MY SECRET IMAM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

*****

Happy reading guys 🥰🥰🥰

Setelah dari Ndalem selatan Echa masih bergidik ngeri membayangkan bagaimana jika dia hamil, membayangkan perutnya buncit sudah membuat dia takut.

"Ya Allah,,, ngeri banget sih jadi orang hamil."

"Ya Allah,, maafkan Echa tolong jangan berikan Echa anak dulu ya." Doa Echa.

"Echa,, masih belum siap ya Allah, dari hamil, melahirkan dan pas sudah keluar anaknya malah seperti Aunni yang sangat menyebalkan itu,bisa bisa mati muda aku"

"Pokoknya Echa masih belum mau hamil,lagian Echa kan masih terlalu muda untuk memiliki anak, dan yang utama Echa tidak menyukai anak kecil." lanjut Echa.

Tanpa Echa sadari ucapannya di dengan oleh Zio di belakangnya yang hendak mengambil beberapa berkas yang ketinggalan.

"Astaghfirullah,,,, apakah hamba terlalu terburu buru ingin segera memiliki anak?" Zio memejamkan matanya, jujur dalam hatinya ada rasa kecewa pada istrinya, namun Zio berusaha menekan rasa kecewa itu.

****

Zio yang biasanya pulang awal,hari ini lebih memilih sedikit berlama lama di kantor, hatinya masih ada rasa kecewa terhadap istrinya, dia takut jika pulang dalam keadaan seperti itu nantinya menyakiti perasaan sang istri.

"Ya Allah ya Rab,,,, " Zio mengusap wajahnya dengan sedikit kasar, hatinya terus ber istighfar agar merasa lebih tenang.

"Butuh teman?" entah kapan masuknya tapi kini di depannya sudah ada Alvian yang duduk di sofa ruangannya.

"Kapan kamu masuknya Al?" tanya Zio sedikit terkejut dengan keberadaan Alvian.

"Tadi." jawab Alvian.

"Lagi ada masalah?" Alvian dapat melihat wajah gusar keponakannya tersebut.

Zio menghembuskan nafas kemudian menatap Alvian.

"Apakah salah jika aku menginginkan seorang anak?"

Alvian hanya tersenyum kecil saja mendengar pertanyaan Zio.

"Menikah lagi saja." ucap Alvian dengan raut datarnya.

Ucapan Alvian sontak membuat Zio langsung menatapnya, Zio tidak paham maksud dari ucapan pamannya tersebut.

"Al aku hanya menginginkan anak bukan istri lagi."

"Hh,,, "Alvian hanya menanggapi ucapan zio dengan mengedikkan bahunya.

"Jangan terlalu memanjakan istrimu itu El." ucapan Alvian memecah keheningan setelah beberapa menit keduanya saling terdiam.

Zio semakin tidak paham dengan ucapan Alvian, sementara Alvian sendiri sibuk berkelut dengan pemikirannya sendiri hingga suasana di dalam ruangan Zio kembali hening.

"Drttt,,,, drttt,,,,"

Zio hanya melihat ponselnya yang bergetar, nama istrinya tertera di layarnya namun Zio tidak berniat mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Bukan Zio, melainkan Alvian yang juga mendapat panggilan dari sang istri.

"Em,,, Mas masih lama pulangnya?" Tanya Livy dengan suara lembutnya.

"Hm,,,." balas Alvian.

"Oh,,, yasudah kalau begitu,aku tutup dulu ya Mas."

"Mau apa,,?" tanya Alvian, dibalik sikap datarnya dia termasuk suami dan ayah siaga, dia paham jika istrinya itu tengah menginginkan sesuatu.

Livy tersenyum mendengar mendengar pertanyaan suaminya itu, meskipun sikapnya seperti itu,tapi tidak ada satupun keinginan yang tidak Alvian penuhi.

" Aku ingin nasi kucing."

Alvian mengerutkan dahinya,nasi kucing? Dia baru pertama kali mendengarnya, apa nasi kucing itu termasuk makanan kucing atau nasi dengan lauk daging kucing, pemikiran terakhirnya membuat Alvian mual sendiri.

"Pasti Mas gak tahu kan nasi kucing?, itu bukan makanan kan?"

"Kamu beli di pertigaan jalan depan komplek ada di pinggir jalan yang jualan Mas." Jelas Livy.

"Tidak sehat." balas Alvian.

Tidak ada suara lagi di sebrang Alvian tahu pasti istrinya itu tengah menundukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca, Alvian sudah sangat hafal dengan istrinya itu.

