Pesta pernikahan telah usai, disebuah kamar hotel Presidential suite room yang telah disulap menjadi kamar pengantin yang indah dan megah ternyata tak membuat kedua pengantin baru itu bahagia.
" Ku harap kau tak pernah menampakkan wajah buruk rupamu itu dihadapan ku" ucap laki laki yang telah berstatus menjadi suaminya.
" Pernikahan ini hanya paksaan dari ibuku saja. Karena aku telah memiliki kekasih yang sangat aku cintai, dan aku akan menikahinya. Ku harap kau paham akan posisimu.
Mari kita jalani kehidupan kita seperti orang asing tanpa ikut campur urusan pribadi masing-masing" ucapnya lagi sambil memunggungi istrinya.
Danira meremas gaun pengantinnya sambil menangis dalam diam mendengar setiap kata yang dilontarkan dari mulut suaminya.
" Baik lah, jika itu keinginan anda. Semoga Allah mengampuni setiap ucapan yang anda berikan kepada saya" jawab Danira dengan lantang kepada suaminya.
Bagaimana akhir dari perjalanan rumah tangga mereka?
Akankah berakhir bahagia atau sebaliknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Kane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Menolak Hadiah
Hentakan langkah kaki tergesa-gesa memecah kesunyian di kediaman keluarga Pradiksa. Setelah pertemuan kerjasama dengan Mr. Tong Xii Lie selesai. Gavino buru-buru pergi, meninggalkan antrian panjang, di agenda kerjanya hari ini.
Sonya cemberut dan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Karena ulah Gavino, Sonya harus menjadwalkan ulang pertemuan-pertemuan itu. Sean telah kembali ke perusahaan, setelah memastikan Nyonya Calina sampai dirumah dengan selamat. Sean harus menggantikan Gavino, dibeberapa pertemuan yang tidak bisa diundur.
" Mami...?"
" Mami..?".
Gavino berteriak, berlari masuk kedalam rumahnya, mengedarkan pandangan mencari Ny. Calina.
" Dimana Mami?". tanya Gavino dengan pelayan yang sedang berdiri di ruang keluarga.
" Ada di taman Belakang tuan".
Gavino berlari kecil, menuju taman belakang. Gavino menggeser pintu kaca sebagai pembatas antar ruangan, Gavino menangkap sosok wanita yang duduk di kursi roda, membelakanginya. Ny. Calina sedang duduk ditemani oleh Bik Sri.
" Nyonya, ini obatnya diminum dulu ". Bik Sri memberikan 5 butir obat, didalam piring kecil.
Ny. Calina menerima, lalu menelan obat-obat itu didorong dengan air putih.
" Terima kasih bik ".
Ny. Calina belum menyadari kehadiran Gavino, Bik Sri yang melihat kehadiran Gavino, menyingkir perlahan.
" Mi..?". Panggilnya pelan. Nya Calina menolehkan kepalanya kearah suara. Dia melihat Gavino berdiri tepat dibelakangnya, Ny. Calina tersenyum.
Gavino berjalan dan berjongkok dihadapan ibunya. Hati nya panas melihat keadaan ibunya saat ini. Di area mata kanan Ny. Calina terlihat masih sedikit bengkak membiru, lalu area bibir dan pipi kiri masih ada bekas lebam samar. Mata Gavino turun ke tangan, hatinya remuk melihat tangan Ny. Calina memakai ARM Sling/Penyanggah tangan patah, yang menggantung di lehernya dan kaki yang di perban karena luka infeksi.
Ny.Calina tau bila Gavino sedang memendam amarah sekaligus merasa bersalah, Dia memeluk Putranya.
"Mami tidak apa-apa".
"Lihatlah...mami masih ada di depanmu bukan ? Mami baik-baik saja". Ny. Calina berucap lembut sambil mengelus rambut hitam Gavino. Gavino hanya diam dia benar-benar marah dengan orang yang telah melakukan ini kepada ibunya.
" Kau harus berterima kasih pada Danira, berkat dia mami masih bisa bertemu denganmu jika tidak, mungkin mami sudah menjadi santapan cacing-cacing tanah." Gavino mendongak melihat mata ibunya.
" Bagaimana mami bisa bertemu dengannya, bukankah mami...". Gavino berhenti, tak sanggup meneruskan kata-katanya. Ny. Calina menatap kearah taman lalu mulai menceritakan semua peristiwa yang dia alami sampai dengan bertemu Danira. Gavino hanya mendengarkan dan Diam. Matanya terus saja menatap wajah sang ibu, dia senang ibunya telah kembali tapi rasa bersalah juga tak kalah besar dalam hatinya. Merasa Dia tak becus melindungi ibunya sendiri.
Plakkk...**
" Aduh... kenapa mami memukulku ". mengelus punggung yang dipukul ibunya.
" Kau masih tanya kenapa,..? Kau yang sok-sok an, berlagak ingin menjemput mami, tapi nyatanya tetap si wajah es balok yang datang." Omel Ny. Calina memperlihatkan wajah kesalnya.
