NovelToon NovelToon
Pesona Gamer Seksi

Pesona Gamer Seksi

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / MLBB
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alrianna

Berawal dari berada dalam lobby yang sama di sebuah game. Aksara, pro player game mobile legend, sekaligus playboy terganteng dan terseksi di kampus, secara aktif mengajak Kirana main bareng di game tersebut. Lalu dengan alasan iseng, Aksara mengajak gadis tersebut untuk menjalin afinitas sebagai pasangan, bahkan sebelum mereka bertemu. Dengan alasan yang iseng pula, Kirana menerima permintaan hubungan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, tanda mawar itu semakin mekar, padahal mereka juga tak pernah bertemu. Sebenarnya, Aksara tau jika gadis itu adalah adik tingkatnya di kampus, sekaligus sahabat dekat adik kandungnya, namun Ia masih menikmati hubungan penuh ketidakjelasan ini. Hingga suatu kali, Aksara datang menemui Kirana, memperkenalkan dirinya sebagai seseorang yang sangat dikenal Kirana.

Arshaka, adik Aksara, sekaligus sahabat Kirana, sudah memperingatkan Kirana agar menjauhi kakaknya itu. Tapi yang Kirana tidak mengerti, kenapa Arshaka harus melarang Kirana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Comeback home, Baby

Rana bolak balik mengintip pada celah pintu kamar hotelnya.

Aksa masih berdiri disana. Berapa lama pun Rana menunggu. Aksa masih menunggunya di depan pintu kamar itu. 

Berkali-kali Rana berniat membuka pintu kamar itu. Tapi kenapa Ia takut sekali? 

"Yang boleh lo ijinin masuk cuma gue atau Aksa."

Kata-kata Shaka terngiang-ngiang di telinganya. Kenapa Shaka yang awalnya menentang hubungannya dengan Aksa, kini ganti percaya pada pria itu? 

Rana memejamkan matanya. Tepat saat itu handphonenya kembali berdering untuk kesekian kalinya. Aksa kembali menghubunginya. 

Rana kembali mengintip dibalik celah itu. Menatap Aksa yang menghubunginya, tampak begitu khawatir. 

Rana harus bagaimana? 

Apa dia menyerah saja? Toh dia sudah terlanjur menyerahkan harga dirinya pada Aksa. 

Tapi kecewanya terlampau besar. Dia dengan Aksa bukan berada pada hubungan yang dia harapkan. Dia sebegitu rendahnya. Rana tak bisa menerima sakit hati ini. 

Tapi, sudah terlanjur, kenapa tak buat Aksa benar-benar bertekuk lutut padanya? Harusnya Rana bisa kan mengingat Aksa juga kini sangat memujanya. 

Gila, kenapa mau jadi budak nafsu? Rana lebih baik dari ini. 

Rana semakin pusing karena sebagian hatinya ingin menyerah pada Aksa, sebagian lagi ingin pergi dari lelaki itu. 

Rana harus bagaimana? 

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?"

Rana mendengar ada suara dari luar, Ia kembali mengintip. Sepertinya, petugas hotel mendatangi Aksa karena pemuda itu terlalu lama berada di luar pintu. Mulai meresahkan sepertinya. 

"Saya ingin bertemu teman saya." jawab Aksa lugas. 

"Mungkin temannya belum bisa bertemu. Bisa dicoba lagi nanti atau besok, Kak."

"Saya tetap akan menunggu disini."

Keras kepala sekali Aksa. Rana mendecak. Kenapa disaat seperti ini Rana justru tak tega melihat Aksa diusir begitu. Bukankah ini kesempatan agar Aksa pergi? 

Rana mengeratkan genggamannya pada pintu. Ia benar-benar tidak bisa melepaskan Aksa. Meski harus menurunkan gengsinya kembali, Ia membuka pintu. Tersenyum begitu manis pada petugas hotel.

"Maaf, Kak, saya ketiduran, tidak sadar kalau ada tamu."

Lalu Rana menarik Aksa masuk, dan mengunci pintunya kembali. 

Keduanya terdiam. Aksa berusaha untuk memegang tangan Rana, namun ditepis oleh gadis itu. 

"Kirana, dengerin penjelasanku dulu."

"Aku mau istirahat, Kak. Kalau Kak Aksa berkenan, silakan istirahat juga jangan ganggu Rana. Kalau tidak, silakan pergi."

Rana menatap cuek. Lalu beralih ke ranjangnya. Di tepian ranjang, Ia menata bantal-bantal di tengah. 

"Sayang, ayo pulang. Atau seenggaknya dengerin penjelasanku dulu."

Aksa masih berusaha. Memohon, menarik tangan Rana sembari berjongkok. 

"Kak, tolong, jangan buat semuanya jadi susah."

Rana ingin menangis. Tapi dia harus kuat. Dia harus tangguh jika ingin melawan orang-orang yang meremehkannya. Meskipun rasanya berat sekali. 

"Lepasin Rana, Kak. Rana mau istirahat." Rana berusaha keras menepis tangan Aksa. Mengabaikan Aksa, Ia tidur di tepian ranjang. 

Melihat Rana yang sepertinya tak tertarik untuk berbicara, maka Aksa ikut beristirahat. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang di sisi yang lain. Menatap Rana yang kini memunggunginya. 

Baiklah. Tidak apa-apa. Yang penting Aksa sudah melihat Rana.

Semuanya terasa hening sekarang. Bermenit-menit mereka berdua tak berbicara. Hanya suara gerakan Aksa saja yang terkadang mengganggu Rana. 

"Kak, jangan berisik." Tak tahan, gadis itu berkomentar. 

"Aku nggak bisa tidur, Sayang," balas Aksa enteng. 

