NovelToon NovelToon
Menjerat Hati Perjaka Tua

Menjerat Hati Perjaka Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rossy Dildara

Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.

Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.

Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.

Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.

Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Ini enak

Sedikit lagi pintu lift yang sudah ada Citra di dalamnya tertutup kalau tidak cepat-cepat Steven halangi dengan tangannya.

Steven langsung masuk dan menarik lengan Citra, lalu memeluknya begitu erat supaya gadis itu tak lagi bisa melepaskannya.

"Maafkan aku, jangan marah. Aku ... aku mau mengelap tubuhmu, Cit. Jangan pergi, kamu nggak boleh ke mana-mana. Kamu harus selalu bersamaku."

Untuk ketiga kalinya Citra meronta-ronta, tetapi kali ini dia tak bisa berkutik sebab tubuhnya sudah Steven kunci. Tak lama terdengar isak tangisnya, Citra menangis tersedu-sedu dan segera Steven elus punggungnya.

"Tolong maafkan aku, Cit. Maafkan aku. Jangan menangis."

Setelah merasakan pelukan Steven yang sudah agak meregang, dan dengan segera Citra melepaskan lengan kekar pria itu yang melingkar pada tubuhnya.

Cepat-cepat Citra berlari masuk ke dalam apartemen lagi lalu menuju kamar. Pintu kamar itu langsung dia banting saat dirinya masuk ke dalam.

Steven yang baru saja masuk ke dalam sampai terperanjat mendengarnya.

"Lho, kok dikunci, Cit?" Handle pintu kamar Citra dia naik turunkan, tetapi tak berhasil dibuka. Sekarang Steven mengepalkan salah satu tangan lalu menggoyangkannya ke arah pintu tersebut.

Tok ... tok ... tok.

"Citra! Buka pintunya!"

Steven kembali mengetuk pintu lagi sambil berteriak, "Citra! Aku minta maaf! Ayok buka! Katanya mau dibantu mengelap tubuh. Aku mau kok."

Steven terdiam, tak ada jawaban dan terdengar begitu hening. Sepertinya gadis itu benar-benar marah padanya, sampai tak mau menyahut dari dalam.

Sampai malam tiba. Berulang kali Steven mengetuk pintu itu, lalu menarik turunkan handle pintu dan berteriak memanggil Citra. Tetapi belum ada sahutan sama sekali.

Tangan Steven sampai pegal begitu pun dengan kakinya yang seperti kesemutan. Dia pun memutuskan untuk duduk di sofa, lalu menyandarkan punggungnya.

"Eh iya, Cit. Kamu sudah hafal bacaan salat belum? Ayok kita salat berjamaah! Ini sudah masuk magrib lho!" teriak Steven sambil menatap pintu. Tak ada tanda-tanda pintu itu dibuka. Pria itu perlahan menghela napasnya dengan berat, lalu bangkit dari duduknya kemudian menuju kamarnya sendiri untuk melaksanakan salat magrib.

Sampai sudah salat isya dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam, pintu itu masih saja tertutup dan hanya ada keheningan yang terdengar. Kalau saja Steven punya kunci serep, mungkin dia sudah membukanya. Tetapi dia sendiri tak punya.

'Apa Citra benar-benar marah? Ah bagaimana ini? Dia nggak keluar-keluar kamar.' Steven mengusap wajahnya berkali-kali, lalu dia berdiri dan mengigit kuku ibu jari sambil berjalan mondar-mandir. Dia tampak begitu gelisah dan cemas, takut jika Citra kenapa-kenapa di dalam. 'Sedang apa dia kira-kira di dalam sana? Apa nangis?'

Steven kembali menghampiri pintu itu, mengetuk, menurunkan handle pintu dan berteriak. Tetap saja tak ada jawaban.

Steven mundur beberapa langkah ke belakang, lalu mulai berancang-ancang dan segera berlari ingin mendobrak pintu itu.

Namun, saat Steven mencoba mendorong pintu itu—justru pintunya malah terbuka dan Citra lah yang membukanya.

"Aahhh!" teriak Citra kaget.

Tak sengaja tubuh gadis itu terdorong oleh Steven dan membuatnya jatuh, begitu pun dengan tubuhnya. Mereka saling menimpa dan untungnya dengan cepat tangan pria itu langsung berada di kepala belakangnya. Sebab dengan begitu kepala Citra tak terbentur lantai.

Akan tetapi momen saling menimpa itu berujung pada bibir yang saling menabrak. Pria itu sontak membulat matanya. Steven hendak menarik wajahnya supaya tak saling menempel, sayangnya dengan cepat kedua tangan Citra sudah berada di atas kepalanya dan seakan menahannya.

Tercium aroma semerbak bunga mawar dari wajah gadis itu, sangat wangi hingga menelisik indera penciuman Steven.

'Apa Citra sudah mandi?' batin Steven.

Rasanya Steven ingin cepat-cepat menjauhkan bibirnya, tetapi ada rasa takut kalau nantinya itu akan membuat Citra marah.

Bibir Citra yang mengatup itu perlahan terbuka, lalu dia melummat bibir Steven dengan lembut. Seketika tubuh Steven menegang, aliran keringat pada dahinya mengalir.

'Kok Citra bisa ciuman? Tahu dari mana dia?'

Dia menelan saliva saat merasakan apa yang telah Citra lakukan. Ciuman itu terasa beda, tidak seperti dimimpinya. Sangat kaku dan seperti asal-asalan.

Hembusan napas Citra yang begitu wangi menerpa wajahnya, birahi di dalam dada langsung bergejolak dan sesuatu dibalik celana meronta.

