Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Kisah ini bagian dari My Introvert Husband 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sunguh berbahaya
Malam harinya, Kimmy berada di kamar, wanita itu terlihat malas-malasan unuk bersiap pergi ke pesta pernikahan pasien dr. Mark. Beberapa menit yang lalu dokter Mark mengirimkan pesan bahwa ia sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya, namun Kimmy sampai sekarang masih terlihat bersantai.
"Bisakah tidak ada hari ni? aku malas sekali pergi ke pesta." Kimmy memegang gaun yang baru saja ia ambil dari dalam lemari dan mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur.
"Kimmy ...." Suara ketukan pintu dan teriakan Kelly terdengar dari luar kamar, membuat Kimmy menyautinya dan menyuruh mamanya tersebut untuk masuk. Kelly membuka sebagian pintu kamar itu, ia begitu terkesiap saat melihat putri semata wayangnya itu belum juga bersiap.
"Astaga, Kimmy. Kenapa kau belum bersiap? Mark sudah datang dan menunggu di depan, sayang."
"Dia sudah datang? kenapa cepat sekali!" decak Kimmy.
"Suruh dia menunggu sebentar, Ma." Kimmy beranjak berdiri dan segera masuk ke kamar mandi untuk mengenakan gaun tersebut. Tak lama kemudian, ia keluar dan masih mendapati mamanya berada di sana.
"Mama masih di sini? Aku sudah siap, Ma. Aku berangkat sekarang ...." Kimmy mengambil tas pesta miliknya dan hendak berlalu pergi meninggalkan kamarnya. Namun tangan Kelly menghalangi langkah putrinya itu.
"Kau mau ke mana?" Kelly memperhatikan putrinya yang berpenampilan tak rapi dan rambut yang masih sedikit acak-acakan, wajahnya terlihat kusam dan bibirnya pucat.
"Mau menemui Mark dan berangkat ke pesta sekarang."
"Dengan penampilan seperti ini?"
"Memangnya ada yang salah dengan penampilan Kimmy?"
"Astaga, Kimmy. Kau bukan anak kecil lagi, Mama tidak harus mengingatkan apa yang harus kau lakukan. Setidaknya berdandanlah sedikit supaya kau terliat cantik!"
"Mama, Kimmy sudah cantik, untuk apa Kimmy harus berndandan lagi?"
"Kimmy, ini pesta penting jangan membuat Mark malu!" tutur Kelly. "Ayo, Mama akan meriasmu sebentar." Kelly menarik tangan Kimmy dan memaksanya duduk di depan meja rias, Kimmy sempat menolak, namun mamanya yang terus memaksa membuat dirinya tidak bisa berkutik saat peralatan make up mulai memoles wajahnya satu persatu.
"Mama tau kau tidak menyukai Mark, tetapi setidaknya kau harus menghargainya, Nak." Kelly sibuk memasang maskara dengan hati-hati di kedua bulu mata lentik Kimmy secara bergantian.
Kelly bergantian menyisir rambut anaknya tersebut dan membiarkannya tergerai begitu saja, ia memperhatikan wajah Kimmy, tidak ada yang tertinggal, lipstick berwarna merah sudah ia poleskan di bibir tipis putrinya itu.
"Sudah selesai, kau terlihat sangat cantik sayang. Bisa jadi kau akan menemukan pangeranmu di sana," ledek Kelly sambil tertawa kecil.
"Mama ...." Kimmy melirik dengan tatapan kesal kepada Kelly.
"Mama hanya bercanda. Ayo cepat temui Mark di depan, jangan membuat dia menunggu terlalu lama."
***
Kimmy kini berada di dalam mobil bersama Mark menuju ke tempat acara, sedaritadi Mark tak fokus akan kemudinya, karna dirinya tak henti memperhatikan Kimmy yang terlihat begitu cantik malam itu. Sementara Kimmy hanya memusatkan pandangannya lurus ke depan. Malas untuk memulai percakapan, yang ia inginkan sekarang hanyalah segera tiba di tempat acara, lalu pulang secepatnya.
