Apa jadinya jika kakak beradik saling jatuh cinta. Seluruh dunia bahkan menentang hubungan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan sumpah untuk sehidup semati bersama.
Hingga sebuah kecelakaan mengakhiri salah satu hidup dari mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah mereka memang ditakdirkan untuk hidup bersama?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Selamat Jalan
Laila ditempatkan di ruangan perawatan setelah mendapatkan serangan jantung ringan. Untuk sementara Laila harus di opname di rumah sakit.
Sedangkan Nabila berjuang untuk hidup di meja operasi. Hakim dan Amina duduk menunggu di depan ruangan operasi. Mereka tidak henti-hentinya berdoa untuk kesembuhan Nabila dan juga untuk Nabil yang masih berada di kamar mayat.
Lampu di depan ruang operasi masih menyala, pertanda operasi masih terus berjalan. Hakim dan Amina menanti kabar baik dari Nabila yang masih berada di dalam ruang operasi.
Ruang pintu operasi terbuka. Seorang perawat berlari keluar. Hakim dan Amina berdiri dari tempat duduknya. Mereka panik, takut sesuatu akan terjadi pada Nabila. Beberapa menit kemudian, perawat itu kembali dengan beberapa kantong darah.
"Pa, Nabila," wajah Amina memucat.
"Kita doakan yang terbaik untuk Nabila. Semoga Nabila bisa melewati masa kritisnya," Hakim menenangkan Amina.
"Pa, aku masih belum siap. Nabil sudah pergi meninggalkan kita. Nabila ...."
"Tidak akan pernah. Nabil pasti tidak akan membiarkan Nabila pergi meninggalkan kita. Papa yakin, Nabila akan selamat," Hakim menyembunyikan kesedihannya dan memeluk erat Amina.
Hadi yang berada di dalam ruangan Laila menangis tersedu. Dalam satu hari keluarganya mendapatkan musibah. Nabil cucu kesayangannya telah meninggal dunia. istrinya terkena serangan jantung. Dan Nabila berjuang di meja operasi.
"Ya Allah, untuk Nabil. Ampuni segala dosa-dosanya, lapangkan jalannya untuk menuju jalan Mu. Untuk Nabila, selamatkan lah dia, panjangkan umurnya. Untuk Laila, sembuhkan dia dari penyakitnya," Isak Hadi sembari mengangkat kedua tangannya.
🌑 Di tempat lain.
Hadi memberikan kabar kepada keluarga besarnya berita kecelakaan Nabil dan Nabila. Hadi juga memerintahkan orang-orang kepercayaannya untuk menutup berita kecelakaan itu kepada awak media agar tidak tersebar.
Berita meninggalnya Nabil sampai ke telinga Fadli dan Dina. Setelah mendengar kabar itu, Fadli menuju ke rumah besar Hakim. Fadli bersama keluarga besarnya menyiapkan pemakaman untuk Nabil keesokan harinya.
Sedangkan Dina menuju rumah eyang. Siapakah eyang? Eyang adalah kakek dari Dina. Eyang yang selama ini menyayangi Dina karena Dina tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.
Dina mengetuk rumah eyang. Tidak ada jawaban, Dina masuk ke dalam rumah eyang yang kebetulan tidak dikunci. Eyang ternyata duduk santai di ruang tengah menonton televisi dengan segelas kopi dan gorengan.
"Eyang, anak Amina telah meninggal. Apa ini sudah waktunya?"
"Anak Amina sudah meninggal, tapi hanya satu."
"Maksudnya satu anak Amina masih hidup?"
"Iya, Eyang berusaha agar mereka mati bersama. Tapi, Kakaknya ingin Adiknya tetap hidup. Sekarang dia sedang melindungi Adiknya. Tapi tidak usah khawatir, kamu akan mendapatkan semua keinginanmu. Pulanglah, masuklah ke dalam kamar belakang dan lihat yang ada di bawah kasurmu," Eyang menyeruput kopinya.
Dina bergegas pulang ke rumah lamanya. Setelah ulang tahun Laila, Dina dan Fadli kembali ke rumah lamanya. Dina tidak sabar ada kejutan apa yang akan didapatkannya. Dina mempercepat laju motor metiknya, Dina ngebut di jalan raya.
Dina tiba di rumah berbarengan dengan Amel yang baru saja turun dari motornya.
"Ibu habis dari mana?" Amel melepaskan helmnya.
"Tempat Eyang. Ayo masuk," Dina membuka kunci rumah dan masuk ke dalam rumah dengan helm di kepala. Dina menaruh helmnya di atas meja makan. Dengan sedikit berlari Dina mencari kunci kamar belakang di dalam lemari yang ada di dapur.