"Assalamualaikum." Ucap Alvian langsung mematikan ponselnya.

Zio dari tadi hanya mendengarkan percakapan Alvian dengan Livy.

"Livy ngidam?" tanya Zio.

"Hm,," jawab Alvian.

"Mau nasi Kucing.?"

"Hm,,."

"Nasi kucing,makanan biasa kok dan sehat hanya saja porsinya sedikit." jelas Zio.

"Hm,,,." lagi lagi Alvian hanya membalasnya dengan deheman saja.

"Berapa bulan usia kandungan Livy sekarang?" tanya Zio.

"Tujuh." jawab Alvian.

"Ber arti kurang lebih dua bulan lagi kamu akan menjadi seorang Ayah Al." ucap Zio dengan kekehan ringan.

"Dulu aku sempat berpikir jika diantara kita pasti kamu yang terakhir memiliki anak, tapi ternyata Allah belum mempercayakan kami memiliki momongan."

Alvian hanya diam mendengarkan Zio.Namun, tanpq Zio sadari Alvian mengepalkan tangannya,ada raut kemarahan di wajah datarnya tapi Zio tidak menyadarinya.

"Mungkin Allah masih ingin agar kami pacaran terlebih dahulu sebelum nanti di recoki malaikat kecil kami,lagi pula aku terlalu terburu buru tidak menyadari usia Echa masih terlalu muda untuk menjadi seorang Ibu." lanjut Zio.

"Usia Livy dibawah Echa." ucap Alvian, memang usia istrinya lebih muda di banding Echa.

Terjadi keheningan kembali diantara keduanya.

...****************...

Sementara di Ndalem, lebih tepatnya dikamar Alvian dan Livy, seperti dugaan Alvian Livy sekarang tengah menundukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca, hingga kemudian tidak dapat di tahan lagi Livy menangis pelan sambil mengelus perut buncitnya.

'Tok Tok,,,.'

Livy buru buru mengapus air matanya mendengar ada yang mengetuk pintunya.

"Assalamualaikum Nak."

"Waalaikum salam Ummi."

"Nak,,, di depan ada Zia dan keluarga kecilnya." Ning Syaqila memberi tahu Livy kehadiran Zia.

Livy langsung tersenyum cerah,dia sangat bahagia mendengar kedatangan Zia dan keluarganya,dia sudah sangat merindukan si kecil Aunni.

" Aunty,,,,." teriak Aunni saat melihat Livy datang bersama Ning Syaqila.

"Aunni sayang." Livy langsung memeluk Aunni lembut,semua orang tersenyum melihat kedekatan Livy dan Aunni, hanya satu orang saja yang terlihat cemberut siapa lagi kalau bukan Echa.

"Kemana sih kamu Gus,, biasanya jam segini sudah pulang,mana di telpon juga gak di amgkat." gerutu Echa pelan namun masih bisa di dengar oleh mereka.

"Mungkin Zio masih meeting." ucap Zia.

"Gak mungkin Kak, biasanya juga dia hubungi aku kalau telat tapi ini, di hubungi tidak di angkat."

"Mungkin Gus El masih di jalan Nak." sambung Ning Syaqila.

"Mungkin Abi mengunjungi istri mudanya Tan." celetuk Aunni tanpa rasa bersalah.

"Sayang,,," tegus Gus Akhtar.

"Heh,, bocil kamu jangan asal ngomong dong."

"Siapa yang asal ngomong, kata Mami itu kalau Papi pulang telat, Papi pasti lagi pergi kerumah istri mudanya."

Memang besar sekali pengaruh Anita pada Aunni, anak sekecil Aunni malah di jadikan tempat curhat jadinya ya gini.

"Sayang Aunni tidak boleh bicara begitu Nak,tidak sopan sayang." tegur Zia lembut.

"Maaf Umma." ucap Aunni.

"Sama Tantenya juga sayang."

"Maaf Tante." ucap Aunni pelan seperti tidak Ikhlas.

"Dasar bocil nyebelin."

'Wle,,,' diam diam tanpa dilihat orang lain Aunni meletkan lidahnya pada Echa.

"Tante Echa jelek,,"

Echa makin cemberut karena Aunni terus saja mencari gara gara dengannya dan itu bukan pemandangan aneh lagi bagi keluarga Ndalem.

...****************...

Maaf jika banyak Typo ini saja ngetiknya sambil gendong Baby