"Apa sebenarnya kau keberatan menemaniku menghadiri acara ini?" tanya Mark.
"Iya ... Maksudku, tidak. Aku sama sekali tidak keberatan menemanimu." Kimmy menoleh ke arah Mark dan menyengirkan paksa senyumannya. Lalu mengalihkan kembali pandangannya ke depan.
Hening ....
Mark berulangkali menoleh ke arah Kimmy dan memperhatikan wanita itu yang sedaritadi hanya diam.
"Kau benar-benar cantik sekali malam ini!" pujian Mark membuat Kimmy menoleh kembali ke arahnya, sesaat Kimmy terlihat tersenyum tetapi senyuman itu begitu terpaksa, mungkin beberapa wanita akan menyukai pujian seperti itu dari seorang laki-laki, namun tidak dengan Kimmy yang merasa risih dan geli saat mendengarnya.
"Apa semua laki-laki juga seperti itu?" gumam Kimmy sambil memutar kedua bola matanya.
"Kenapa ketika bersama Mark aku sama sekali tidak pernah bisa merasa nyaman? sementara saat aku bersama Jasson, meskipun dia sangat galak dan dingin kepadaku, aku sangat merasa nyaman dan terlindungi sekalipun jantungku hampir dibuat melebur setiap detiknya."
Kimmy mengingat bagaimana beberapa hari yang lalu saat Jasson mengantarkan dirinya pulang ke rumah, dia benar-benar merasa gugup saat berdekatan dengan laki-laki itu, namun entah kenapa dirinya masih bisa merasa nyaman dan aman. Berbeda sekali saat dirinya sedang bersama Mark.
"Anda saja ...."
"Astaga, bicara apa aku? kenapa jadi melantur seperti ini?"
"Lupakan, lupakan dia, Kimmy."
"Ayo turun, kita sudah sampai." Suara Mark membuyarkan lamunan Kimmy, wanita itu baru tersadarkan saat mobil yang ditumpanginya ternyata sudah tiba di tempat acara, puluhan mobil yang berjejer rapi di tempat parkiran itu membuat Kimmy mendengus dan sudah bisa menebak seberapa ramai di dalam gedung itu.
Mark mengajak Kimmy masuk ke dalam gedung yang sudah dipadati oleh para tamu. Mark mencoba menggandeng tangan Kimmy, namun wanita itu menghindarinya.
"Dokter Mark ...." Suara seorang laki-laki membuat Mark menghentikan langkah kakinya dan diikuti oleh Kimmy. Menoleh secara bersamaan mencari orang yang tengah memanggilnya tersebut.
Mark tersenyum saat melihat lelaki paru baya dan juga perempuan muda cantik yang kini berjalan menghampirinya. "Tuan Lukas." Mark menjabat tangan lelaki itu dan saling berpelukan satu sama lain.
"Aku sangat senang Dokter mau menghadiri pesta pernikahan putri sulungku."
"Oh, iya, perkenalkan, ini putri bungsuku Nara." Lukas menarik tangan putrinya supaya mendekat ke arah Mark.
"Sayang, ini Dokter Mark. Dokter ini yang selalu mengontrol kesehatan Ayah setiap bulannya."
"Hai, Dokter Mark. Senang bertemu denganmu"
"Senang juga bertemu denganmu, Nona Nara." Mereka saling berjabat tangan, berkenalan dan bercerita satu sama lain hingga Kimmy merasa terasingkan di sana.
"Mark, aku permisi untuk mengambil minum dulu," pamit Kimmy.
"Oh, iya." Mark hanya menyaut dan menganggukan kepalanya, lalu kembali melanjutkan percakapannya dengan Lukas dan juga putrinya.
"Aku seperti orang asing di sini. Tapi aku memang orang asing."
"Hah, menyebalkan," Kimmy bersungut kesal sembari mengambil minuman soda yang baru saja dituangkan oleh seorang pelayan untuknya.
"Bibi dokter ...." Telinga Kimmy tiba-tiba mendengar suara Elga dengan samar-samar namun tak menghiraukannya.
