NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:792
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Mulai modus

Malam ini Langit berada di sebuah venue dalam acara pertunangan salah seorang sahabatnya. Ia tidak sendiri, ada Taufan memantau sejak tadi.

“Kamu awasi Darren, perhatikan gerak-geriknya, jangan terlalu mencolok!”

Taufan mengangguk singkat, “Baik, Bos.”

Keduanya mulai mendekat ke pusat acara, sudah ada beberapa orang teman Langit yang bergabung. 

“Janjinya lo bawa Nafa.” 

Langit tersenyum tipis, santai, “Sibuk nyusun skripsi dia.”

“Iya ya … kan mau nikah,” balas Rio.

Langit mencari keberadaan Darren, “Darren ke mana? Belum datang?”

Vicky berdecak, “Izin nggak datang dia. Istrinya sakit.”

“Ngeles terus, bilang aja malas bawa Rinjani ke luar. Dikurung di kamar terus, hamil nggak, stres iya,” celetuk Nando setengah bercanda

“Tapi gue nggak pernah ketemu istrinya, pengen ke rumah dia buat ngucapin selamat  tapi masih hectic di kantor,” ujar Langit.

Vicky menepuk bahunya, “Santai aja, Lang. Lo pasti tahu kok istri Darren siapa. Rinjani Harsa. Berlian keluarga Harsa. Gila! Hoki banget dia dapet daun muda.”

Yang lain tertawa.

“Sugar baby, Njir!” balas yang lain. Mereka masih tertawa, termasuk Langit yang berusaha masuk ke dalam suasana.

“Eh tapi … gue denger-denger mereka nikah karena keluarga Rinjani punya hutang?” ujar Rio.

Yang lain saling lirik, “Masa? Keluarga Harsa masuk nominasi orang kaya di Asia. Ya kali ngutang?” ujar Nando.

Rio mengangkat bahunya acuh, tidak ingin tahu lagi. Sedangkan Langit sudah melirik Taufan yang mengangguk singkat.

Acara itu masih terus berlanjut, sampai sahabat-sahabat Langit berpindah ke tempat mereka biasa berpesta. Namun kali ini Langit memilih pulang lebih awal.

“Ah, nggak asik lo! Lo sama Nafa nggak boleh sering-sering ketemu. Takut khilaf!” peringat Vicky.

Langit tersenyum tipis. Itu jelas tidak mungkin, ia bahkan tidak memiliki pikiran sejauh itu terhadap Nafa. Di matanya, Nafa tetap anak kecil yang dibawa oleh Evan. Sempat ia benci karena Langit pikir Nafa adalah anak hasil perselingkuhan.  Namun, seiring berjalannya waktu semua terjawab. Meski sekarang mereka dijodohkan, tetap saja Langit masih belum mencintai Nafa. Atau sebenarnya ia yang tidak berusaha?

Mobil yang dikendarai Taufan berhenti di depan pagar rumah keluarga Alexander. Langit siap untuk masuk saat pagar terbuka, namun tanpa sengaja ia menoleh ke arah ujung blok perumahan. Ada sebuah mobil yang ia kenal berhenti di ujung sana. Itu adalah mobil Darren.

Langit yang tidak ingin terlihat mencurigakan, memilih segera masuk ke dalam rumah. Ia akan memantau mobil itu dari atas pohon mangga bila perlu. 

Tapi sepertinya  Langit berubah pikiran. Ia justru teringat dengan klepon Rinjani yang belum sempat dicicipi sejak siang.

Saat Langit sampai di dapur, Rinjani yang baru keluar kamar mandi terlonjak, gadis itu terkejut dan terpaku di tempat.

“Kamu bukannya udah pulang?” tanya Langit. 

Rinjani gugup, tangannya berair, ia sudah berhati-hati untuk ke kamar mandi, dan memastikan tidak ada yang akan melihatnya.

“Mm ini … mau pulang kok, Mas,” ujarnya. Ia segera menuju kamar, mengambil tas dan bersiap untuk pergi.

“Nggak usah pulang,” cegah Langit, “Kamu nginap di sini saja. Ini udah malam, nggak baik, kamu juga lagi hamil.” 

Rinjani mengangguk, ia menunduk sopan dan kembali ke kamarnya. Baru di ambang pintu suara Langit kembali terdengar.