Amel mengernyitkan keningnya. Amel melihat Dina berlari menuju kamar belakang.
"Lho, kamar mandi bukannya di belakang ya. Ibu salah kamar!" teriak Amel. Pikir Amel saat ini Dina kebelet mau ke kamar mandi.
Dina membuka pintu kamar kecil yang ada di dapur. Dina masuk dan langsung mengangkat kasur kapuk miliknya. Tampaklah tumpukan uang berwarna merah tersusun rapi di sana. Dina tertawa mengambil beberapa uang berwarna merah memastikan uang itu asli.
"Ibu, ini uang siapa? Banyak banget. Ibu ngepet ya?" Amel duduk bersila memungut uang yang berjatuhan dan ikut memastikan keaslian uang tersebut.
"Ini uang asli. Kita kaya, kita kayaaaaaaa!" Dina menciumi uang-uang itu.
"Ibu dapat uang ini dari mana?" Amel menatap Dina.
"Ini bayaran karena Ibu menumbalkan anak Amina. Ha, ha, ha!" Dina kembali menciumi uangnya.
"Apa maksud Ibu?"
"Nabil dan Nabila mengalami kecelakaan. Nabil telah meninggal, Nabila sekarat di rumah sakit."
"Tunggu sebentar. Tumbal? Nabil jadi tumbal?" Amel semakin tidak mengerti.
"Udah, jangan banyak tanya! Kamu mau tidak!" Dina mengambil uang yang ada di tangan Amel.
"Ya mau lah."
Dina dan Amel tertawa bersama sambil menghitung jumlah uang yang ada di sana.
🌑 Di alam lain.
Nabila samar-samar mendengar suara keributan. Nabila perlahan membuka matanya. Nabila melihat Nabil berkelahi dengan beberapa orang. Salah seorang dari mereka mengangkat tubuh Nabila.
"Kaka, toloooooong!" teriak Nabila.
Nabil yang sedang adu kekuatan dengan lawannya melihat Nabila yang dibawa pergi, langsung menghabisi orang berbadan kekar yang ada didepannya. Orang itu terpental kena tendangan Nabil.
Nabil berlari sekuat tenaga mengejar pria yang membawa Nabila. Nabil melihat sebuah balok di jalan. Nabil sekuat tenaga melemparkan balok itu dan berhasil mengenai kepala bagian belakang pria berbadan besar itu.
Orang itu terjatuh dan mengaduh. Nabil menendang orang itu dan merebut Nabila. Nabil mengangkat tubuh Nabila dan membawanya pergi. Nabila memeluk Nabil. Nabila memandangi wajah Nabil tanpa berkedip.
Nabil menghentikan langkahnya. Nabil menurunkan Nabila di tepi jalan.
"Dek, Kaka hanya bisa bantu sampai di sini. Kembalilah. Ikuti jalan itu," Nabil menunjuk sebuah pintu di tengah-tengah hutan hijau.
"Kaka ikut bersamaku, aku takut," Nabila berpegangan di lengan Nabil.
"Dek, lupakan Kaka. Kamu harus tetap bahagia. Kita putus!"
"Aku tidak mau! Aku tidak mau!" Nabila semakin erat memegang lengan Nabil.
Nabil mengangkat tubuh Nabila dan berjalan menuju pintu itu. Dari kejauhan Nabil kembali melihat dua orang berbadan kekar dan besar berlari ke arah mereka.
"Cepat masuk ke dalam. Mereka akan menangkapmu!" Nabil menurunkan Nabila tepat di depan pintu.
"Tapi Ka ...."
Mulut Nabila dibungkam Nabil dengan mulutnya. Nabil mencium lembut bibir Nabila. Nabil perlahan mendorong tubuh Nabila masuk ke dalam pintu. Nabil terus menciumi Nabila sampai Nabila terlena. Nabil mengusap lembut kepala Nabila.
Maaf Dek, kita sekarang putus. Kamu harus mendapatkan kebahagiaan, jalanmu masih panjang. Setelah ini kamu akan melupakan percintaan kita. Aku tidak akan pernah ada. Selamat jalan Dek, Nabil menyampaikan salam perpisahan dalam hati.
Nabil memberikan ciuman panasnya untuk terakhir kali kepada Nabila. Karena setelah ini, Nabila tidak akan mengingat kisah percintaan mereka. Semua memori akan Nabil telah dihapus Nabil.
Kedua orang besar dan kekar itu semakin dekat. Nabil mendorong tubuh Nabila masuk ke dalam pintu dan dengan cepat menutupnya.
"KAAAAAAAAAAAA!" teriak Nabila.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...