Luo Feng, Tuan Muda dari keluarga kaya-raya mati setelah mobil yang dia kemudikan mengalami kecelakaan di lintasan kereta api.
Saat mengira dirinya akan pergi ke alam selanjutnya setelah mengalami kematian, Luo Feng justru membuka mata di tempat asing dengan pemandangan bola cahaya tepat berada di hadapannya, dengan tubuh sedikitpun tak bisa di gerakan.
“Kematianmu adalah takdir yang aku ciptakan di kehidupanmu, tapi kematianmu bukanlah akhir dari segalanya. Aku memberimu kesempatan hidup sekali lagi di tempat baru, dan kamu aku berkati dengan setengah dari kekuatanku.”
Mendengar suara dari bola cahaya di hadapannya, Luo Feng hanya bisa mengerutkan kening kebingungan dengan apa yang dia dengar.
“Ingat, di Alam Semesta yang akan kamu tempati, Dewa hanyalah sebutan untuk manusia yang telah menapaki jalan setengah abadi. Akan tetapi, dengan memiliki setengah dari kekuatanku, kamu akan menjadi Dewa yang sesungguhnya, yang tak akan pernah mati sekalipun tubuhmu berubah menjadi abu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiPemula, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Kedua
Luo Feng, Tuan Muda dari keluarga kaya-raya mengendarai mobilnya di jalur pegunungan di tengah cuaca huja badai.
Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Luo Feng dikejutkan dengan pohon yang tumbang tak jauh di depannya.
Membanting stir mobil ke arah kiri, dikarenakan kecepatan yang terlalu tinggi, Luo Feng kehilangan kendali mobil.
Brak...
Mobil Luo
Feng menabrak pembatas jalan, dan terjun bebas ke jurang dengan dasar jurang adalah aliran sungai yang sedang meluap.
Mengira dirinya sudah mati setelah mengalami kecelakaan, Luo Feng justru membuka mata di tempat asing dengan pemandangan bola cahaya tepat berada di hadapannya, dengan tubuh sedikitpun tak bisa di gerakan.
“Kematianmu adalah takdir yang aku ciptakan di kehidupanmu, tapi kematianmu bukanlah akhir dari segalanya. Aku memberimu kesempatan hidup sekali lagi di tempat baru, dan kamu aku berkati dengan setengah dari kekuatanku.”
Mendengar suara dari bola cahaya di hadapannya, Luo Feng hanya bisa mengerutkan kening kebingungan dengan apa yang dia dengar.
“Ingat, di Alam Semesta yang akan kamu tempati, Dewa hanyalah sebutan untuk manusia yang telah menapaki jalan setengah abadi. Akan tetapi, dengan memiliki setengah dari kekuatanku, kamu akan menjadi Dewa yang sesungguhnya, yang tak akan pernah mati sekalipun tubuhmu berubah menjadi abu.”
Bingung, Luo Feng
bingung dengan apa yang terjadi, tapi belum juga terjawab kebingungannya, dia merasa kesadarannya tertarik ke suatu tempat.
...----------------...
Kembali membuka matanya, gambaran kecelakaan mobil yang baru dialaminya masih tergambar jelas dalam ingatannya, Luo Feng merasa seharusnya saat ini dua sudah mati setelah kecelakaan itu terjadi padanya, tapi dia sendiri tak menyangka ada kesempatan hidup kedua untuknya.
Semula dia mengira jiwanya akan pergi ke alam baka, untuk mempertanggungjawabkan apa saja yang diperbuat selama hidupnya. Akan tetapi, saat dalam bentuk jiwa dia dipertemukan dengan sosok bola bercahaya, yang memberi kesempatan hidup kedua padanya.
“Bersiaplah untuk memulai kehidupan keduamu, dan pergunakan apa yang telah aku berikan padamu untuk menegakkan keadilan dan memberantas angkara murka.” Selesai bicara untuk terakhir kalinya, keberadaan bola cahaya mulai meredup sebelum menghilang tanpa jejak.
“Apa yang terjadi dengan tubuhku? Kenapa tiba-tiba aku bisa merasakan hawa hangat dan juga dingin di waktu bersamaan?” Baru juga kehilangan sosok bola cahaya terang di hadapannya, Luo Feng merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya, bersama dengan itu dia melihat keadaan di sekitarnya mulai memancarkan cahaya.
