NovelToon NovelToon
Satu Atap Dua Rumah

Satu Atap Dua Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan rahasia / Wanita Karir / Keluarga / Poligami / CEO / Selingkuh
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Zara adalah gambaran istri idaman. Ia menghadapi keseharian dengan sikap tenang, mengurus rumah, dan menunggu kepulangan suaminya, Erick, yang dikenal sibuk dan sangat jarang berada di rumah.

Orang-orang di sekitar Zara kasihan dan menghujat Erick sebagai suami buruk yang tidak berperasaan karena perlakuannya terhadap Zara. Mereka heran mengapa Zara tidak pernah marah atau menuntut perhatian, seakan-akan ia menikmati ketidakpedulian suaminya.

Bahkan, Zara hanya tersenyum menanggapi gosip jika suaminya selingkuh. Ia tetap baik, tenang, dan tidak terusik. Karena dibalik itu, sesungguhnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Flasback Berakhir

Erick dan Zara telah resmi menjadi suami istri secara agama, tetapi status pernikahan mereka masih menggantung di mata hukum. Secara administrasi negara, Erick masih terikat sah dengan Emily, istri pertamanya. Kenyataan inilah yang menjadi pusat pusaran konflik dalam hidup Erick, seorang pria yang kini harus menyeimbangkan dua rumah tangga dalam kerahasiaan.

Sebagai seorang suami, Erick sadar betul akan tanggung jawabnya. Nafkah berupa papan dan sandang sudah ia penuhi. Sebuah rumah sederhana namun nyaman telah disediakan untuk Zara, dan sebuah mobil juga sudah dibelikan untuk mobilitasnya. Namun urusan pangan, terutama dalam bentuk uang tunai,menjadi kendala besar.

"Mang, saya punya dua istri ini," ujar Erick kepada Om Budi. Nada suaranya sedikit linglung, masih syok dengan status barunya.

"Lha iya, emang kenapa? Asal kuat aja itu mah, Rick. Kuat fisik, kuat mental, kuat finansial."

"Kasih nafkahnya gimana, Mang? Ini soal uang belanja bulanan Zara. Sedangkan kalau saya transfer langsung ke Zara, nanti gampang ketahuan kalau terus-terusan rutin. Pakai cash? Mana mungkin saya ambil uang tunai puluhan, bahkan mungkin nanti ratusan juta, dari bank setiap bulan tanpa dicurigai," keluh Erick.

Om Budi berpikir sejenak, "Begini aja, Rick. Kamu transfernya ke rekening Mamang, nanti setiap tanggal muda, Mamang yang transfer ke Zara. Udah gitu aja, anggap saja Zara adalah keponakan Mamang yang sedang Mamang bantu biaya hidupnya. Aman, tidak meninggalkan jejak langsung ke rekeningmu."

"Iya juga ya. Terima kasih banyak, Mang. Itu pasti jauh lebih aman."

Erick pun setelah itu kemudian berpamitan hendak pulang, ingin segera bertemu Zara di rumah barunya. Tapi sama Om Budi langsung dicegah. "Eh, tunggu dulu, Rick. Makan dulu lah di sini. Masakan bibimu ini sudah menunggumu. Dia sengaja masak Sup Ayam Kampung spesial buat kamu, karena dia sudah tahu kamu akan datang ke sini."

Raut wajah Erick berubah bingung. Di satu sisi, menolak tawaran tulus dari Om Budi dan istrinya adalah hal yang tidak enak dan tidak sopan. Akan tetapi beberapa jam yang lalu, Zara mengirim pesan. Ia sudah menyiapkan masakan spesial untuk kepulangan Erick.

"Iya, Mang. Tapi saya minta jangan pakai nasi, ya. Sedikit sup saja."

"Kok nggak pakai nasi? Diet?"

Erick menggeleng. "Bukan, Mang. Biar gak terlalu kenyang. Zara udah masak soalnya. Saya harus menghabiskan masakannya." Kalimat itu diucapkan Erick dengan tulus, menunjukkan betapa ia menghargai masakan Zara.

Erick pun menyantap sup ayam kampung itu dengan cepat. Setelah selesai, ia tak berlama-lama lagi dan langsung pergi, meninggalkan Om Budi yang tersenyum simpul.

***

Di rumah Zara, Erick datang. Ia disambut dengan kehangatan yang selalu ia rindukan. Pintu dibukakan, dan Zara menyambutnya dengan senyuman. etelah itu, tangan Erick diraih Zara untuk dicium punggung tangannya, sebuah gestur hormat seorang istri yang selalu berhasil membuat hati Erick berdesir.

Bersama Zara, Erick merasa seperti seorang suami seutuhnya. Ia baru merasakan hubungan layaknya rumah tangga harmonis yang selama ini hilang dari kehidupannya yang diwarnai oleh drama dan tuntutan dari Emily.

Zara memulai percakapan dengan lembut. "Gimana kerjaannya hari ini, Om? Lancar?"

Erick tersenyum. "Alhamdulillah, lancar, Mbak. Kamu sendiri gimana kabarnya seharian ini? Tidak bosan di rumah?"

