepalanya, lalu menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan bu Ella dan pak Tian.

Kedua orang tua Fara terlihat bingung, mereka tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh cucu mereka.

“Ainsley mengatakan ‘janji’,” ujar Fara memberi tahu arti dari ucapan putri sambungnya.

Ibu dan ayah Fara mengangguk paham, lalu menyambut uluran jari kelingking sang cucu. Kedua orang tua itu tersenyum seraya menatap Ainsley dengan penuh rasa sayang.

Fara mengajak kedua orang tuanya untuk sarapan bersama terlebih dahulu, sementara dirinya memanggil Devan untuk memberi tahu jika kedua orang tuanya akan pulang pagi ini. Dengan Ainsley di dalam gendongannya Fara masuk ke dalam kamar Devan.

Tok! Tok!

“Pak, masih lama lagi?”

Tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi, Fara mengendikkan bahunya. Mungkin mantan bosnya itu masih belum menuntaskan pekerjaannya di dalam sana. Pikir Fara.

“Pak, saya dan yang lain sudah menunggu di bawah. Jangan lama-lama ya, Pak.” Teriak Fara agar suaminya mendengar apa yang dirinya katakan.

“Daddy lagi mandi ya, Mommy?” tanya Ainsley.

“Iya, Sayang. Yuk kita menyusul nenek dan kakek saja!” Seru Fara yang diangguki oleh Ainsley.

 

***

Fara melambaikan tangan pada kedua orang tua dan putri sambungnya yang sudah berada di dalam mobil. Ya, Ainsley berangkat ke sekolah bersama supir yang sejalan mengantarkan ibu dan ayahnya pulang.

Kini tinggal lah dirinya dan Devan yang berdiri saling berdampingan. Devan menoleh ke arah Fara. Namun, tatapan pria itu bukan mengarah ke wajah sang istri melainkan ke sesuatu yang dijadikannya tempat parkiran semalam.

“Jangan lihatin punya saya seperti itu, nanti selera,” ucap Fara menyadarkan suaminya.

Devan berdeham keras untuk menetralkan keterkejutannya, pria itu memegang lehernya dan bertingkah seperti orang yang sedang merasa pegal-pegal.

“Bapak kenapa?” tanya Fara.

“Pegal.”

“Mau saya pijitin?” ucap Fara menawarkan bantuan.

Pria itu menggelengkan kepala, lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas kerjanya.

 

 

 

Bersambung ….

Sampai jumpa di bab selanjutnya, othor update lagi sore ini ya zeyengku. Jangan lupa jempole yo azeekk.

 

 

1
Wartini Wartini
paling fara hamil, Devan yg ngidam
Azzani Siti
ganti gak thorrr panggilan nya!!
kalau gak aku demo pakai like kamu thorrr!! 😭😭😭😭
Azzani Siti
jangan!!!
nanti Mak beti marah🤣🤣🤣😆😆😆
Azzani Siti
"Tror... aku masih gadis Thor...
astaga... semoga hari author Senin selalu...😭😭😭
Azzani Siti
definisi 'dikasih hati malah ngelunjak 🤣🤣😆😆😆😭
Azzani Siti
yg punya kayak hantu ...
jadinya burung hantu....😆😆😆
Azzani Siti
nasibmu Farah sekali ya nona..😭😅🤣🤣😆😆
Azzani Siti
mbatin terooosss...😆😆😆
selamat membatin mommy...🤣🤣😆😆
anindira maheswari
Luar biasa
jumirah slavina
jan macam² Kauuuu Jhonnnn...!!!!
jumirah slavina
b4j1ng4n kau Devv !!!!
jumirah slavina
perlu Kamu ingat Dev...
Fara hamil anak kandung'mu...
jumirah slavina
rasakannnn Kau penjual organ

bahahakkkk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
jumirah slavina
aacciieeeee istri'ku...
cepat... cepat...
takut'y klo lambat kenapa² tar keguguran....
jumirah slavina
mo nyu5ulah ... apalagi...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
jumirah slavina
hilihhh... Ge-Er Lu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
jumirah slavina
meninggal ya Selena
jumirah slavina
dasarrr otak selengki.....
jumirah slavina
wwoooaaahhh..
kita liat apakah Devan cembuluu....
jumirah slavina
ngarep luuuu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!