“Rin, klepon saya masih ada?” 

Bergegas Rinjani menuju kabinet dapur, mengeluarkan klepon yang ia buat tadi siang. Lalu meletakkan di meja pantri, ia berniat ingin berlalu. 

“Rin,” suara Langit lagi-lagi membuat langkah Rinjani terhenti. 

“Sini, saya nggak mau sendirian, ini terlalu banyak, mubazir kalau nggak habis.”

“Aelah, Lang. Bangsat lo! Sejak kapan lo peduli sama makanan sisa? Modus ini modus, dasar buaya! Ingat calon bini!” Bisik separuh hati Langit.

Rinjani mengangguk,  sebelum duduk di stool ia mendekat ke arah sakelar, hendak menyalakan lampu utama dapur.

“Eh, nggak usah! Lampu ini udah cukup, saya nggak lama, mau tidur,” cegah Langit.

“Tuh kan, lo modus lagi! Nggak nyalain lampu mau ngapain Abangkuh?” Bisik separuh hati Langit lagi.

Rinjani menatap lampu yang dimaksud oleh majikannya, itu hanya strip light dari meja kompor berwarna neon. Lalu, ada 3 lampu menggantung di atas meja pantri, tidak terang, cahayanya berwarna jingga, hanya sebagai penanda jika di sana sedikit ada cahaya. Namun, Rinjani juga tidak ingin banyak protes, ia memilih mendekat agar bisa istirahat, dan  agar keberadaannya tidak diketahui oleh orang rumah.

Setelah duduk di stool, Rinjani mengambil satu klepon yang ada di piring, kelapa kering membuat tenggorokannya geli, ia terbatuk.

“Pelan-pelan!” Langit segera beranjak mengisi air minum, dan menyerahkan pada Rinjani.

“Udah nggak apa-apa?” tanya Langit. Rinjani mengangguk dengan mata berair, mengatur napasnya yang sempat tersendat.

Langit menatap Rinjani dengan wajah tenang dan damai, saat Rinjani menoleh dan merasa diperhatikan, kedua mata mereka kembali bertemu. Langit terpaku, mata hazel itu kembali membuatnya dejavu.

“Mas, kenapa?” tanya Rinjani.

Langit menggeleng samar,

“Saya mau istirahat. Makasih udah temenin saya makan klepon. Kleponnya enak.” 

Rinjani tersenyum kecil, seiring dengan langkah Langit yang meninggalkan dapur. Ia segera ke kamar. 

“Kenapa senyum sendiri?” tanya Ami yang terbangun.

Rinjani tersadar. Jadi, sejak tadi ia senyum sendiri?

“Nggak kok, Teh. Ayo tidur.” 

Ami hanya geleng-geleng kepala, saat Rinjani menutup wajahnya dengan selimut, ia kembali melanjutkan tidur. 

******** 

“Lepaskan!” terik Desi

Ia mengusap pergelangan tangannya yang terasa perih. Lalu menatap kesal  dua orang berpakaian hitam dan bertubuh kekar yang memaksanya ikut. Tidak lama terdengar suara berat dari balik kursi yang ada di depannya. Seketika Desi merinding. 

“Tu-tuan Darren,” nyalinya ciut, wajahnya pucat dan tangannya mendadak dingin. Ketika kursi berputar dan Darren duduk dengan angkuh di atasnya.

“Sudah 3 hari!” tekan Darren.

Desi menelan salivanya, “I-iya. Saya kan janji satu minggu, masih ada 4 hari lagi,” ujar Desi beralasan. 

Sudut bibir Darren tertarik, wajahnya pongah dan mengejek, “Kau mencoba membohongiku?”

Dengan cepat Desi menggeleng, “Saya udah ke kontrakan Rinjani. Dia nggak ada di sana, kata Sulis dia di rumah majikannya.”

Darren meraih vas di meja dan melemparkan ke lantai tepat di depan Desi. Desi menjerit ketakutan.

“Saya tidak mau tahu!” tekan Darren, “Bawa gadis itu tanpa janinnya besok!”

Darren bangkit, langkahnya cepat dan tegap mendekati Desi, ia mencengkram dagu wanita itu dengan kuat, suaranya dingin, “Atau kalau tidak … saya tidak perlu menjelaskan saya siapa ‘kan?” 

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!