"Wajah Es Balok?". mengerutkan dahinya bingung.
"Hhaaiisss kau ini !! Sean asisten kesayanganmu itu, apa kau tidak pernah memperhatikan wajahnya hampir 11,12 dengan mu".
Untuk apa aku memperhatikan wajah Sean, lagi pula lebih tampan aku. Batin Gavino, sombong.
" Maaf kan aku mi, aku bukan tidak mau menjemput mami, tapi keadaan mendesak lain. Aku har....".
" Sudah lah, kau memang tidak pernah peduli pada mami, bahkan kau senang kan jika mami tidak selamat...heekkm". Ujar Ny. Calina sambil melipat tangannya di dada, membuang muka.
" Mami...!! Jagan bicara seperti itu. Aku bahkan hampir membunuh semua orang saat tahu mami hilang, apa lagi melihat bukti rekaman penjahat itu melukai mami. aku bahkan langsung mencari mereka, tapi sialnya belum sempat aku membunuh mereka, mereka telah mati diracuni." Jelas Gavino panjang lebar, Dia tak terima bila dianggap tak peduli.
" Apa...!! Mereka sudah mati? diracuni??". Nyonya Calina membulatkan matanya terkejut. Gavino mengangguk.
" Pasti orang yang menyuruh merekalah, yang sudah meracuni." Mata Ny. Calina menyelang kebencian.
" Apa mami mencurigai seseorang?".
" Iya..."
"Siapa ?".
" Wanita jadi-jadian itu, hanya dia yang paling membenci mami". Ujarnya percaya penuh keyakinan.
" Mami stop...!!Jangan menuduh Stevani, dia tidak mungkin melakukan hal yang mengerikan seperti itu, apa lagi sampai menyakiti mami. Dia wanita baik-baik, apa lagi dia sangat menghormati dan menyayangi mami. Bahkan saat mami hilang, dia yang menangis khawatir pada mami". Gavino berdiri, sedikit menjauh dari maminya, Gavino membelakangi ibunya, tak terima jika Stevani di kambing hitamkan.
" Ya terserah kau saja, mami hanya mengatakan sesuai dengan firasat mami saja". ujarnya santai, tak peduli.
"Haahh... Sudah lah mi...!!aku tak ingin berdebat dengan mami sekarang. Lebih baik mami istirahat, aku akan mengantarkan mami ke kamar". Gavino berucap dengan intonasi rendah, sambil mendorong kursi roda maminya menuju kamar. Ny. Calina hanya diam saja, tak menjawab apapun lagi.
Setelah memastikan Ibunya istirahat dengan nyaman, Gavino keluar dengan wajah lesu.
Dia mencari kontak seseorang, lalu menghubunginya.
" Sean..?".
...****************...
Pagi-pagi Sekali, dirumah sederhana milik Danira, sudah dikerubungi banyak orang. Pasalnya para tetangga sekitar, penasaran dengan Mobil Box berukuran besar yang sudah terparkir didepan rumah Danira. Beberapa pria berjas hitam, mengenakan kacamata berbaris rapi.
" Selamat pagi, apa benar ini rumah Nona Danira ?". ujar salah satu pria itu bertanya pada bik Marni.
Bik Marni mengamati pria itu dari atas sampai bawah. " Iya, benar. Maaf Anda siapa ?"
" Apa saya bisa bertemu dengan Nona Danira? ".
" Tunggu Sebentar ". Bik Marni meletakkan sapu dipojokan tembok, berlari masuk kedalam memanggil Danira.
"Non...Nona?". Bik Sri menghampiri Danira yang sedang membuat kue di dapur.
" Iya bik, ada apa?".
" Didepan ada pria seram mencari nona". ujar Bik Marni dengan wajah serius. Danira menoleh, melihat bik Marni.
" Pria seram siapa Bik ?".
" Tidak tau Nona, Mereka membawa mobil box besar sekali dan dikawal banyak laki-laki berbaju hitam juga." jelas bik Marni, Danira merasa sedikit was-was.
Apa orang-orang jahat itu sudah mengetahui keberadaan ku. Batin Danira.
" Didepan juga semua tetangga pada ngumpul non..sepertinya penasaran sama isi mobil besar itu".
" Jangan-jangan isinya Dinosaurus lagi non". ujar bik Marni asal.
" Mana ada Dinosaurus zaman sekarang bik, Bibik ada-ada aja". Danira menggeleng-gelengkan kepala tersenyum.
" Ya sudah, kita lihat saja bik". Danira membuka sarung tangan plastik nya, lalu beranjak keluar.
Benar saja, saat diluar Danira bisa melihat para tetangganya berkerumunan, dan mobil kontainer besar sudah terparkir di halaman rumahnya, beserta para pria-pria seram menurut bik marni. salah satu pria maju sedikit menunduk kepada Danira.
" Apakah anda yang bernama Nona Danira?".
" Iya, itu saya. Maaf Anda siapa, dan ada keperluan apa ya ?". tanya Danira sopan.