"Bibi dokter ...." Kimmy menangkap suara itu lagi, rasanya ia merindukan putri sahabatnya, hingga ia berulangkali mendengar suara gadis kecil itu memanggilnya.
"Mungkin aku merindukan Elga." Kimmy tersenyum dan kembali melanjutkan untuk meminum minumannya.
"Bibi dokter ...." Suara itu terdengar semakin jelas, Kimmy pun menoleh ke asal suara tersebut. Ternyata bukan halusinasinya saja, ia benar-benar melihat Elga di pesta yang ia hadiri tersebut. Gadis kecil itu terlihat berlari ke arahnya.
"Elga ...." Senyuman Kimmy mengembang saat melihat gadis kecil itu.
"Bibi dokter, tangkap aku ... tangkap aku." Kimmy meletakan gelas yang ia pegang di atas meja. Ia berjongkok dan meregangkan kedua tangannya, seketika itu ia mendekap Elga yang saat ini memeluknya.
Kimmy menggendong Elga dan memberi begitu banyak ciuman di wajah gadis kecil itu. "Kenapa kau bisa ada di sini, sayang? kau bersama siapa? ke mana mamimu?" tanyanya secara beruntun.
"Mami di rumah, aku di sini datang bersama mereka." Elga menunjuk ke arah sebelah kanan.
Kimmy mengikuti jari mungil Elga mengarah, ia melihat Gio dan Merry sedang berjalan ke arah mereka berdua.
"Paman, Bibi." Kimmy segera memberi salam kepada mereka, namun Kimmy dikejutkan saat dirinya juga melihat Jasson di sana. Jasson dan Kimmy sejenak saling beradu pandang, sebelum akhirnya Kimmy mengakhiri pandangannya terlebih dulu.
"Kimmy kau ada di sini juga sayang?" tanya Merry seraya mengusap kepala sahabat putrinya tersebut.
"Iya, Bi. Aku menemani temanku untuk menghadiri undangan di pesta pernikahan pasiennya."
"Wah, kenapa bisa kebetulan sekali kita bertemu di sini," timpal Gio.
"Apa yang Elga katakan, Elga benar-benar melihat Bibi dokter, kan." Gio dan Merry terkekeh gemas akan cucunya itu.
"Kenapa Elga bisa ikut dengan Bibi dan Paman?" tanya Kimmy. "Lalu ke mana kakak Ken dan Alana?"
"Mereka ada di rumah Bibi, sayang. Tadi waktu Ken dan Alana mengajak Elga ke rumah, Elga menangis ingin ikut bersama kami, jadi kami terpaksa mengajaknya kemari." ujar Merry.
***
Merry dan Gio menitipkan Elga kepada Jasson karna Gio ingin mengajak Merry untuk menemui Tuan Lukas dan juga beberapa rekan bisnis yang ia kenal di sana.
Jasson mengajak Elga untuk makan, namun keponakannya itu tidak mau dan malah memilih untuk ikut bersama Kimmy, mau tidak mau, Jasson pun harus mengawasi Elga yang saat ini sedang digendong oleh Kimmy.
Dokter Mark terlihat menghampiri Kimmy, ia begitu terkesiap saat melihat Jasson ternyata sedang bersama dengan perempuan yang ia ajak datang di pesta itu.
"Kenapa ada dia di sini?" gumam Mark heran.
Jasson dan Mark saling beradu pandang, Mark menatap Jasson dengan tatapan tidak suka, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Kimmy.
"Kimmy ayo kita makan, kau pasti lapar," ajak Mark.
"Kau saja makan terlebih dulu, aku masih belum lapar," jawab Kimmy.
"Mau kuambilkan makanan?"
"Aku rasa tidak perlu, Mark. Nanti jika aku lapar aku akan mengambil makanan sendiri," jawab Kimmy.
"Ehm, baiklah, aku akan pergi mengambil makanan terlebih dulu." Mark kembali menatap Jasson dan segera berlalu pergi dari sana.
