Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Elena sudah di perbolehkan pulang, Lucas membawa sahabatnya itu pulang ke rumahnya, karena apartemen Elena masih belum jadi.
Lucas mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut akibat kurang tidur. Matanya merah dan tampak lelah, namun sorot wajahnya tetap keras, penuh beban yang tak mudah diungkapkan. "Istirahatlah dulu, Elena. Aku harus ke kantor, pekerjaan menumpuk dan tak bisa ditunda," ucapnya dengan suara serak, berusaha terdengar tegas meski hatinya bergemuruh.
Elena menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran, suaranya bergetar saat bertanya, "Kamu tidak menjenguk Alice, Lucas?" Sekilas wajah Lucas memerah, rahang mengeras.
Ia mengalihkan pandangan ke jendela kamar rumah sakit yang remang. "Jangan bahas dia. Aku malas mendengarnya," jawabnya singkat, nada suaranya mengandung kepahitan yang sulit disembunyikan.
Sejak Alice dipenjara, Lucas belum sekalipun menjejakkan kaki di balik jeruji besi itu. Ia memilih menunggu sidang, berharap pertemuan mereka bukan lagi di balik dinding dingin penjara. Rasa kecewa dan kemarahan bercampur menjadi satu, terpendam di balik sikap dinginnya yang sulit ditembus.
Elena mengangguk senang, karena berhasil membuat hubungan Lucas dan istrinya semakin jauh. Memang begitulah harapan dia selama ini.
Lucas pun pergi meninggalkan kamar tamu yang di tempati Elena. Dia mengendarai mobilnya menuju ke perusahaan Anderson.
Setelah melihat kepergian Lucas, Elena pun beranjak dari tempat tidurnya, dia berdandan cantik setelah itu keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Dia mendengus kesal ketika melihat meja makan yang kosong tanpa makanan sama sekali.
"Mana makanan ku kenapa tidak ada makanan sama sekali" tanya Elena dengan suara meninggi.
Bibi Rum sebagai kepala pelayan merotasi bola matanya malas. "Masak sendiri nona, kami bukan pelayan anda. kami ini pelayan tuan Lucas dan Nyonya Alice" ucapnya tidak suka.
Elena menghela napas dalam, mencoba menahan emosi yang memuncak. Rambutnya yang baru saja diatur dengan sempurna kini terasa seolah terurai kembali karena kekesalannya. Dengan gaun yang melambai-lambai setiap langkah, ia berjalan mendekati Bibi Rum yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Jadi, hanya karena saya tamu di rumah ini, aku tidak berhak mendapatkan makanan di rumah ini?" tanya Elena dengan nada yang mencoba terdengar tenang namun jelas terasa marah.
Bibi Rum hanya mengangkat bahu, sambil terus memotong sayuran tanpa melihat Elena. "Peraturan sudah jelas, Nona. Saya hanya mengikuti perintah," sahutnya dingin.
Elena menggigit bibirnya, menahan keinginan untuk berteriak. Ia mengepalkan tangannya sambil menatap tajam bibi Rum.
"Sebentar lagi saya akan menjadi nyonya di rumah ini, jadi kalian semua harus melayani saya selayaknya majikan kalian" sentak Elena dengan penuh percaya diri. Padahal Lucas dan Alice belum juga bercerai, tetapi wanita itu dengan percaya dirinya berbicara seperti itu.
"Maaf nona, kami tidak bisa" ucap Bi Rum dan berlalu meninggalkan Elena.
Wanita tengah baya itu tidak suka dengan Elena, dia lebih suka dengan Alice yang ramah dan juga lemah lembut. tidak sombong dan arogan. Terlebih gara-gara wanita itu Lucas memenjarakan Alice istrinya sendiri.
Elena yang gemetar karena marah. "Bagaimana kalian berani menolak perintahku?" teriaknya dengan nada tinggi yang memecah kesunyian rumah besar itu.
Bi Rum tidak perduli dengan teriakan Elena, dia juga tidak takut jika mengadu kepada Lucas. Sudah tidak ada Alice, jika di perbolehkan dia lebih memilih kembali ke rumah utama keluarga Anderson.
******
Waktu berjalan begitu cepat, sebulan sudah Alice berada di penjara, dan sebentar lagi persidangan dia aka segera di lakukan.
“Tuan, lusa persidangan kasus nona Alice akan dilaksanakan,” kata Jack dengan suara yang sedikit berat, berdiri di depan meja kerja Lucas yang penuh dengan tumpukan berkas dan dokumen.
Wajahnya menampakkan keraguan, matanya sesekali menatap lurus ke depan namun seolah terseret oleh beban yang tak mudah diucapkan.
Lucas menghentikan pekerjaannya, tangannya yang sebelumnya mengetik cepat di keyboard kini berhenti, dan pandangannya beralih ke Jack dengan sorot mata dingin yang penuh tekad. “Siapkan pengacara hebat untuk menangani kasus ini, dan berikan semua bukti kepadanya. Pastikan wanita itu tidak bisa lepas dari jerat hukum" perintahnya tanpa sedikit pun keraguan, suaranya tegas dan tanpa emosi.