Seiring berjalannya waktu Luo Feng merasa cahaya sekitarnya semakin terang, dan anehnya dia kembali merasakan detak jantungnya, selain itu dia juga merasa napas halus keluar masuk lewat kedua lubang hidungnya.
Tubuh Luo Feng yang semula kaku dan tidak bisa digerakkan, perlahan tubuhnya bisa bergerak meski masih sangat kaku. Namun, apa yang dirasakannya saat ini, itu menunjukkan kalau dirinya masih hidup, dan apa ini yang dimaksud oleh bola cahaya tentang kehidupan kedua untuknya?
“Apa aku akan bangkit dari kematian dan mengejutkan semua orang?” Luo Feng pernah mendengar istilah mati suri, tapi dia sendiri tidak yakin kalau yang dialaminya adalah mati suri.
Jelas kecelakaan itu seharusnya berbuah kematian untuknya.
Mobilnya menabrak pembatas jalan dan terjun bebas ke dasar jurang, sedalam puluhan meter.
Sebelum pandangannya menjadi gelap sesaat setelah kecelakaan, dia melihat percikan api, dan kejadian dia tidak tahu seperti apa kejadian selanjutnya. Dia hanya tahu sesaat yang lalu membuka mata di tempat asing dengan bola cahaya tepat berada di hadapannya.
Ketika memikirkan apa dirinya benar-benar mengalami mati suri, tiba-tiba saja pemandangan di sekitarnya berubah. Tak lagi ada cahaya yang membuat silau, melainkan apa yang dia lihat adalah pepohonan dengan daun lebat, seolah dia sekarang berada di tengah-tengah hutan.
“Dimana ini? Apa ini dasar jurang tempat aku mengalami kecelakaan?”
“Akan tetapi, bukannya dasar jurang adalah sungai, kenapa tiba-tiba berubah menjadi hutan?”
Apa yang dilihat Luo Feng benar-benar hutan dengan pepohonan menjulang tinggi, yang dipenuhi dedaunan hijau. Tak ada aliran sungai di dekatnya, yang menunjukkan dia tidak terseret arus sungai sampai ke tengah-tengah hutan.
“Mungkinkah ini surga, atau justru neraka?” Mencubit tangannya, Luo Feng merasakan kesakitan. “Ini bukan keduanya dan rasa sakit menunjukkan kalau aku masih hidup.” Menggerakkan tubuhnya mencoba bangkit lalu duduk, melihat sekeliling dia merasa sangat asing dengan apa yang dilihatnya.
“Apa ini benar-benar kehidupan keduaku, dan aku menjalani kehidupan kedua bukan di Bumi melainkan di tempat asing yang sama sekali tidak aku kenal?” Luo Feng mulai yakin jika saat ini dia tidak lagi di Bumi, dan keyakinannya semakin bertambah saat dia menengadahkan kepala dan melihat bayangan dua bulan di langit.
Itu bukan fatamorgana, halusinasi, atau karena matanya salah mengenali jumlah bulan. Nyatanya di langit memang ada dua bayangan bulan, dan saat malam tiba semua akan terlihat semakin jelas dibandingkan siang hari seperti saat ini.
“Hidup di tempat asing tanpa petunjuk, bukannya sama saja bola cahaya itu menyuruhku mati untuk yang kedua kalinya?” Luo Feng bergumam dengan pandangan bergerak melihat sekelilingnya.
Bingung harus melakukan apa, Luo Feng bangkit berdiri. Baru juga berdiri, dia merasa tubuhnya jauh lebih ringan dari sebelumnya, dan saat melihat pakaiannya, dia melihat pakaian yang dia gunakan mirip pakaian para bangsawan di era Kerajaan masa lalu.
“Apa aku kembali ke era masa lalu? Akan tetapi, jelas tempat ini bukan Bumi.” Luo Feng dibuat bingung dengan keadaannya.
Daripada mati bingung di tengah hutan yang dia sendiri tak tahu ada apa saja di dalam hutan ini, Luo Feng bermaksud pergi ke suatu arah untuk mencari keberadaan Desa. Kalaupun tidak ada Desa, dia berharap bertemu seseorang yang dapat menjawab semua kebingungannya.
BOOMM...
Belum genap seratus langkah berjalan meninggalkan titik awal yang dia tinggalkan, Luo Feng mendengar suara ledakan keras bersamaan dengan bergetar nya tanah yang dia pijak. Suara ledakan berasal tak jauh dari arah depan. Bukannya takut, dia justru penasaran apa yang terjadi di tempat itu.
