Helena Berasal keluarga Kaya Raya, kehidupan Mewahnya dan semua yang dia miliki seakan membuatnya tercekik, kehadiran ibu sambung dan juga anaknya membuatnya Terselengser dari Apa yang dia Nikmati bahkan kini dia sangat menderita, untuk Membalaskan Rasa sakit hati, dia menikah dengan lelaki Kaya yang saat itu di desak keluarganya menikah dan diancam dibatalkan jadi pewaris keluarga.
Mereka Bersepakat untuk melakukan pernikahan kontrak agar mereka mendapatkan tujuan mereka masing-masing
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Mata Helena mengerjap beberapa kali untuk memastikan jika dirinya tidak bermimpi.
"Kau yakin pada keputusanmu,??, bukankah tadi kau mengatakan tidak mau melakukannya karena kau memiliki kekasih?? ". Tanyanya dengan heran.
Pemuda ini sudah tidak waras atau bagaimana, dia sendiri tadi kekeh menolak tawarannya malah kini dia yang langsung menerima tanpa diminta.
"Tidak usah banyak tanya!!,Aku sudah setuju, kau membutuhkan ku dan aku membutuhkan bantuanmu, itu adil kan?? ". Rendra menjawab dengan kesal karena Helena banyak bertanya.
"Maaf jika aku tidak sopan Rendra, kapan kita akan bertemu untuk membahasnya??, maafkan aku". Helena menarik nafasnya karena mendengar nada ketus dan kesal dari Rendra barusan.
Sedangkan Rendra yang kini berada di pantai pun merasa bersalah mendengar suara lirih dari Helena mendengar ucapan ketusnya, dia harusnya tidak kasar pada orang lain karena Helena tidak tahu apapun yang menjadi masalahnya.
"Aku yang harusnya minta maaf Helena, aku sedang banyak beban pikiran jadi gampang terpancing emosi". Sesal Rendra meminum minumannya.
Ya Dia mengkonsumsi minuman itu saat dia pergi ke tempat ini, dia ingin mencari udara dan menenangkan pikirannya sejenak.
"Tidak apa-apa, hanya lain kali, jika kamu punya masalah jangan langsung menyemprot orang seperti itu, karena ada yang bisa menerima dan ada juga yang tidak". Nasehatnya lagi.
"Baiklah terima kasih nasehatnya, kita akan ketemu besok pagi, sambil sarapan bersama, kamu bisa?? ". Tanya Rendra dengan nada mulai melembut.
"Aku bisa, hanya saja, kita sarapannya di Cafe dekat kampusku saja yah, aku akan kuliah pagi soalnya". Ucap Helena dengan pelan.
"Tidak masalah, kabari saja aku dimana dan jam berapa, aku akan kesana dengan cepat karena aku juga kan ke kantor". Rendra menyetujui perkataan Helena itu.
"Baiklah, kita bertemu di Cafe Adnan, didepan kampus UI jam 7.30, kamu tahu kan ?? ".
Rendra mengangguk walau tak terlihat oleh Helena. " Baiklah, kalau begitu aku tutup telponnya". Rendra mematikan telpon itu sepihak tanpa mendengar jawaban dari Helena.
Helena hanya bisa mendengus kasar karena Rendra bertingkah seenaknya seperti itu. Dia hanya bisa mendumel tidak jelas karena kesal.
"Sabar Helena, dia sudah mau menolong mu lepas dari neraka ini, kau harus bersikap baik padanya". Monolognya dalam hati.
Dia bahkan tak keluar dari kamarnya seharian, dia sudah membeli makanan untuk dirinya tadi karena dia memang malas untuk keluar dan bertemu dengan ayah dan keluarga tirinya.
"Sialan anak itu, apa sih yang dia lakukan didalam kamarnya sampai dia tak keluar sejak tadi?? ". Kini Soraya mendumel dengan kesal melihat kamar Helena sejak tadi terkunci.
"Entahlah sayang, aku tidak bisa mendobrak pintunya, lenganku sampai sakit dan mau patah karenanya". Wahyu memegang tangannya yang terasa nyut-nyutan karena berusaha mendobrak pintu kamar Helena.
"Kamu saja yang lemah mas, masa pintu seperti itu saja tidak bisa kamu dobrak, kamu kan laki-laki, masa gitu aja tidak bisa!! ". Ketus Soraya pada suaminya itu.
"Ya sudah tidak usah dipikirkan, biarkan saja dia nanti kalau dia lapar, dia pasti keluar dari kamarnya, barulah kita beri dia pelajaran".
Soraya dan Sintia hanya bisa mendengus kasar mendengar perkataan lelaki dihadapan mereka ini, mereka akan membaut rencana supaya Wahyu bisa menyerahkan seluruh asetnya pada mereka.
