Dalam novel Yuna sering membaca tentang perjodohan, dari benci hingga akhirnya saling mencintai.
Namun ia tidak pernah menyaka bahwa kisah tentang perjodohan terjadi kepadanya. Ternyata rasanya campur aduk, cemas dan kebingungan karena belum pernah mengenal satu sama lain. Terlebih lagi Yuna memiliki pujaan hati yang bernama Sunoo, cinta pertamanya.
Pertemuan pertama Yuna dan laki-laki yang di jodohkan olehnya terbilang tidak baik, ada kesalahan disana.
Bagaimana pun Yuna harus menerima perjodohan tersebut, terlebih lagi mereka sudah di jodohkan sejak balita. Meski begitu ia menyadari bahwa tersimpan rahasia terdahulu antara mereka yang tidak Yuna ketahui, selain Jungkook.
Entah rahasia apa yang di sembunyikan Jungkook?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apriliyakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"SIAPA BILANG AKU MEMILIH WANITA LAIN, ALEA!!"
Alea terdiam sejenak seakan ia akan mendapatkan sebuah jawaban yang ia cari selama ini.
"Sudahlah, pulang sana."ujar Jungkook pergi dari hadapan Alea dengan tertatih.
Jungkook memang terlalu besar menaruh harapan kepada Yuna, mana mungkin wanita itu akan peduli lagi kepadanya.
"JUNGKOOK BERHENTI!"teriak Alea yang terus mempermalukan.
"PERGI!"
"HANYA ADA DUA PILIHAN JUNGKOOK, MENIKAH DENGANKU LALU MEMBIARKAN YUNA BAHAGIA ATAU MENIKAH DENGANNYA TAPI PENUH RASA SAKIT. BUKAN KAMU TAPI AKU AKAN MEMBUAT WANITA ITU HIDUP NAMUN SERASA MATI!"teriak Alea.
Suster di sana kemudian melerai pertengkaran tersebut karena mengganggu pasien lain yang ada di sana dengan suara teriakan.
Jungkook yang mendengar ucapan Alea sontak terkejut, betapa besar nyalinya untuk bisa bersama.
Mengapa orang-orang harus membuat Jungkook menjadi aset, bukankah Jungkook memiliki pilihannya sendiri. Bukan ini yang ia inginkan!
Dengan geram Jungkook berbalik arah menatap tajam mata Alea, ia tidak bisa berkutik.
"Sentuh dia maka kamu akan mati!"
"Jika aku mati perusahaanmu akan hancur!"ancam balik Alea.
Jungkook mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, jika di depannya ini bukan wanita maka sudah habis di buatnya.
"Ancaman itu tidak akan berlaku Alea!"
"Lihat saja!"ujar Alea sebelum ia pergi meninggalkan Jungkook seorang diri.
"ALEA!"
"SIALAN!"
Karena banyak berdiri kaki Jungkook tidak dapat menahannya lagi, rasanya sakit. Karena tidak kuat maka ia tersungkur ke lantai sambil menahan setiap emosi di hatinya.
"Berani kamu Alea,"kesal Jungkook.
Jimin segera memapah Jungkook untuk segera kembali ke kamarnya, begitu banyak luka yang ia rasakan untuk menyelamatkan wanitanya.
"Tuan sebaiknya Anda jangan berjalan jauh atau berdiri. Nona Alea hanya menjebak Anda agar lemas seperti ini."
"Jimin, aku tidak ingin Alea menyakiti Yuna."
"Tenang Tuan, Nona Yuna pasti akan baik-baik saja. Percayalah."
...****************...
Beberapa kata yang di ucapkan oleh Delon mampu membuat Yuna menebar senyumnya kembali. Wanita itu kini rajin ke perpustakaan hanya untuk membaca buku bersama dengan Delon. Banyak pelajaran yang mampu ia petik disana.
"Apa kamu punya kekasih?"tanya Delon membuat wanita itu menoleh.
Hatinya ingin berkata 'iya' tapi mulutnya mengatakan 'tidak'
"Tidak."kalimat sarkas dan tegas menandakan hubungannya sudah kandas.
"Yang benar? Cantik seperti ini tidak memiliki kekasih?"
"Betul tidak ada."
Perlahan Delon mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang selalu ia bawa.
"Suka susu?"
Yuna mengangguk.
Dengan senyum berbinar Delon mengeluarkan susu yang ia bawa dari kampus untuk Yuna.
"Mungkin kamu akan suka."
"Susu basi ya?"ledek Yuna membuat Delon tertawa terbahak-bahak.
"Tentu, aku ingin membunuhmu dengan cintaku."ujar Delon yang sontak membuat Yuna tersenyum geli.
"Aku coba."
Yuna meminum susu yang terlihat lain dari yang pernah ia makan.
"Kenapa lain?"
"Bukankah enak? Itu kesukaan ku, hanya di jual di dekat kampus. Lain kali mau aku ajak melihat kampus?"
"Boleh."angguk Yuna dengan senang.