" Saya utusan dari tuan Gavino, saya hanya diperintahkan untuk memberikan ini kepada anda". pria itu menyodorkan sebuah koper sedang, dan kertas diatasnya.
" Apa ini ?".
" Anda bisa melihatnya sendiri nona".
Danira menautkan alisnya, kemudian membuka Koper itu, Matanya terbelalak melihat tumpukan uang sebanyak 2 Miliar, tersusun rapi didalam sana. Dan ada juga sebuah kunci mobil. Danira melihat wajah bik Marni, yang sangat syok melihat tumpukan uang didepan matanya. Lalu Danira mengangkat kepalanya melihat pria yang masih berdiri dihadapannya.
" Maaf pak, Uang dan juga kunci mobil ini untuk apa ?". Danira masih bingung, mengapa tiba-tiba Dia mendapatkan rejeki sebanyak ini.
" Anda bisa membaca surat itu nona". tunjuk pria itu. Danira melihat kertas yang ada diatas koper, Perlahan membukanya.
...Selamat pagi...
...Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih saya, atas bantuan kamu yang telah menyelamatkan nyawa ibu saya....
...Anggap saja Uang 2 Milyar ini sebagai ganti rugi biaya pengobatan ibu saya. Dan juga Mobil itu saya berikan untuk kamu sebagai balas Budi saya atas bantuan yang telah kamu berikan....
...Maaf saya tidak sempat datang secara langsung, karena saya terlalu sibuk....
...Gavino G. Pradiksa...
Danira bisa merasakan, keangkuhan dan kesombongan dari tiap-tiap kata yang tertulis di kertas itu. Danira tersenyum, lalu melipat kertas itu kembali.
Kontainer besar itupun terbuka, terlihatlah sebuah mobil Toyota Alphard Type 3.5 Q A/T Terbaru, dengan warna Putih mutiara, bertengger cantik didalam sana.
" Boleh saya pinjam kuncinya nona, saya ingin mengeluarkan mobil anda itu". pinta Pria berjas hitam pada Danira.
Sayup-sayup bisikan para tetangga, terdengar ditelinga Danira.
^^^" Buset...mobilnya bagus amat yak".^^^
^^^"Itu si Eneng ketutup, kok bisa beli mobil bagus banget. Padahal Kan dia cuma jualan kue doang di pasar"^^^
^^^" Iya, kok bisa ya, apa jangan-jangan dia simpenan kali"^^^
^^^"Iya betul tu buk, kan dia punya anak tapi kagak ada bapaknya".^^^
Banyak lagi bisik-bisik yang dilontarkan para tetangga, Danira hanya diam lalu tersenyum menyikapi semua fitnahan-fitnahan yang selalu dia terima, dia tak ingin ambil hati apa lagi pusing memikirkan omong kosong seperti itu.
" Maaf pak, sepertinya saya tidak bisa menerima hadiah-hadiah ini". Danira memberikan kembali koper uang, kepada pria itu.
" Tolong bawa lagi mobil dan uang ini, saya tidak membutuhkannya". ujar Danira lembut dan sopan.
" Tunggu sebentar ya pak ". Danira masuk kedalam, lalu memberikan sebuah kertas kepada pria berjas hitam itu.
" Mohon sampaikan ini kepada atasan Bapak".
" Tapi nona ".
" Tidak apa-apa pak, terima kasih sudah menjalankan perintah atasan anda dengan baik". ujar Danira lagi.
" Baiklah nona, kalau begitu kami permisi dulu". pamit pria itu, berlalu pergi membawa mobil kontainer bersamanya.
Di Gedung Garayudha Company, pria berjas hitam sedang menghadap Gavino, memberikan kembali koper dan surat titipan Danira.
Gavino membukanya.
...Yth. Tuan Gavino...
...Sebelumnya saya mengucapkan ribuan terima kasih, atas hadiah yang ada berikan untuk saya. Tapi mohon maaf, saya benar-benar tidak bisa menerima semua itu....
...Saya menolong Ibu anda ikhlas lillahi Ta'ala, dan tidak mengharapkan balasan apapun....
...Semoga Allah membalas segala niat baik anda kepada saya....
...Salam Saya...
...Danira...
Rahang Gavino mengeras, Tangannya meremas keras dari Danira, Dia merasa terhina. Baru kali ini ada orang yang berani menolak pemberian darinya.
" Sialan... !! Sombong sekali dia. Berani-beraninya ia menolak pemberian dari ku". Sungutnya kesal.
......................
...Bersambung......
Sabar Om Gavino, nanti jodoh baru tau rasa 😁
Jangan lupa tinggalkan tanda cintanya untuk Author dalam bentuk Like, Komen dan Vote nya yah😘😘
Supaya Author makin semangat buat ceritanya 💪💪😍
Saranghae ❤️
Suka dgn penjelasan2 agamanya,
Tetaplah berkarya. thx thor..
Ayo donk up date thor sayaanggg,
ditunggu...
Hehehe,, peace thor /Pray/
Abisnya karya orhor actionnya seru plus kocaknya banget..
Pokoknya lap yu thor, sehat selalu & semangat terus berkarya ya..