April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.
April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.
April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.
Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.
Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Dave masih belum berhenti menatap wanita muda di depannya. "Lancang sekali kamu berani menasehatiku!"
"Memangnya kenapa ? Hanya karena Anda kaya dan memiliki jabatan tinggi sehingga tidak memperbolehkan orang lain untuk menilai tentang Anda, Seperti itu kah ?"
Connor tertegun sejenak, belum pernah sebelumnya ada wanita lain yang berani menentang Dave dan baru kali ini ia mendapati wanita seberani April.
Dave ingin menyangkal, sepertinya apa yang dikatakan wanita ini benar. Ia berubah pikiran untuk meladeni ucapannya. "Jika uang membuatmu bisa diam, aku akan memberikannya untukmu." Melirik Connor, Connor pun segera mengeluarkan pulpen dan cek dari saku kemejanya. Dengan cepat Dave menulis angka di kertas tersebut. Lalu memberikannya pada April.
"Mungkin ini cukup ?"
April menerima cek tersebut membuat Dave tersenyum acuh.
Tangan April bergerak lincah merobek kertas itu menjadi sobekan kecil yang membuat Dave terkejut.
"Aku tidak butuh uangmu secara percuma Tuan Dave. Yang aku butuhkan saat ini adalah pekerjaan tetap dan mendapatkan uang dari jerih payahku." April hendak berlalu dari sana lalu berbalik dan menatap Connor.
"Tuan Connor, terimakasih atas tawarannya. Rupanya aku belum mendapatkan majikan yang tulus menerimaku apa adanya, hanya ada orang yang menilai kemampuan seseorang berdasarkan tulisan yang tertera di lembaran kertas. Permisi."
Connor tersenyum tipis, "Baik Nona, semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan. Maaf belum bisa membantu."
Lalu April benar - benar pergi.
Dave pun segera memasuki mobil, "Antar aku pulang sekarang!"
"Baik, Tuan Dave."
.
"David, berhenti menangis ! Telingaku bisa pecah mendengar tangisan mu sejak tadi." geram Laurent menyumbat telinganya dengan telapak tangan.
"Dia mungkin masih lapar." ujar Sania lalu mencoba menggendong David mungkin dengan digendong bisa sedikit membuatnya tenang.
Laurent menurunkan tangannya, "Dia tidak mau minum dot, Bu. Sampai kapan ini akan berakhir ?"
Sania menimang - nimang David dan perlahan tangisannya reda. Karena lelah menangis, David pun tidur.
"Aku tidak mau seperti ini terus, Bu ! Lihat penampilanku ! Gara - gara mengurus bayi, menyisir rambut saja sudah jarang aku lakukan. Aku tidak mau tahu. Aku mau pergi ke salon."
"Laurent, bisakah kamu diam ! Pelankan suaramu, David sudah mulai tidur sekarang dan kamu bisa pergi." Sania agaknya juga lelah seharian ini menggendong David, ia ingin merebahkan diri dan beristirahat dengan nyaman di kamar.
"Aku pergi ke salon dulu, jika bayi ini bangun, Ibu urus sendiri saja." lalu Laurent keluar kamar bayi itu untuk mengambil tas dan bersiap pergi.
Setelah kepergian Laurent, Sania pun juga pergi ke kamarnya untuk tidur siang.
Satu jam kemudian, Dave tiba di rumah. Ia mendapati rumah yang sepi bak kuburan. Begitu ia melangkah masuk ke dalam rumah, ia mendengar suara tangisan bayinya yang melengking bahkan lebih keras ketimbang biasanya.
Dave menjadi panik lalu memanggil Soraya sang pembantu namun tak ada sahutan. Beralih memanggil Sonia dan Laurent bergantian, namun juga tak ada sahutan.
"Kemana semua orang," geram Dave lantas bergegas menuju kamar bayi untuk segera melihatnya.
Dilihatnya di kamar bayi tak ada satu orang pun yang menemani bayinya. Dave mengambil David dari box bayi lalu menggendongnya.
Connor menyusul majikannya, "Apa yang terjadi Tuan Dave ? Dan apa yang bisa aku lakukan untukmu ?" Ia menatap pilu.