Zara menggeleng. "Baik-baik saja, Om. Mau saya siapkan air hangat untuk mandi atau mau makan dulu?"

"Duduk dulu saja, Mbak. Kasihan kamu capek nanti. Biar mandi saya nanti yang siapkan sendiri," kata Erick.

"Kalau gitu saya mau siapin makan dulu ya, Om."

Erick mengangguk. "Iya, Mbak."

Mereka saling membungkuk hormat dan menganggukkan kepala, sebuah interaksi yang terasa kikuk dan canggung. Kelakuan seperti ini memang sudah berlangsung sejak mereka menikah. Meskipun berstatus suami-istri, mereka masih sangat menjaga batas. Bahkan, kamar tidur pun masih masing-masing. Zara di kamar utama, Erick di kamar sebelah.

Hubungan ini telah terhitung hampir tiga bulan sejak mereka menikah. Dan ironisnya, ini baru kali ketiga Erick pulang menginap. Erick pulang kadang tiga minggu sekali, dua minggu sekali, tergantung situasi dan kondisi di rumah Emily. Namun seiring berjalannya waktu, Erick bisa pulang kesini tiap minggu.

Selesai mandi, Erick menyantap hidangan yang disediakan Zara. Masakan Zara selalu enak, comfort food yang membuat Erick selalu teringat-ingat setiap kali ia jauh. Mereka sering makan di depan TV sambil menonton upin ipin. Bersama Zara, Erick bisa merasakan apa itu rumah.

Selesai makan, mereka bercerita santai, dan kemudian Zara meminta bantuan Erick untuk menyelesaikan skripsinya. Erick, yang memang cerdas dan berlatar belakang pendidikan bagus, dengan senang hati membantu apa yang dia bisa. Waktu berlalu cepat. Malam menapaki larut, dan Erick dan Zara pun saling pamitan untuk tidur.

Zara masuk ke kamarnya, mengganti pakaian dengan piyama tidur, lalu merebahkan diri di atas tempat tidur. Saat ia hendak memejamkan mata, matanya menangkap sesuatu di luar jendela. Sebuah bayangan orang terlihat gerak-geriknya mencurigakan.

Mau membuka jendela, Zara takut akan bahaya. Ia pun terus mengamati bayangan itu. Hingga pada saat bayangan orang itu terlihat mengangkat sebuah benda yang menyerupai senjata--entah pistol atau sejenisnya--Zara buru-buru melompat dari tempat tidur.

Ia keluar kamar dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Erick yang ada di sebelahnya dengan panik.

"Om, Om, Buka, Om!" bisiknya.

Erick membuka pintu, "Ada apa, Mbak?"

Zara meringsek masuk ke kamar Erick. Napasnya memburu, wajahnya panik melihat ada orang jahat yang kemungkinan mau mencelakai mereka.

Zara menceritakan apa yang dia lihat Ia pun berbisik, "Om, apa mungkin itu orang suruhan mbak Emily? Apakah sebenarnya Mbak Emily sudah tahu tentang pernikahan kita?"

Erick segera meraih dan memegang kedua bahu Zara. "Tenang, Mbak, tenang. Jangan khawatir. Meskipun itu benar, ada Saya di sini yang siap melindungi. Rumah ini sudah saya pasang alarm canggih. Tidak akan ada yang berani masuk."

Tetapi Zara tetap memaksa. Ketakutan itu membuatnya nekat. "Saya harus bilang ke Mbak Emily, Om. Saya akan jujur bahwa saya adalah istri kedua Om. Bagaimanapun, Mbak Emily harus tahu kebenarannya. Dia pasti marah, tapi setidaknya dia tahu."

Erick menggeleng tegas. "Itu tidak mungkin, Mbak. Saya tahu betul perangai Emily. Dia tidak akan bisa menerima. Bahkan mungkin akan lebih berbahaya. Soal ini, biarkan menjadi urusan Saya. Kamu tidak usah ikut campur. Saya minta kamu tenang."

Dan pada momen itulah, Zara yang masih gemetar karena ketakutan dan diliputi rasa bersalah, tidak bisa menahan diri. Ia memeluk Erick dengan erat, mencari perlindungan dan rasa aman. Erick yang terkejut menyambut pelukan itu, membalasnya dengan sama eratnya.

Tubuh Erick yang entah mengapa sejak tadi tegang, makin tegang saja saat berpelukan dengan Zara. Joni dibawah sana yang sering terhina Emily, tiba-tiba saja jadi petantang petenteng.

"Om, saya takut. Saya tidak bisa tidur sendirian setelah ini," ucap Zara lirih, masih dalam pelukan Erick.

"Baiklah, kalau begitu saya temani kamu. Tapi hanya sampai kamu tertidur, ya."

Zara mengangguk setuju. Mereka pun tidur di kamar Erick, sebuah keputusan yang melanggar semua perjanjian canggung yang selama tiga bulan ini mereka jalani.