Jack menarik napas panjang, menahan perasaan yang bergejolak di dalam dada. Ia tahu betul betapa kerasnya Lucas pada Alice, bahkan saat fakta sebenarnya belum sepenuhnya terungkap.
Dalam hatinya, Jack merasa tindakan Lucas terlalu kejam, terutama terhadap istrinya sendiri. Namun, sebagai asistennya, ia hanya bisa menuruti perintah sambil berharap masih ada ruang bagi keadilan yang sesungguhnya.
Lucas kembali menatap layar monitor dengan mata yang tajam, seakan-akan sedang merancang strategi untuk memastikan Alice benar-benar terjatuh dalam jebakan yang telah ia buat. Tatapannya dingin dan penuh kemarahan yang tersembunyi, seolah masa lalu yang membelitnya dan Alice belum bisa ia lepaskan begitu saja. Di balik meja itu, suasana menjadi sunyi penuh ketegangan, hanya suara ketikan keyboard yang kembali terdengar, menandakan perang hukum yang akan segera dimulai.
Jack mencoba mempengaruhi hati Lucas, "Tuan, dengan semua bukti yang ada, saya tidak yakin kita akan memenangkan kasus ini. Di dalam rekaman itu terlihat jelas kalau nona Alice tidak mencelakai nona Elena" ucap Jack, dia berharap tuannya mau mencabut laporannya terhadap istrinya.
"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, Jack" ucap Lucas, dan mengibaskan tangannya menyuruh Jack untuk pergi.
Jack menghela nafas berat saat meninggalkan ruangan Lucas yang luas dan dipenuhi oleh aroma mahoni yang menusuk. Langkahnya terasa begitu berat, seolah-olah setiap tapak kaki yang menempel di lantai marmer itu menyimpan keputusasaan.
Lucas, seorang tuan yang keras dan tak terbujuk, telah menetapkan pendiriannya yang dingin. “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, Jack,” suara Lucas yang dalam dan tegas itu terus terngiang di kepala Jack.
Dengan surut hati, Jack memutuskan untuk bergerak menuju kediaman kakek Anderson, satu-satunya orang yang yang dapat membebaskan Alice dari balik jeruji besi.
Sepanjang perjalanan, Jack terus menerus berpikir tentang rekaman yang telah dia periksa bersama. Dalam rekaman itu, terlihat jelas bahwa Alice, istri Lucas, tidak memiliki niat buruk terhadap Elena. Sebaliknya, dia terlihat shock ketika melihat Elena jatuh dari atas tangga. Namun, Lucas dengan ketakutan yang menguasai dirinya, hanya melihat apa yang ingin dia percayai.
Matahari sudah mulai condong ke barat ketika Jack sampai di rumah kakek Anderson. Dia mengetuk pintu dengan rasa cemas yang menggumpal. Kakek Anderson, yang bijaksana dan penuh pengertian, membuka pintu dengan senyum hangatnya.
"Jack, ada apa? Kamu datang kesini" tanya kakek Anderson ketika melihat kedatangan asisten cucunya.
Jack mengambil napas dalam-dalam, lalu memulai ceritanya, menjelaskan setiap detail dari kasus tersebut dan bagaimana Lucas menolak untuk melihat kebenaran. Kakek Anderson mendengarkan dengan seksama, raut wajahnya terlihat marah, dan matanya sesekali mengerjap memahami kompleksitas situasi yang dihadapi Jack.
"Anak itu benar-benar kurang ajar, berani-beraninya dia memenjarakan Am ce demi membela wanita rubah itu" marah kakek Anderson, dia tidak terima mendengar Alice, cucu menantunya di penjaran oleh Lucas.
Kakek Anderson mencoba menarik nafas untuk menetralkan emosinya, "Jadi selama ini wanita rubah itu tinggal di kediaman Lucas" tanya kakek Anderson.
"Iya kek, sudah satu bulan ini dia tinggal di rumah Lucas. Setelah nyonya Alice di penjara pun dia masih tinggal di sana berdua dengan tuan Lucas" jawab Jack.
"Wanita medusa itu, aku benar-benar akan membuatnya perhitungan" ucapnya penuh amarah dan kebencian.
"Harusnya kamu mengatakan ini lebih awal Jack, sehingga saya dapat mengeluarkan Alice lebih cepat" kesal Kakek Anderson.
"Maaf tuan besar, tuan Lucas telah mengancam saya. Saya di larang memberitahu masalah ini kepada anda" ucap Jack sambil menundukkan kepalanya.
"Cepat, antar saya ke kantor polisi" pinta kakek Anderson.
jgn cuma 1 episode,bikin penasaran dan greget gitu thor🙄
tekdung kah
nyesel kan kamu luc
semoga masih berjodoh ma mantan kalau tidak ku do"akan kamu gila 😠
.dan biarkn lucas tambah dalam penyesalany,,biar lucas jg bebas tuh ngurusin sahabat terbaik buat dia
TPI kenapa Alice meraba perutnya?
apa Alice sedang Hamidun?
TPI tak apalah
biarkan Lucas menjalani kehidupannya dengan penuh ke pahitan