“Aku berharap dapat melihat keberadaan orang lain di tempat itu!” Luo Feng mulai melihat harapan keberadaan orang lain di salah hutan, dan dengan mempercepat langkah kakinya dia merasa bukannya berjalan cepat tapi justru terasa seperti sedang berlari, tapi bukannya berlari selayaknya manusia pada umumnya.
Larinya sangat cepat, bahkan dia merasa kakinya tak lagi menapak tanah karena efek kecepatan larinya. Lari dengan kecepatan selayaknya motor sport di lintasan lurus, Luo Feng semakin dekat dengan sumber suara ledakan, tapi sekarang dia menghadapi sebuah masalah yang mungkin akan terdengar lucu.
“Ini buruk, sangat-sangat buruk dan memalukan! Aku yang sudah tumbuh dewasa tidak tahu cara berhenti saat berlari!” Luo Feng bergumam, dan saat belum tahu cara berhenti dia dikejutkan dengan keberadaan sosok mirip harimau tapi memiliki ukuran sepuluh kali gajah dewasa.
Bukan hanya terkejut, tapi di waktu bersamaan dia juga mendapati kabar buruk. Sosok yang dia lihat tepat di jalur larinya, dan sampai detik ini dia belum tahu cara terbaik menghentikan kecepatan lari yang semakin cepat.
“Apanya yang kehidupan kedua? Jika sebelumnya mati setelah menabrak pembatas jalan dan terjun bebas kesasar jurang, sekarang aku pasti mati karena menabrak harimau raksasa!”
Saat sedang berlari, sebuah fakta tentang dirinya tak diketahui oleh Luo Feng. Tubuhnya saat ini telah terselimuti cahaya biru aneh, tak hanya itu, kilatan petir juga muncul di sekeliling tubuhnya, tapi tak sedikitpun dia menyadari semua itu.
Swuuussshh...
Tak sadar kecepatan larinya telah menyamai kecepatan suara, dan jarak antara dirinya dan sosok harimau raksasa semakin dekat. Melihat jarak yang semakin dekat, Luo Feng hanya bisa pasrah dan tanpa penyesalan dia akan menerima kematian kedua, dalam kurun waktu yang begitu dekat.
Di sisi lain, lima orang dengan pakaian serba putih yang sudah kotor akibat noda darah dan tanah, dengan mata kepala mereka sendiri, mereka melihat kilatan selayaknya cahaya dari kejauhan, dan kilatan itu bergerak semakin mendekat.
“Kilatan cahaya apa itu?”
“Itu terlalu cepat untuk dapat aku lihat!”
“Cahaya itu bergerak ke arah harimau api. Apa dia bala bantuan?”
“Aku tidak yakin apa cahaya itu bala bantuan, tapi semoga saja itu bukan sosok yang lebih menyeramkan dari sosok harimau api!”
Lima orang yang terdiri dari dua pria dan tiga wanita, mereka dalam keadaan jauh dari kata baik setelah berkali-kali menghindari terkaman harimau api. Tau bukan lawan sepadan sosok harimau api meski mereka menyatukan kekuatan, melihat cahaya yang begitu cepat bergerak lurus ke arah harimau api, mereka berharap cahaya itu adalah bala bantuan untuk mereka.
Sementara itu, Luo Feng yang pasrah jika harus mati, dia mengepalkan tinju lalu mengayunkan pukulan ke arah tubuh harimau api saat jaraknya dengan sosok itu sangat dekat.
“Setidaknya aku mati dengan kebanggaan setelah memukul seekor harimau raksasa.
BOOOMM...
Ledakan terjadi saat tinju Luo Feng mengenai sisi tubuh harimau api, merubah sosok tinggi besar harimau api menjadi menjadi potongan daging kecil yang berserakan ke segala arah.
BRAAAK...
Jika tinjunya berhasil membunuh harimau api, pohon besar yang roboh setelah dia tabrak menjadi rem untuk menghentikan kecepatan larinya.
Luo Feng mengejek dirinya sendiri setelah menabrak pohon. “Kalau sejak awal aku tahu dapat membunuhnya dengan sekali pukul, aku tidak akan pasrah menerima kematian, dan lagi kenapa juga aku lupa cara berhenti? Padahal dengan tidak bergerak, sudah pasti aku berhenti.”
Kepanikan membuat seseorang menjadi bodoh, dan itulah yang baru saja di alami Luo Feng.
...----------------...
Bersambung.