Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu (2)
Mario memarkirnya di pekarangan rumah orang tuanya, terlihat mobil berjejer di sana, dan semuanya adalah mobil sanak saudara Mama dan Papanya, biasanya memang tidak ada pesta meriah hanya mengundang kerabat dan keluarga besar saja, Mario sendiri adalah anak kedua dari dua bersaudara, Kakaknya Mahendra juga sudah menikah, bahkan satu tahun lebih dulu dari Mario, dan di karuniai seorang putra.
Mario menggenggam tangan Namira yang terasa dingin lalu mengusapnya pelan berharap bisa meredakan sedikit rasa gugup Namira, dan akhirnya Namira tersenyum.
Dua tahun jadi menantu di keluarga Mario, Namira mengenal hampir semua keluarga besar, yang terdiri dari Nenek,dua Paman dan dua Bibi dari pihak Olivia, dan satu Paman dari keluarga Jonathan, mereka masing masing memiliki dua anak dan semua sudah menikah dan memiliki keturunan tentunya, dan memang hanya Namira yang dua tahun menikah namun belum juga di karuniai keturunan, dan itulah yang membuat Namira selalu merasa di perlakukan berbeda.
Namira semakin gugup saat masuk dan melihat Olivia sedang berbincang asik dengan keluarganya.
"Ma.." Mario menghampiri dan memeluk Olivia yang juga tersenyum "Selamat ulang tahun Ma."
"Terimakasih sayang" Olivia mengelus pundak Mario.
"Selamat ulang tahun Ma.." Namira memberikan hadiah yang beberapa hari lalu dia dan Mario beli "Dariku dan Mas Rio.."
Olivia menipiskan bibirnya "Terimakasih.."
"Oh, iya Nak, Papamu ada yang ingin dia bicarakan, beliau berpesan agar saat kamu datang kamu langsung ke sana!."
"Oh kalau begitu aku sama Namira ke Papa dulu.." Mario sudah berjanji tidak akan meninggalkan Namira jadi dia akan membawa Namira bersamanya.
"Loh kok Nami, Papa mintanya bicara sama kamu.. udah Namira disini saja sama Mama, lagian dia juga belum nyapa Tante dan Om mu, iya kan Nami?lagian kan Papa pasti mau bicara soal pekerjaan.." Namira menatap Mario dan mengangguk lemah, dan Mario mengusap pucuk kepala Namira sebelum pergi seolah menenangkannya.
"Eh, Namira apa kabar?" adik dari Olivia menyapa dan seperti biasa mereka cepika cepiki.
Namira tersenyum "Aku baik Tante, Tante Lusi sendiri apa kabar?"
"Tante baik, oh iya gimana udah isi belum?" ini dia yang Namira tak suka, dari pertemuan keluarga, mereka selalu menanyakan kapan Namira punya anak, hal yang sejak tadi di hindarinya.
"Aku belum di kasih tante.." Namira tersenyum canggung.
"Iya nih, padahal aku udah gak sabar pengen cucu dari Mario, Mahendra saja sekarang sudah hampir dua.." Olivia melirik Namira.
"Oh jadi Sintia lagi hamil lagi?" pekik tante Mario yang lainnya.
"Iya, kemarin Mahendra kasih kabar aku seneng banget loh.. eh itu Sintia.." saat melihat Sintia, Olivia pun memanggilnya "Benarkan sayang kamu sedang mengandung?" Olivia menggandeng tangan menantunya.
"Iya, tante. Ini jalan lima minggu.."
"Oh, selamat, Sintia.."
"Hmm.. selamat ya!" Selanjutnya kata selamat saling bersahutan, dan Namira hanya bisa berdiam diri menatap mertuanya begitu membanggakan menantunya yang lain bahkan dia telah di abaikan.
Namun bukankah sejak awal dia juga sudah di abaikan, "Aku rasa ini kado ulang tahun yang paling indah di tahun ini loh.." Olivia membanggakan Sintia. Namira ingin segera pergi dari sana, dia benar- benar seperti tak terlihat disana, mertuanya terus memuji Sintia, dan membanggakannya di depan semua orang.
Harus Namira akui Sintia juga pintar menarik simpati Ibu mertua, tak hanya sudah memiliki keturunan dia juga dari keluarga kaya dan tentu saja di terima dengan tangan lebar di keluarga Andreas.
"Nah, ayo dong Nami kamu sama Mario juga kejar tayang biar segera dapet momongan.." Namira hanya tersenyum menanggapi, Namira melihat sekelilingnya mencari Mario beruntung tak lama dia berdiri disana Mario sudah kembali.
"Nami, kamu sudah pastikan kamu sehat bukan?" Namira menoleh melihat Mama Mario "Sudah periksa ke dokter?"
"Mama cuma heran aja, sudah dua tahun menikah kok gak ngisi terus sih.. jangan- jangan kamu bermasalah ya Nami?"
Namira menggigit bibirnya, menahan sesak di hatinya "Iya, Ma. Nanti aku periksa.."
"Iya lah Nami periksa saja lagi pula kamu bisa langsung ke Omnya Mario, Damar kan dokter kandungan" Ya.. salah satu Om Mario memang seorang dokter, tepatnya Om dari pihak Papa Mario.
"Eh, iya gimana sama cucumu udah bisa apa sekarang?" Olivia mulai mengalihkan pembicaraan, tepat saat itu Mario juga tiba disana, menggenggam tangan Namira dan membawa Namira pergi.
"Maaf lama, apa Mama bicara yang gak-gak sama kamu?" Mereka duduk di kursi santai di dekat kolam renang.
Namira mengedikkan bahu "Aku gak tahu, gimana pemikiran Mama kamu Mas, anak itu bukan sesuatu yang bisa kita buat dan hadir semau kita, cuma tuhan yang berkehendak.. kenapa terus menyalahkan aku.." Namira menahan agar dia tidak menangis, namun tetap saja air matanya menetes, dituduh bahwa dirinya tak baik- baik saja dan menjadi penyebab tak kunjung memiliki anak sungguh membuatnya sakit.
"Maafin Mama ya.. kamu jangan anggap ucapan Mama." Mario memeluk Namira "Tapi iya mungkin akhir- akhir ini kita jarang melakukannya?" Namira mengerutkan kening.
"Jarang?, Jarang bagaimana maksudnya?."
"Iya, biasanya kan kita bercinta sampai lelah setiap malam, akhir- akhir ini karena lelah aku cuma bisa melakukannya satu kali"
"Astaga Mas, itu bukan jarang!" Namira mencubit pinggang Mario, "Kita bahkan melakukannya setiap hari, kalau bukan aku yang cegah kamu terus saja melakukan itu!!"
"Habis kamu nikmat banget sayang, bikin nagih." wajah Namira sudah memerah, sedangkan Mario terkekeh lalu mengecup pucuk kepala Namira yang bersembunyi di pelukannya menyembunyikan wajahnya yang terasa panas. "Jangan khawatir kita akan berusaha lebih keras lagi."
...
Like..
Komen..
Vote..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....