Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duda Keren
Steven, dengan postur tegak dan air muka yang dingin, berdiri sandaran pada mobil mewah berwarna hitam miliknya. Baru-baru ini dia ditinggalkan kesunyian, menyandang status duda yang membuatnya kerap terbenam dalam lamunan. Di depan gerbang sekolah, ia menunggu hiruk-pik pelajar SMA yang mulai keluar beramai-ramai. Kali ini Steven sedang menjemput Viona pulang sekolah, Steven sangat kasihan, baru baru ini Viona sedang di tinggal sang mama untuk selamanya.
Di antara kerumunan itu, Alex dengan semangat yang tidak pernah padam, selalu mencari sosok Viona untuk diajak pulang bersama. Meski sempat mengalami kegagalan saat camping yang lalu, Alex tetap tak menyerah. Dengan senyum yang dipaksakan, ia menyapa Viona yang baru saja keluar dari kelas bersama Sisil. "Hai Vio, pulang bareng yuk!"
Namun Sisil segera mencibir, "Tidak bisa. Kalau lo bawa Vio, otomatis lo juga harus bawa gue!" sambil menunjukkan raut tidak suka.
"Gak, ini spesial buat Viona aja. Dia kan lagi down, gue ingin buat dia senang, ajak dia jalan-jalan, lupakan sejenak semua masalah!" tegas Alex, berusaha meyakinkan.
Sisil, dengan nada sinis dan tatapan tajam menyela, "Jangan, Vio. Lo jangan terpengaruh sama cowo playboy kayak Alex. Mending lo jalan sama gue. Kita nongkrong di cafe, dan mungkin bisa cari gebetan buat sebanyak-banyaknya, isi kantong dan lupakan segala duka!" Sisil berusaha menggoda Viona dengan rencana yang lebih menarik.
Kisah segitiga di depan gerbang sekolah ini menciptakan sebuah drama tersendiri, terjepit di antara penawaran persahabatan yang kontradiktif dan hati yang tengah rapuh.
"Gue gak bisa, Sisil. Gue sudah memilih untuk pergi dengan Viona." Keras kepala, Alex bersikeras, tanpa memberikan peluang untuk berubah pikiran. "Jangan gila, Vio! Masa lo mau jalan berdua doang sama Sisil? Nanti orang-orang bakal ngomong, lo sama dia kayak jeruk makan jeruk!" sindir Alex dengan nada mengejek.
"Apa yang lo bilang? Gue, jeruk makan jeruk? Hah? Serius, lo salah besar!" Sisil membela diri, matanya menyala penuh emosi sembari menunjuk-nunjuk ke wajahnya sendiri yang tak terima. "Lagian, apa salahnya jalan bareng gue? Gue udah biasa ama Vio, gue dan Viona sudah bersahabat sejak bayi!" sambungnya lagi, nada suaranya meninggi.
"Cukup, Alex! Sisil! Gue udah muak denger lo berdebat! Gue gak bakal pulang sama kalian berdua," seru Viona, suaranya tegas, memutuskan setiap kata dengan jelas. "Tapi, gue bakal pergi bersama ayah tiri gue. Lihat tuh, dia udah nungguin di mobil!" lanjutnya sembari menunjuk ke arah mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari mereka.
Alex dan Sisil terdiam, keduanya terkejut melihat Viona memilih untuk meninggalkan mereka berdua demi sosok yang tak mereka duga. Tanpa berkata apa-apa, Viona berlalu, melenggang menuju mobil yang akan membawanya meninggalkan situasi yang kian memanas ini.
Sisil, yang masih terperangah, hanya bisa mendesah, "Ah, Viona...! Gue nggak nyangka lo bakal pilih dia." Kemudian, sambil mengusap-usap rok mininya, ia menambahkan dengan rasa iri, "Eh, ngomong-ngomong, pas lihat ayah tiri lo tadi, kok jadi pengen ikut aja gue!"
"Dasar lo, selalu terpesona dengan yang lebih tua! Kayak gak ada yang lain yang tertarik sama lo, hanya om-om!" Sergah Alex penuh cemooh saat Sisil justru mengagumi ayah tiri Viona yang tampan. Keindahan Steven, sang ayah tiri, jelas membuat Sisil terpikat, lantas bagaimana dengan Viona? Apakah suatu hari nanti, dia juga akan terlena dengan pesona sang duda tampan itu?
Dengan tatapan tajam, Viona membalas, "Memangnya kenapa kalau dia om-om? Kalau om-nya sekelas bokap tiri Viona yang ganteng, gue nggak bakal nolak, dong. Daripada seperti lo! Sok keren, tampan, dan kaya tapi nggak ada yang mau sama lo. Lo itu sudah kadaluarsa!" Tanpa menoleh lagi, Sisil melangkah pergi meninggalkan Alex yang terpaku, terluka oleh ucapannya yang tajam bagai silet. Tangan Alex menggenggam erat, marah dan egoisnya tersulut. "Jangan pernah sebut nama gue, Alex, kalau gue nggak bisa menaklukkan Viona. Nanti lo lihat, Sisil! Sahabat lo itu bakal mengemis-ngemis cinta dari gue!" Ucapnya geram.
"Perpisahan sekolah ini akan menjadi pertarungan tak terlupakan, dan Viona akan menyerah dalam dekapan gue, lo lihat aja Sisil." ucap Alex dengan penuh keyakinan.
Sementara di tempat lain, Suasana di dalam mobil bersama Viona dan Steven mendadak menjadi seperti padang gurun yang sunyi—tidak ada percakapan, hanya deru angin yang terdengar sengaja dibiarkan masuk oleh Steven yang membuka sunroof mobil untuk menciptakan kesejukan dari hembusan alam. Dalam hening yang menegangkan, Steven dengan santainya memilih lagu pop dari masa lalu, menghanyutkan diri dalam nostalgia yang menenangkan hatinya.
Di sisi lain, Viona justru semakin resah. Matanya berputar kesal saat lagu kuno itu mengusik gendang telinganya. "Lagu jadul macam apa ini? Rasanya ingin cepat-cepat keluar dari mobil ini saja," batin Viona, tidak kuasa menahan ketidaknyamanannya. Atmosfer yang semula dipenuhi kenangan lama, kini menjadi medan pertempuran generasi, di mana musik menjadi simbol pertentangan yang tak kunjung usai.
Merasa tak betah dengan situasi ddalam mobil, Viona bermaksud hendak mematikan lagu tersebut. Tangannya pun mulai merayap pada bagian depan mobil untuk mengganti lagu yang di putar, bersamaan dengan itu pula, tangan Steven juga meraba tempat yang sama.
Dan di saat tak terduga, kedua tangan Steven dan Viona saling bersentuhan, mengakibatkan aliran panas pada degup jantung yang tak terduga.
Viona yang berniat untuk mengganti lagu, diam terpaku di saat tangannya di genggam lembut oleh tangan besar Steven. Entah perasaan apa yang saat ini sedang di rasakan Viona, Tiba-tiba saja dia ingin membiarkan tangan ayah tirinya berlama-lama dalam menggengam tangannya.
"maaf, aku tidak sengaja." ucap Steven cepat cepat menarik tangan itu segera.
wajah Viona jadi memerah, entah ia merasa malu atau kah karena kecewa saat tangan sang ayah tiri menarik tangannya.
"aku tahu, kau tak suka lagu seperti ini. Kau boleh menggantinya." suruh Steven.
Viona hanya terdiam, dia sekilas menoleh ke samping, memperhatikan sesaat wajah Steven yang sedang mengulas senyum, dan saat itu pula, pandangan keduanya bertemu.