Waktu berlalu dengan cepat, Yuna yang memiliki pekerjaan lain di rumah segera berpamitan pada Delon.
"Kamu akan kemari lagi kan?"
"Tentu, kamu bisa mengirim pesan kepada ku." ujar Yuna sambil pergi membawa beberapa buku yang sudah ia baca.
Seperti biasa ke sibukan Yuna itu palsu,i hanya melihat beberapa orang di sekitar sana sambil bercerita pada dirinya sendiri. Cara seperti ini membuat Yuna mudah melupakan beberapa orang.
Yuna menatap kembali pohon yang pernah ia lalui kemarin, masih sama namun tidak ada burung di atasnya seakan lenyap dan sunyi.
Tidak sadar Yuna menabrak seorang wanita yang sedang membawa beberapa apel di tas keranjang yang ia bawa.
"Maaf, maaf."ujar Yuna seraya memungut seluruh apel yang terjatuh.
Karena merasa bersalah Yuna menawarkan untuk membeli yang baru namun wanita tersebut menolaknya.
"Kamu bukan orang asli kan?"
Sontak Yuna menoleh,"Bukan."
"Aku Ferilin, tinggal di apartemen di seberang sana."ujar wanita tersebut menyodorkan tangan.
"Yuna."
Dengan senang hati Yuna menjabatnya, mereka berdua berkenalan."Apakah kamu sudah kuliah?"
"Belum, aku masih sekolah menengah atas. Baru beberapa hari tinggal di sini."
"Wah, bagaimana menurutmu tentang Swiss?"
"Cantik dan menarik."
Mereka berdua akhirnya bertukaran nomor, siapa tahu mereka akan menjadi sahabat. Entahlah Yuna menganggap semua yang berkenalan dengannya di Swiss akan menjadi sahabat.
Setelah banyak percakapan menarik tentang diri mereka sendiri akhirnya Yuna segera berpamitan untuk pulang karena waktu yang sudah hampir sore.
"Bagaimana dengan hari ini?"tanya Ibu Yuna.
"Baik seperti biasanya bahkan aku mempunyai teman baru."
"Wah luar biasa!"
Yuna segera pergi ke lantai atas dimana kamarnya berada. Ia menatap cermin yang memperlihatkan dirinya sendiri, seperti biasana Yuna selalu saja melihat kekurangan tubuh yang sebetulnya tidak ada.
"Bagaimana bisa aku mengalahkan wanita cantik itu? Tentu saja dia mencari yang sempurna."ujar Yuna pada dirinya sendiri.
Sebetulnya mereka berdua belum bisa melupakan satu sama lain, alangkah lebih baik jika terus bersama tanpa ada perpisahan seperti itu.
"Kenapa Yuna? Kamu masih mencintainya?"tanya Yuna dengan tatapan sendu pada dirinya sendiri.
Menatap mata sendunya saja sudah membuat dirinya sedih kembali, melihat kejadian yang lalu yang tidak pernah berpihak kepada dirinya.
"YUNA!"
"YUNA!"teriak Ibundanya dari lantai bawah.
Yuna segera menjawabnya, mengusap beberapa bulir air mata yang berlinang di sana. Dengan mata yang memerah mana mungkin ia turun ke bawah, dengan cepat Yuna segera masuk kedalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
"Yuna, kamu harus tegar. Lupakan kota itu dan mulai dengan kota yang baru, semangat!"
Jiwa yang tegar sudah seharusnya di miliki oleh Yuna, beberapa kali gagal membuatnya berpikiran bahwa sebaiknya tidak usah mengenal pria untuk di jadikan pasangan cukup sahabat saja.
Tapi anehnya berpisah dengan Jungkook membuat Yuna sangat sedih lain hal saat berpisah dengan Sunoo yang terlihat biasa saja padahal keduanya menyakitkan.
Yuna turun ke lantai bawah untuk makan sebelum hari semakin malam. Tatapan kedua orang tua nya seakan-akan ingin mengungkap segala yang membuat anaknya semakin bersedih. Mungkin pernikahan Jungkook?
"Ada apa? Jika ingin mengatakan sesuatu katakan saja, aku siap menerimanya."ujar Yuna berusaha tegar.
"Apa kamu mau menjadi CEO untuk menggantikan appa nanti?"
Yuna terdiam, namun seketika ia menjawab dengan tegas namun jelas untuk menentukan arahnya menggapai masa depan.
"Aku akan menemukan caraku sendiri untuk mencapai masa depanku. Aku memiliki banyak hal yang perlu di lakukan mulai sekarang untuk menentukan apa yang harus aku ambil nanti, mungkin kalian ingin aku menjadi penerus perusahaan. Tapi rasanya itu bukan kemauanku, bakatku ada di lain. Apa aku boleh memilihnya?"
Orang tua Yuna saling tatap,"Pilih apa yang kamu mau Yuna, kami akan selalu mendukungmu. Dan tunjukkan kepada kami bahwa kamu mampu, mengerti?"
"Baik,Yuna mengerti!"