Hujan deras tiba-tiba turun diiringi angin kencang. Tidak lama kemudian, petir menggelegar di atas atap, membuat Zara yang terbaring di sebelah Erick lantas menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut pada suara petir yang sangat keras.

Ia ingin sekali memeluk Erick lagi, mencari perlindungan fisik dari rasa takutnya, tetapi ia menahan diri. Takut Erick menyangka ia cari kesempatan dalam kesempitan.

Melihat Zara menutup telinga begitu, Erick tidak tega. Perlahan Erick merangkak mendekat, lalu memeluk Zara dari belakang erat-erat, membantunya meredam suara menggelegar itu agar Zara tak ketakutan.

Pelukan itu hangat, namun sekaligus mematikan bagi Erick. Posisinya yang memeluk dari belakang, merasakan lekuk tubuh Zara di depannya, malah makin membuat Erick yang panas makin membara. Tubuhnya tidak enak diam. Ia mulai menelisik. Napasnya yang hangat memenuhi ceruk leher Zara, hingga napas itu terasa seperti membelai telinga Zara.

Erick makin tidak bisa diam. Hal ini membuat Zara pun meremang, ia menggigit bibirnya, menahan suara yang hampir keluar, tubuhnya mulai mengikuti irama napas Erick.

Dirasa Zara diam saja, tidak ada protes atau penolakan, Erick memutar tubuh Zara menghadapnya. Dengan matanya yang sudah sayu, Erick meminta izin kepada Zara.

"Mbak... bolehkah saya... menyentuhmu?"

Zara tidak bisa berkata-kata. Ia tidak punya alasan untuk menolak, tidak ada kekuatan lagi. Rasa aman yang ditawarkan Erick telah melumpuhkan semua keberatannya. Ia hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala yang sangat pelan.

Maka, terjadilah apa yang seharusnya terjadi sejak tiga bulan lalu. Batasan yang selama ini mereka jaga, runtuh bersamaan dengan suara petir dan derai hujan malam itu, menyatukan mereka.

Sampai pagi, Erick bahkan nambah sampai tiga kali.

Sedangkan mata-mata Erick yang semalam berhasil menakuti Zara, tos dengan Om Budi.

Flashback berakhir.

"Jadi begitu ceritanya, La. Mulai saat itu, aku diminta Mas Erick panggil Mas aja, jangan Om. Katanya kalau dipanggil Om, berasa kaya nidurin keponakan."

Mila terkekeh.

"Terus kalau soal Emily gimana tuh? Apa ada kejadian yang menegangkan selama kalian diam-diam begitu?"

"Menegangkan sih nggak, La. Cuma... "

.

.

Bersambung.

1
〈⎳ FT. Zira
sayangnya sifat bijak si bapak belum nurun ke Em ya🤧🤧
〈⎳ FT. Zira
ya bener.. udah bisa lepas dari Em ,mana mau Erick balik lagi
tinie
lanjut,,
🤔🤔🤔 kira kira rencana apalagi yg disusun Emily
sekarang koq malah jadi obsesi ya kesannya😔😔
Dewi Payang
Mengakui kalau man doel ya...
Dewi Payang: wah daku salahhhh😄😄😄
total 2 replies
Dewi Payang
Walau udah bener² jangan kasih kesempatan, bakal kusut tar😁
Dewi Payang: Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali😁😁😁
total 2 replies
Dewi Payang
Badai mah kagak perlu di kejar, malah datang sendiri ya kan Rik😄
Zenun: iya betul sekali😄
total 1 replies
tinie
Erick: aku sudah tauenyesal, TPI perasaan itu sudah tak berarti lgi untukku sebab aku sudah punya Zahra /Hey//Hey/
jadi lebih baik kau perbaiki dirimu sendiri bukan untuku TPI untk masa depanmu sendiri
bay
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
keren dirimu Za👏👏👏
〈⎳ FT. Zira
tingkah Mila ini paling menarik perhatian🤭🤭
MULIANA
berusahalah semampumu Emily, karena aku yakin, baik erick dan zara tak sebodoh itu🙏
MULIANA
nasehatmu, benar sekali ayah
MULIANA
hahah, aku senang kamu rapuh begitu /Curse//Curse//Curse/
Zenun: ehehehehe

Akak gimana kabar?
total 1 replies
MULIANA
berharap erick kembali padamu, kebiasaan mu aja masih begitu /Facepalm/
MULIANA
terus? Itu sih konsekusi dari kebebalan mu
MULIANA
kamu berharap apa, dan bagaimana? Erick harus selalu, menurutimu? atau jadi pengikut mu?
Zenun: mbuh lah itu😁
total 1 replies
kalea rizuky
emely jd gatel ya heran/Shame/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
kalea rizuky
tinggal di kampung aja rick
Zenun: oke siap
total 1 replies
tinie
sekarepmu Emily,,
yg penting mas areick makin Cintaa dan sayang ke zahra
nowitsrain
Lah.... tapi dulu Zara juga begitu ke laki orang...
Dewi Payang
Definisi mwngatai diri sendiri😁
Zenun: hehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!