Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Pagi menjelang. Setelah melaksanakan sholat shubuh berjamaah, sepasang suami istri itu melakukan rutinitas seperti biasa.
Mereka saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah, Rania memasak, sementara Rangga Mencuci pakaian menggunakan mesin cuci, sekalian bersih bersih rumah, sudah biasa untuk mereka melakukan pekerjaan rumah seperti ini.
Karena mereka belum menginginkan orang untuk membantu pekerjaan rumah mereka, tidak sempat masak, ya tinggal pesan saja dari luar, tidak sempat mencuci, tinggal di antar ke tempat laundry, tidak ada yang sulit bagi mereka, semuanya sepele, yang penting mereka berdua nyaman dan tenang.
Rania memasak sarapan seperti biasa, membuat nasi goreng dan tekur dadar, dan sekalian memasak untuk di bawa ke bengkel, di bengkel mereka juga menyediakan rice cooker untuk masak nasi, dan tinggal membawa lauk saja, kadang beli matang.
"Masak apa sayang?" tanya Rangga saat melihat sang istri masih repot dengan kerjaannya.
"Ini masak nasi goreng, buat makan siang baru mau di bikin" ujar Rania yang masih fokus sama kerjaannya.
"Haii.... kamu lupa ya sayang. Kan mau nemanin kakak nemuin Papi" ujar Rangga memeluk sang istri dari belakang, yang tidak memakai hijab, karena mereka masih di dalam rumah, Rania di izinkan tidak memakai hijab dan di perboleh kan memakai pakaian **** oleh sang suami, asal hanya suaminya saja yang melihat.
"Ohh... Iya Aku lupa kakak" ujar Rania menepuk jidatnya.
Cup....
"Ngak boleh di pukul jidatnya sayang, nanti sakit" ujar Rangga mengecup jidat sang istri.
Rania hanya nyengir kuda moleh ke arah sang suami sebentar, lalu kembali menatap bahan bahan yang sudah dia ambil, rencananya mau di masak untuk makan siang.
"Ini di simpan lagi dong" ujarnya.
"Hmmm..." jawab Rangga yang menyusupkan kepalanya ke curug leher sang istri yang sedikit basah oleh keringat.
"Kak. Misi ih... aku mau rapiin ini dulu" rengek Rania, karena Rangga terus saja menyesap lehernya dan turun ke bahu, tangannya pun tak tunggal diam.
"Main sebentar ya" ujar Rangga dengan suara seraknya, lansung mengangkat tubuh sang istri ke dalam gendongannya, sebelumnya dia juga memastikan kompor sudah mati.
"Astaga, maniak banget sih kak, apa semalam ngak puas ya, heran deh" omel Rania, karena suaminya itu selalu saja begini kelakuannya hampir setiap pagi.
"Mana ada pusa klau soal beginia, nagih tau. kamu tuh, sayang untuk di anggurin" ujar Rangga sambil melucuti pakaian sang istri dan juga pakaiannya sendiri.
" Papi jadi nemuin Dia" ujar Maminya Rangga, yang males menyebut nama anaknya itu.
"Jadilah Mi, kasian dong Papi melihat putra Papi yang selalu galau, gara gara perempuan itu, lagi anak bodoh itu ngak cocok sama Rania itu" ujar sang Papi dengan bibir tertarik sinis.
"Gimana anak bodoh itu kita ajak kerjasama sekalian pi" ujar sang Mami.
"Maksud Mami" ujar Papi yang tidak mengerti dengan ucapan sang istri, ngapain ngajak kerjasama segala.
"Usaha bengkelnya itu kan lagi terkenalnya tuh, kita ajak aja kerjasama, dia pakai nama perusahaan kita, dan dia bekerja dengan kita, kan lumayan Pi, makin terkenal kita, dan makin banyak relasi kita" ujar Mami Rangga itu dengan semangat.
"Benar juga kata Mami, Nantilah Papi pertimbangkan dulu" Papi yang tidak ada akhlak itu.
Sementara Rania dan Rangga sarapan sedikit terburu buru, ulah Rangga.
"Gara gara kakak ini, hampir telat aku" omel Rania.
"Iya iya, maafin kakak, istri cantikku" kekeh Rangga, bagaimana hanya dia yang di salahkan, sedangkan istrinya tidak kalah bersemangat di ajak olah Rangga pagi, malahan dia yang lebih liar melakukannya tadi, bagaimana sekarang pas terlambat nyalahin dia, memang sih, melawan Ras paling kuat di muka bumi ini tidak akan pernah menang, harus sabar dan tetap bisa mengalah, klau masih mau aman.
"Ya sudah, adek naik motor bareng kakak aja. ngak usah bawa motor sendiri, dari pada kelamaan" ucap Rangga.
"Baiklah, aku ikut kakak aja, lagian nanti aku juga bakal di jemput sama kakak kan?" ujar Rania.
Bersambung....