****
Kimmy mencari tempat duduk, karna dirinya merasa sangat lelah menggendong tubuh Elga yang tidak-lah ringan. Jasson berungkali menegur keponakannya tersebut supaya tidak merepotkan Kimmy, tapi justru Kimmy malah memarahi Jasson, ia sama sekali tidak keberatan dan tidak merasa direpotkan oleh Elga.
"Bibi dokter sangat cantiiiiiiik sekali," puji Elga dengan suara yang mendayu sembari memainkan rambut Kimmy.
"Benarkah?"
"Iya, tanyakan saja kepada Paman."
"Paman, Bibi dokter sangat cantik, kan?" tanya Elga kepada Jasson yang terlihat berdiri di samping mereka.
Jasson tak langsung menjawabnya, perlu beberapa saat untuk laki-laki itu menatap wajah Kimmy.
"JELEK!" sautnya seraya memalingkan pandangannya.
"Kenapa Paman bilang Bibi dokter jelek? Bibi dokter sangat cantik!" seru Elga dengan tidak terima.
"Terserah kau saja!" saut Jasson.
"Bibi, jangan menghiraukan apa kata Pamanku. Bibi benar-benar sangat cantik sekali, meskipun sebenarnya Elga sedikit lebih cantik daripada Bibi," Elga berucap dengan suara yang sedikit tidak jelas, namun Kimmy bisa mengartikannya. Ia begitu gemas dengan putri sahabatnya tersebut.
"Elga sudah memuji Bibi dokter, apa Bibi tidak mau mencium pipiku?" tanya Elga.
"Kau mau Bibi cium?" tanya Kimmy sambil tersenyum.
Elga menganggukan kepalanya, Kimmy dengan senang hati memberi ciuman di kedua pipi bulat gadis itu secara bergantian, Jasson pun tak lepas memperhatikan mereka berdua. Ia begitu heran, kenapa Kimmy bisa mudah sekali dekat dengan Elga? padahal ia tau betul bahwa keponakannya itu tidak mudah dekat dan akrab dengan orang lain kecuali keluarganya sendiri.
"Paman tidak mau dicium juga oleh Bibi dokter?" Perkataan yang terlontar dari bibir mungil Elga membuat telinga Jasson tersentak.
"Elga ...." seru Kimmy.
"Jangan berbicara sembarangan!" tegur Jasson.
"Ini sungguh berbahaya, jika kubiarkan dia berbicara, yang ada ucapannya melantur ke mana-mana," gumam Jasson.
"Elga, tunggulah di sini bersama Bibi dokter!" perintah Jasson.
"Paman mau ke mana?" tanya Elga.
"Mengambilkan makanan untukmu supaya kau tidak banyak bicara!" sautnya seraya berlalu pergi meninggalkan Kimmy dan juga Elga.
Kedua mata Kimmy memperhatikan tubuh tegap Jasson yang mencari jalan akan kerumunan tamu yang memadati pesta itu. "Kenapa harus bertemu denganmu di sini?" gumamnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa Bibi marah karna paman bilang Bibi jelek?" Pertanyaan Elga membuyarkan lamunan Kimmy. Tersenyum ke arah gadis kecil itu.
"Tidak, sayang. Bibi sama sekali tidak marah."
"Tapi Elga selalu marah jika ada orang yang bilang Elga jelek." Elga mengerucutkan bibirnya, membuat wajahnya semakin menggemaskan.
"Daddy juga seperti paman, dia selalu bilang mami jelek, tetapi jika tidak ada mami, daddy selalu memujinya cantik. Aku sungguh tidak tau pikiran para lelaki," ujar Elga sambil meggeleng kepalanya.
Kimmy tertawa begitu gemas melihat tingkah Elga, ia mengapit kedua pipi Elga dan menciumnya secara bergantian. "Kenapa kau menggemaskan sekali, siapa yang mengajarimu berbicara seperti ini."
"Bibi Jesslyn."
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa beri dukungan Oh My Jasson melalui like dan vote, terimakasih.
yuk semuanya, mampir di novel ku judulnya " REAL WORLD FILTER " ditunggu kehadiran semuanya.
Buat kak author semoga novel nya makin sukses terus..
Aamiin Ya ALLAH
apalagi mak lampir alea kegatelan sekali