Keesokan harinya, Helena keluar dari kamarnya dengan perlahan, dia kini berangkat lebih pagi karena dia tidak mau karyanya direbut oleh sang kakak tirinya itu. Usia mereka memang terpaut 2 tahun tapi karena kecerdasannya dia bisa setarah kakaknya dikampus.
"Seperti nya aman, aku yakin mereka belum bangun, dasar pemalas". Umpatnya dengan berjalan tergesa-gesa dan cepat keluar rumah toh dia akan sarapan dengan Rendra nantinya.
"Ya ampun non, kenapa keluar dengan mengendap-endap seperti itu?? ". Bisik sang bibi dengan pelan.
Syut.. " Bibi jangan bicara kencang-kencang, nanti mereka tahu aku pergi dan menemukan ku disini". Helena menutup mulut sang Bibi yang merawatnya sejak kecil itu.
"Iya non, kalau begitu nona cepat keluar, bawah mobil saja nona, ini semua milik nona dari Almarhum ibu". Sang bibi langsung menatap sang nona muda dengan sendu dan mata berkaca-kaca.
"Iya bibi, aku akan membawa mobil sekarang, aku pamit yah, jangan bilang-bilang, oke?? ".
Sang bibi hanya bisa memberikan dua jempolnya untuk menjawab sang nona muda dengan penuh senyuman.
Helena langsung melangkah keluar dan menuju bagasi untuk mengambil mobil, dia memang memliki SIM karena dia sudah 18 tahun.
Sedangkan di perjalanan, Rendra sudah mengabari Helena jika dia sudah berada dijalan dan akan datang tepat waktu kalau tidak terlalu macet.
Sesampainya disana, mereka berdua langsung menoleh karena memarkirkan mobil bersebelahan.
"Ayo masuk!!, kita bicarakan semua ini didalam". Ajak Rendra dengan dingin.
"Dasar manusia es". Gerutu Helena dalam hati.
Keduanya tampak serasi saat berjalan, Cafe 24 jam itu sudah ramai dipadati oleh para mahasiswa yang hendak sarapan dan masuk ke kampus.
"Baiklah, kita bahas bagaimana dengan perjanjiannya, kita tidak mungkin menikah kontrak tanpa perjanjian". Ucap Rendra dengan pelan.
"Aku membutuhkan pernikahan itu untuk mendapatkan warisan ku, jadi aku butuh sampai aku bisa mendapatkan nya, bagaimana denganmu?? ".
"Tidak masalah, hanya saja sebisa mungkin kita tidak mencampuri urusan kita masing-masing, kita saling membutuhkan dan menguntungkan jadi tidak boleh saling ikut campur".
Rendra membuka tas kerjanya dan mengambil polpen dan juga kertas untuk menulis point kontrak mereka nanti.
"Bagaimana dengan tempat tinggal dan keluarga?? ". Helena menatap lelaki dihadapan nya ini dengan tatapan menyipit.
"Ayah dan ibuku menyuruhku mencari perempuan baik untuk ku persunting, mereka tidak suka dengan wanita pilihanku, tapi aku yakin mereka pasti menyukaimu, karena seperti nya kau selera ibuku". Rendra menelisik penampilan Helena yang berdandan biasa saja, tak mencolok apalagi berlebihan, tampak kesan manis, lugu dan anggun bersamaan.
"Keluargaku sebaliknya, aku punya ayah yang memiliki istri dan anak tiri, kamu sudah pasti menebaknya, jadi intinya aku menjadi pewaris sah ibuku, aku tak mau warisan itu dinikmati oleh orang-orang yang membuat ibuku bunuh diri". Tangan Helena mengepal begitu mengingat kejadian tragis yang menimpa ibunya.
"Baiklah, kita perlu tambahkan point lagi". Rendra melihat kertas yang dia tulis, kini baru ada dua peraturan.
"Aku ingin tetap kuliah, dan bekerja nantinya, aku tak mau tinggal dengan keluarga mu atau keluargaku karena itu akan membuat kita dalam masalah". Helena menatap tajam pada Rendra dihadapan nya ini.
Percakapan mereka terhenti karena ada perempuan yang tiba-tiba menyerang Helena, tapi Helena memliki Refleks yang bagus ak di dia menepis tangan perempuan yang tidak dia kenal.
"Apa-apa an ini, kau siapa??
konfliknya tidak terlalu bertele"....
penyampaian kata" sangat baik dan cukup oke sejauh ini ceritanya gak buat bosan 👍
Semoga sukses kakk othor❤️
drama kehidupan sehari-hari