Nikah Muda

Happy reading

-----

Flashback On

"Sayang, pernikahan kita sudah memasuki tahun ke 4 tapi kita belum juga punya anak. Aku mau kita mengadopsi anak" jelas Lestari.

"Apa kamu yakin?" tanya Vano.

"Aku sudah memikirkannya sejak minggu yang lalu" jelas Lestari.

"Oke baiklah, aku ingin kita mengadopsi anak laki-laki" ujar Vano Kasim.

Dengan senyum Lestari mengangguk, menandakan bahwa ia setuju dengan permintaan suaminya.

Esok harinya...

"Sayang! Ayo cepat!" Lestari memanggil suaminya yang sedari tadi di kamar.

"Sebentar!!" terdengar sahutan dari dalam kamar.

Dengan tergesa-gesah Vano menuruni anak tangga. "Ayo sayang" ajak Vano.

Lestari memandangi suaminya dengan tatapan aneh. "Baju kous dan celana santai" gumam Lestari.

"Kita mau ke mana? Kenapa kamu berpakaian seperti itu?" tanya Lestari menaik turunkan alisnya.

"Aku tahu tapi aku malas mengganti pakaianku" balas Vano lalu menarik tangan istrinya.

Kendraan roda empat perlahan bergerak, berjalan menuju jalan raya. Suasana pagi begitu indah dan ramai. Orang-orang kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, sebagian pula masih hanyut dalam mimpi.

Di dalam mobil, Lestari terlihat sangat ceria. Bukan hanya Lestari, tapi Vano pun sangat bahagia. Mendapatkan kabar tentang anak yang akan diadopsinya membuat mereka bahagiam

---

Kendaraan roda empat terlihat berhenti tepat di depan Panti Asuhan. Pemilik mobil dan istrinya turun berjalan menuju tempat yang akan dituju.

"Ayo masuk." Namila mempersilahkan Lestari dan Vano untuk masuk.

"Permisi Tuan, Nyonya. Apa kalian yang menghubungi kami kemarin?" tanya Ibu Panti Asuhan, yaitu Namila.

"Iya Buk, kami yang menelpon kemarin" balas Lestari.

Ibu Panti Asuhan membawa Rafik kecil dan menidurkannya dalam gendongan Lestari. Bayi mungil yang mulanya tertidur kembali terbangun.

"Sayang, kamu tampan sekali." Vano mengelus pipi beby Rafik. Kebahagiaan kembali hadir dalam keluarga kecil Vano Kasim dan Lestari.

Setelah selesai berbincang-bincang, Vano dan Lestari pamit pulang. Dalam perjalanan, beby Rafik terus menerus menangis.

"Sayang, apa kamu haus?" Lestari mengajak beby Rafik berbicara dengan meniru gaya bicara anak kecil.

Tangis beby Rafik semakin kencang. "Sayang, bagaimana ini?" tanya Lestari pada suaminya.

"Mungkin dia haus" jelas Vano kemudian menghentikan mobilnya dipinggiran jalan.

"Kamu saja yang menyetir, biar aku yang menggendong Rafik." Vano mengambil beby Rafik dalam gendongan istrinya.

Lestari berpindah duduk di kursi kemudi. Mobil meleset pergi menuju rumah mereka. Hampir 10 menit perjalanan, mereka pun sampai di rumah.

----

Siang berganti malam, begitupun dengan pagi yang selalu menyapa. Tak terasa, usia beby Rafik memasuki tahun ketiga.

"Uuwak, uuwak" Lestari mual dan muntah-muntah.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Vano pada istrinya.

"Aku tidak tahu" balas Lestari dengan lemas.

"Ayo kita ke Dokter." Vano menuntun istrinya untuk ke mobil.

"Sayang, bagaimana dengan Rafik?" Lestari menatap suaminya.

"Biar aku yang gendong" ujar Vano Kasim.

Lestari masuk ke dalan mobil begitupun dengan Vano. Mobil meleset pergi meninggalkan lingkungan rumah. Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di Rumah Sakit.

"Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Vano bertanya pada seorang Dokter yang memeriksa Lestari.

Dengan senyum, Dokter berkata. "Selamat Pak, Buk. Sebentar lagi kalian akan memiliki momongan"

Vano yang mendengar kabar bahagia itu memeluk Lestari tanpa memperdulikan Dokter.

---

Di rumah/Malam hari

"Sayang, mulai sekarang aku yang akan menjagamu dan juga Rafik" kata Vano saat berbaring di tempat tidur.