Rana sampai mendelik melihat Aksa yang begitu berani. "Pulang aja kalau gitu."

"Ayo sama kamu." Pria itu tersenyum begitu manis. Mereka berhadap-hadapan sekarang. 

Rana mendecak. Kini kembali memunggungi Aksa. "Aku nggak akan kembali kesana lagi. Kak Aksa jangan salah paham. Aku menerima Kak Aksa disini karena nggak tega."

Aksa menipiskan bibir. Ia kini terlentang sepenuhnya. Menatap langit langit kamar. "Seenggaknya, dengerin penjelasanku dulu. Masa kamu lebih percaya sama cewek yang nggak kamu kenal daripada sama aku?"

"Siapa bilang? Aku percaya sama Shaka." Rana memberengut. 

Mendengar ini, Aksa mengerutkan keningnya. "Emangnya Shaka bilang apa?"

Bukankah sekarang Shaka membelanya? Apa Aksa kurang memproses informasi? 

"Dulu Shaka melarang aku deket sama kamu kan. Pasti karena itu."

Oh. Kirain. 

Aksa menghela napas. "Kan dulu. Emangnya sekarang masih ngelarang? Bukannya udah ngijinin?"

Heran juga Aksa sebenarnya. Kenapa Ia harus memperjuangkan ijin dari adiknya? 

"Itu pasti kamu berusaha mempengaruhi dia kan, Kak?"

"Dih, ngapain? Lagian bocah bebal kayak gitu mana bisa dipengaruhi?" Aksa mendecak. 

Ia menarik bantal-bantal yang sedari tadi menjadi penghalang mereka, lalu menarik Rana ke dalam pelukannya. Rana memberontak, tapi tenaga Aksa yang besar. Dan tentu saja karena di dalam lubuk hati Rana juga sebenarnya tak menolak, maka gadis itu tetap berada dalam pelukan kekasihnya ini. 

"Coba kamu rasain, apa selama ini aku terlihat manfaatin kamu? Apa selama kamu sama aku, akun terlihat sama cewek lain?" 

Ia menarik Rana untuk merasakan detak jantungnya yang kini bertalu-talu. Rana terhenyak, sesaat Ia tak mampu berpikir. 

"Lagipula, apa tuh cewek bilang, budak nafsu? Untuk apa kalau cuma budak nafsu, aku ajak tinggal bareng, aku seneng-senengin, aku beliin semua kebutuhannya, ku ajak mabar, ku ajak wisata. Buat apa coba susah-susah begitu?"

Kini, Rana tak lagi memberontak. Malah mengeratkan pelukannya. "Tapi kamu emang pernah tidur sama dia kan, Kak? Sama cewek-cewek lain juga?"

"Pernah." 

Sakit sekali hati Rana mendengarnya. Pelukannya mengerat, merasakan dadanya yang nyeri. 

"Tapi itu sebelum aku sama kamu, Sayang. Dan cuma sebatas itu. Buat penyalur kebutuhan aja. Nggak pernah ada hubungan romantis. Kalau sama kamu kan beda. Aku nggak terima kalau kamu disamain sama mereka."

"Tapi emang aku pemuas nafsu kamu kan, Kak?" 

Rana bertanya seraya mendongak. Menatap manik mata elang itu yang masih saja begitu teduh memandangnya. Hatinya hancur sekaligus hangat. 

"Enggak, Sayang. Bahkan sekalipun nggak mau begituan, aku tetep berharap kita sama-sama terus. Kamu lebih dari itu, Kirana."

Hening. Kirana tak lagi memberontak. Tak lagi bertanya. Kini malah asyik bersandar pada dada bidang Aksa. 

"Please pulang ya? Aku nggak tau gimana kalau misal tanpa kamu, Kirana." Aksa memohon. Ia menatap manik mata Rana yang sembab. Mengelus pipinya. "Kamu boleh ajuin syarat apapun, atau minta apapun, asal kamu tetep sama aku, ya?"

"Termasuk minta untuk nggak disentuh lagi? Nggak diajak enak enak lagi?"

Aksa mengangguk. Apapun itu akan dilakukannya demi mendapatkan Rana kembali. 

"Apapun itu, Sayang. Kamu nggak mau aku sentuh?"

Rana mengangguk. "Kak Aksa juga nggak boleh sentuh cewek lain. Nggak boleh tidur sama cewek lain juga."

"Gampang. Aku emang sudah nggak ngelakuin itu. Apalagi?"

"Kak Aksa bakal nikahin aku kan?" Rana bertanya lagi. 

"Iya, aku bakal nikahin kamu, Kirana. Kirana mau segera menikah?"

1
Yani Dyan
ayo dong lanjutin karyanya thorr.. bagus lhoo inii.. semangattt.. peluk jauh dari aku yaaaa... tak tungguin pokoknyaaa semangatt semnggaaaattttttttttt🥰👍👍👍
Yani Dyan
👍
Yani Dyan
semangat thorr,, aku tunggu up nyaaa🥰
Adhienk DHilaislamiah Dibodhibo Ayum
astaga ....lama banget up nya
Widya Pratama
lagi attuhh thorr 😭
Alrianna: yuk yuk sudah ada lanjutannya heheheh
total 1 replies
Widya Pratama
thorr.. masak sehari 1 bab doang 😭😭😭 ayolahh peress otak othorr lagi bikin bab lagi .. 😂😭😭
Alrianna: hehehe jangan lupa dukungannya kak biar makin semangat 😂
ini sedang diusahakan ya ☺
total 1 replies
Mawar_Jingga
halo kak salam kenal💚 like dan komen mendarat ya mampir dan ikuti "sepotong sayap patah" di tunggu k happy reading💚☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!