Entah setan dari yang menyelimuti isi otaknya, Steven dengan segera membalas lummat itu. Menghisap dan memagut bibir Citra yang terasa manis.

Tentang ciuman tidak perlu ditanyakan, meskipun memang dia terlalu lama menjomblo, nyatanya Steven masih ingat gerakan itu.

Dengan begitu lincah kini lidahnya sudah masuk ke dalam rongga mulut, gadis itu di bawah sana diam dan begitu pasrah. Matanya terpejam.

'Manis sekali bibir Citra, habis makan apa dia? Apa gula?' batin Steven.

Gairah yang menggebu-gebu itu membuat Steven mengangkat kepala Citra begitu pun dengan tubuhnya yang tertarik. Pagutan itu belum sama sekali terlepas lalu dia pun perlahan mengangkat tubuh gadis itu, kemudian merebahkannya di atas kasur.

Lummatan pada bibir kini sudah turun ke bawah, Steven menjulurkan lidahnya lalu menyapu dan melummat lembut leher Citra.

"Sss ...." Citra mendesis kala rasa geli bercampur enak itu menjalar ke seluruh tubuh, refleks kedua tangannya meremmas bantal.

"Om ... Aahhhh ...." Dessahan itu langsung lolos saat Steven telah berhasil memberikan satu jejak kepemilikan berwarna merah keunguan di permukaan kulit leher Citra.

Kepala Steven naik lagi ke atas, lalu pagutan bibir itu kembali berlangsung. Terdengar suara debaran jantung Citra yang berdetak sangat kencang hingga dia dapat mendengarnya.

Perlahan tangannya meraba dua buah dada Citra, lalu merambat pada kancing. Pelan-pelan Steven melepaskan satu persatu kancing baju tidur dan kini terlihat dua gundukan itu, agak menyembul meskipun tertutup bra.

Steven menelan salivanya dengan kelat saat memandanginya, tanpa pikir panjang dia pun langsung meremmasnya dengan pelan-pelan.

'Ternyata ukurannya sama,' batin Steven.

"Sss ...." Kembali suara desis dibibir Citra lolos, dan itu membuat gairah Steven kian naik. Dia sendiri bingung dengan apa yang tengah Steven lakukan, tetapi dia hanya diam dan sangat pasrah. Menikmati sentuhan itu.

Semakin lama diremas, lama-lama pengait bra itu terlepas sendiri hingga dua kedua benda kenyal itu langsung menjulang ke hadapannya. Sudah tak ada lagi penghalang untuk Steven bisa melihat jelas secara langsung.

Mata Steven seketika berbinar, dia pun kembali meremmas buah dada itu. Terasa begitu lembut dan menggairahkan. Segera dia mendekat untuk melahap salah satu puncaknya.

Citra membulatkan matanya dengan lebar, kedua tangannya kini sudah berada di atas rambut kepala Steven, lalu merematnya.

"Geli, Om." Citra meringis geli sambil menelan saliva, aliran darahnya mengalir begitu cepat dan tubuhnya seketika meremang tak karuan. "Kenapa Om seperti bayi? Nggak ada airnya Om."

'Ini enak,' batin Steven.

Hisapan mulut dan lidah Steven begitu lincah, itu membuatnya tak bisa menahan dessahan yang lolos dibibir Citra. Buah dada satunya sudah dipilin lembut oleh Steven, kini tubuh Citra sudah benar-benar menegang.

...Eh, balbas nggak kira-kira 🤣...

1
Dedeh Herawati
mampir ach
Ariyani Ariyani
aku sllu like cuman jarang koment dd othor🙏💪💪💪
visi Sembiring
thor apa anak nissa dan tian bknnya diculik ya sama aulia ms mrk ga sadar juga?
IG: @rossy_dildara: Rahasia kak, nanti terungkap pas mereka dibuat judul baru🤭
total 1 replies
Nayosha
waah udh normal si Stev ternyata
Nayosha
hahaha pisang anaknya ternyataaaa...ngakak dech
Nayosha
mau liat CCTV ya
Nayosha
ih PD banget ya Fira
Nayosha
bener jgn di kasih izin Bu...tuman tuh si Fira...emang ga tau diri
Nayosha
beresin dulu SM Aulia nya Om...supaya aman
Ariyani Ariyani
ko tidak ada ya? mohon infonya 🙏🙏🙏
IG: @rossy_dildara: udah aku pindahin ke aplikasi GN' Kak
total 1 replies
Nayosha
enak aja Lo Fir mau rujuk sm Tian...halu dia
Nayosha
dasar Steven buka puasa nya langsung goyangin Citra kayanya
Nayosha
Fira ya
Nayosha
bagus dech ada kemajuan....tp abis di pukuli Tian jadi ngga Inget...ada yah am esia gitu...ada yg muncul Inget ada yg lupa LG sebagian
Nayosha
amnesia nya udh maju dikit kedepan kayanya ...udh Inget Citra waktu di culik si kumis Lelel soalnya
Nayosha
hahahaha. bagus jg KL di dunia nyata ada Burung seperti Kevin....buat ngasih pelajaran pelakor/Facepalm/
Nayosha
duel
Nayosha
Bikin Stev kelabakan aja LG Cit...ngumpet dl sm si kembar di rumah Om Tian...bisa di liat reaksi Steven gimana
Nayosha
Citra tau tuh Stev chatingan sm si Imel
Nayosha
tuh kan mana tahan Stev ga akan bisa lah....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!