"Tidak ada orang yang menjaga bayiku dengan tulus. Cepat carikan baby sister dan beri gaji 2 juta per hari !"
"Baik Tuan, saya permisi." Connor pun berlalu dari sana. Sedikit ia mengumpat dalam diam, andai menerima April pasti tidak serepot ini jadinya.
Dave mencoba menenangkan bayinya dengan memberinya dot yang ada di atas meja. David tetap menolak tak mau minum dot, Dave mengira jika David ingin susu yang hangat. Ia berinisiatif membuatkan susu untuk putranya. Dave meletakkan kembali David ke dalam box bayi lalu ke dapur sebentar.
Dave tak tahu membuat susu yang benar itu seperti apa. Dengan cekatan Dave kembali dengan sebotol susu hangat. Lalu memberikannya pada David. Sama di awal tadi, David masih menolak untuk minum dot.
Dave mengira jika popok bayinya basah. Dave lalu melepas dan mengganti popok yang baru. Karena kurang pengalaman, Dave tak bisa mengenakan pokok dengan baik dan rapi, malah terbalik dan membuat David menangis kembali. Dave membawa bayinya ke teras depan berharap bisa mengurangi rewel.
Sambil terus menimang dan menunggu orang - orang datang.
Soraya baru saja pulang dari mini market dan mengetahui majikannya berada di teras depan dengan masih mengenakan pakaian kerja.
"Tuan Dave?" Soraya datang mendekat.
"Darimana saja kamu, Soraya ?" tegur Dave marah.
"Maaf Tuan, saya tadi sedang belanja sebentar." sahut Soraya jujur.
"Lalu kemana ibu Sania dan nona Laurent?" Dave tak mendapati ibu dan anak itu sepulang kerja.
"Waktu saya akan pergi tadi, saya melihat mobil nona Laurent keluar tapi saya tidak tahu pergi kemana, Tuan."
"Dia pergi sendiri atau dengan Ibu ?"
"Sepertinya sendiri Tuan, mungkin nyonya Sania sedang beristirahat di kamarnya." terang Soraya lalu hendak mengambil alih baby David dari gendongan majikannya.
"Tanganmu kotor." tolak Dave.
"Maaf Tuan, saya cuci tangan dulu sebentar." Soraya pergi ke belakang sambil membawa barang belanjaan lalu kembali dengan tangan yang sudah bersih. Barulah ia diizinkan menggendong David.
"Baby David memang sejak pagi tadi rewel Tuan. Sepertinya dia tidak ingin minum dot." ungkap Soraya lalu mencoba memberikan minuman susu dengan disendok. Pengalaman yang ia dapatkan ketika masih di kampung.
Dave melihat sendiri betapa lahapnya David saat meminum susu menggunakan sendok.
Dave merogoh ponselnya untuk mengetahui keberadaan Laurent sekarang.
"Laurent, aku akan pulang terlambat. Bagaimana keadaan David sekarang ?" Dave sengaja berbohong untuk mengetahui sifat asli Laurent.
Laurent terkejut begitu menerima panggilan dari Dave. "Kak Dave, jangan khawatir, baby David tenang bersamaku."
"Baguslah." tak ada lagi yang Dave ucapkan lalu mematikan ponselnya.
Laurent sama sekali tak menaruh curiga, ia menikmati diri di salon lagi.
Tak begitu lama Sania bangun dan terkejut mendapati menantunya sudah pulang.
"Dave. Sejak kapan kamu pulang ?" tanya Sania dengan suara sedikit bergetar.
Dave melihat jam tangannya, "Satu jam yang lalu. Kemana Laurent?" tanya Dave yang membuat Sania mati kutu.
"Tadi aku sedang istirahat di kamar, aku tidak tahu kemana Laurent pergi. Mungkin membeli susu atau popok."
"Susu formula aku lihat masih banyak di dapur. Popok juga belum berkurang banyak. Kemana perginya Laurent, Ibu ?" Dave menyudutkan Sania yang membuat wanita tua itu tak bisa bicara.
Untungnya Soraya mengalihkan perhatian Dave, "Tuan Dave, baby David bisa tertawa lucu." hibur Soraya sembari memperlihatkan senyum David.