Senja dan Langit harus terpisah karena orang tua Langit yang tidak menginginkan anaknya berhubungan dengan wanita miskin seperti Senja.
Langit dipindahkan ke luar negeri. Dua bulan perpisahan, Senja baru menyadari jika dia mengandung anak Langit. Orang tua Senja yang malu karena anaknya hamil di luar nikah, mengusir Senja dari rumah.
Enam tahun berpisah, Senja bertemu lagi dengan Langit yang telah memiliki istri. Bagaimana hubungan Senja dan Langit selanjutnya?
Selamat membaca, terima kasih.
Fb Reni Nofita
IG Reni_Nofita79
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Pendekatan
Kamu adalah sebuah pelangi untuk aku jaga. Aku akan selalu mengawasi dan tidak akan pernah memalingkan pandangan darimu. - Vesna Bailey
Langit mendatangi Villa tempat Senja dan putrinya berada dengan membawa dua tentengan paper bag besar. Satu berisi mainan dan satu makanan.
Saat Langit memasuki halaman Villa itu, dia melihat Pelangi yang sedang bermain dengan bonekanya. Senja mengawasi sambil menyuapi bocah cilik itu.
"Selamat Siang," sapa Langit.
Senja dan Pelangi serempak memandang ke arah asal suara. Wanita itu tersenyum mengetahui siapa yang datang. Pelangi memandangi wajah Langit dengan seksama. Merasa diperhatikan pria itu mendekati putri kecilnya itu.
"Selamat Siang, Pelangi!" sapa Langit.
"Selamat Siang Om Ganteng. Dari mana Om tahu namaku Pelangi?" tanya Pelangi dengan wajah lucunya.
Mendengar Pelangi, putrinya yang memanggil dirinya dengan sebutan Om, hati Langit sebenarnya perih. Namun, pria itu sadar jika semua salahnya. Dia berharap secepatnya Pelangi bisa memanggil ayah dengan dirinya.
"Siapa yang tidak mengenal Pelangi? Yang memberikan keindahan setelah hujan turun membasahi bumi. Pelangi itu bukti adanya kebahagiaan setelah penderitaan yang kita lalui," ucap Langit yang membuat dahi Pelangi berkerut karena tidak mengerti.
Langit dan Senja tersenyum melihat wajah lucu putri mereka. Pria itu membayangkan seandainya mereka hidup bersama pastilah sangat berbahagia.
Senja mempersilakan Langit masuk. Wanita itu juga meminta Pelangi main di dalam rumah. Saat Senja ke dapur untuk mengambil air minum buat Langit, pria itu mencoba mendekati putrinya.
"Ini Om ada bawa mainan dan makanan buat Pelangi. Semoga kamu suka," ucap Langit. Sebenarnya rasa ingin menyebut diri dengan ayah.
Pelangi memandangi Langit tanpa mau menyentuh atau mengambil paper bag yang disodorkan Langit. Dia hanya menatap tanpa kedip, membuat Langit menjadi heran.
"Kenapa hanya dilihat? Apa Pelangi tidak ingin mainan?" tanya Langit akhirnya.
"Bunda melarang aku mengambil pemberian dari orang yang tidak dikenal."
Langit tersenyum mendengar alasan yang diberikan putrinya. Pastilah Senja mengajarkan semua itu untuk kebaikan Pelangi. Mungkin Senja takut, ada maksud tertentu seseorang yang memberikan mainan.
Senja mendengar dari dapur apa yang Pelangi katakan. Dia meletakkan makanan dan minuman yang dibawa ke atas meja.
"Maaf, Langit. Aku memang melarang Pelangi menerima sesuatu dari seseorang yang tidak dikenalnya."
"Nggak apa, Senja. Aku mengerti."
Senja duduk di samping putrinya. Mengangkat tubuh putrinya ke atas pangkuannya.
"Sayang, kamu boleh mengambil pemberian Om Langit," ucap Senja.
"Kenapa? Aku tidak mengenalnya. Bukankah Bunda selalu berpesan jika aku tidak boleh mengambil pemberian dari orang yang tidak dikenal?" tanya Pelangi dengan wajah penuh selidik.
Senja dan Langit saling pandang. Wanita itu tampak berpikir. Mungkin mencari jawaban tepat atas apa yang ditanyakan Pelangi. Untuk jujur, Senja rasa belum waktunya.
"Om Langit ini teman dekatnya Bunda. Sama seperti Daddy Surya. Bahkan lebih dekat lagi Om ini dengan Pelangi," ujar Senja pelan. Terlihat dia sangat berhati-hati dalam mengungkapkannya.
"Kenapa lebih dekat dari Daddy Surya?" tanya Pelangi lagi.
"Karena Om Langit ada hubungan dengan Pelangi."
"Aku nggak ngerti, Bunda. Hubungan apa? Kenapa baru datang sekarang? Kemana saja selama ini?"
Langit dan Senja kembali menarik napas. Ternyata tidak semudah yang mereka bayangkan untuk memberikan pengertian pada bocah itu. Pelangi sudah mulai mengerti dengan apa yang terjadi disekitarnya.
Menurut Dokter Surya, pada usia 6 tahun, anak mengalami perkembangan psikologi berupa rasa peka terhadap perasaan, baik perasaannya sendiri maupun perasaan orang lain.
Pada tahapan tumbuh kembang usia 6 tahun ini, anak mungkin paham bahwa dia tidak boleh menyakiti perasaan orang lain. Memasuki perkembangan anak usia 6 tahun, ia biasanya sudah lebih paham mengenai emosi dirinya maupun orang lain.Hal ini membuat anak mengerti bahwa ia tidak boleh mengatakan sesuatu hal yang dapat menyakiti perasaan orang lain.
"Pelangi, selama ini Om bekerja di luar negeri. Mulai hari ini Om janji akan sering datang dan bermain denganmu."
Pelangi hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Sepertinya dia masih belum bisa menerima penjelasan dari Langit. Senja meminta Langit buat bersabar. Tidak mudah mendekati anak dengan usia seperti Pelangi.
Lagi pula selama ini, Senja dan Surya selalu protektif pada Pelangi sehingga tidak mudah baginya dekat dengan orang yang baru di kenal.
Langit berjanji akan mendekati Pelangi dulu sebelum memulai pekerjaan baru. Sambil menunggu akta cerainya keluar. Langit meminta izin pada Senja untuk hari ini dia ingin menghabiskan waktunya dengan Pelangi.
...****************...