"Aku yakin, bayi yang ada dalam perut kamu bayi laki-laki" ujar Vano dengan senyum mengembang.

"Bagaimana jika dia perempuan?" tanya Lestari.

Hening, Vano tak menjawab pertanyaan Lestari. "Ayo tidur" Vano mengajak istrinya tidur tanpa menjawan pertanyaan istrinyam

Vano hanyut dalam mimpinya sedangkan Lestari terus menerus memikirkan jenis kelamin anak yang di kandungnya.

5 bulan kemudian/ Rumah Sakit

Lestari duduk di kursi dalam ruangan Dokter kandungan. Tangannya dingin, sesekali ia memainkan jari jemarinya. Rasa takut kembali menghantuinya. Lestari melirik suaminya yang sedari tadi terlihat bahagia.

"Tuhan, semoga anakku laki-laki" batin Lestari.

Pemeriksaan USG pun telah dilakukan, Dokter memperlihatkan hasil USG pada pasangan suami istri Vano dan Lestari.

"Jenis kelamin bayi kalian perempuan" jelas sang Dokter dengan senyum.

Senyum yang tadinya terukir di wajah Vano seketika menghilang berganti dengan amarah. Lestari melirik suaminya, ia tahu apa yang akan terjadi nantinya.

"Dokter pasti salah" kata Vano.

"Coba lihat, bayi kalian sangat aktif" ujar Dokter dengan senyum.

----

Di rumah

Brakkk... Vano membuang semua benda yang ada di dalam rumah.

"Apa bedanya anak perempuan dan laki-laki!" seru Lestari dengan air mata yang bercucuran.

"Jelas berbeda!!" bentak Vano.

Tangis Rafik pecah saat mendengar keributan. "Jangan sentuh anakku!!" hardik Vano saat Lestari hendak menggendong Rafik.

"Mulai sekarang kamu urus dirimu sendiri! Dan Rafik, biar aku yang menjaganya" kata Vano.

"Hiks... hiks... hiks... Sayang, kamu kenapa. Kenapa kamu seperti ini" tangis Lestari semakin menjadi jadi.

Vano membawa Rafik ke kamar dan menidurkannya. Lestari mengikuti langkah suaminya. Dengan hati-hati, Lestari membaringkan tubuhnya tepat disamping suaminya.

Sejak Vano mengetahui jenis kelamin anaknya, ia mulai mabuk-mabukan. Cinta yang dulunya ada kembali menjadi benci.

Flashback Of

"Kak Rafik. Hiks... hiks... hiks..." Nadira memeluk kakak angkatnya. "Aku kangen kakak" tangis Nadira semakin pecah.

"Kakak sudah di sini" kata Rafik sambil menyeka air mata adiknya.

"Sejak kakak pergi, Ayah sering memukuliku" ujar Nadira dengan isak.

Tanpa Rafik sadari, air matanya menetes mendengar penuturan adiknya. "Maafkan kakak" kata Rafik sambil memeluk adiknya.

"Kakak tidak akan meninggalkanmu lagi, kakak janji! Kakak akan menjagamu dan juga Ibu" jelas Rafik.

"Sayang" panggil Lestari.

"Ibu" Nadira memeluk ibunya begitupun dengan Rafik.

Tangisan yang tadinya sempat terdengar kembali terganti dengan tawa. Tawa Nadira dan Rafik terdengar menggelegar, membuat Lestari bahagia.

"Tuhan, terima kasih untuk kebahagiaan yang engkau kembali hadirkan untuk putra dan putriku" batin Lestari.

"Di mana suami kamu?" tanya Rafik.

"Lagi kerja kak, sebentar juga pulang" balas Nadira.

"Apa dia menyayangimu?" tanya Rafik menatap lekat adiknya.

"Sangat dan sangat menyayangiku" balas Nadira dengan senyum mengembang.

"Kakak ikut bahagia mendengarnya" ujar Rafik dengan senyum.

---

Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Nadira bangun dari tidurnya menuju dapur untuk memasak. Sedangkan Rafik dan ibunya sedang berbincang-bincang di teras rumah.

Terlihat mobil silver berhenti tepat dibagasi. Rafik memperhatikan Pria yang sedang mengendarai mobil silver itu.

Sementara di dalam mobil, Rian melirik ke teras rumah. "Siapa pri yang sedang bercerita dengan Ibu" gumam Rian. Dengan santai Rian turun dari mobil berjalan menghampiri Ibu mertuanya.

"Rian" gumam Rafik saat melihat Rian di hadapannya.

.

.

.

.

Bersambung.....