"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas dendam part 1
Di kelas
Di dalam kelas, guru yang mengajar pagi itu membagikan nilai kuis dadakan minggu lalu.
Beberapa murid di dalam kelas itu terlihat tegang. Takut hasil yang ia dapat tidak sesuai keinginan. Tapi ada juga diantara murid yang terlihat sok tegang padahal biasa saja. Ia juga sudah tau akan hasil yang ia dapat. Sepertinya tidak akan memuaskan, tapi tetap saja ia tak mempermasalahkannya.
Ada juga yang duduk santai sambil goyang-goyang kaki. Ia terlihat sangat percaya diri sekali. Berapa pun nilai yang ia dapat pasti dia akan selalu syukuri. Tak masalah guru menceramahi panjang lebar. Dia akan tetap biasa saja seperti tidak ada rasa malu di dirinya. Tidak seperti semestes sebelumnya, nilainya di semestes 2 ini sangat jauh lebih baik. Terbukti, ia mendapatkan nilai seratus sekarang. Ia memandang kertas kuis minggu kemaren ada nilai 100 yang tertera di sana. Hari ini ia tidak kaget mendapatkan nilai setinggi itu karna, di semestes ini ia sudah sering mendapatkan nilai seperti di dalam kertas itu.
Tapi masalahnya teman sekaligus sahabatnya dan juga teman sebangkunya tampak kaget melihat nilainya sendiri di dalam kertas kuisnya itu. Bagaimana tidak, ia sekarang juga mendapatkan nilai 100 akibat mencontek minggu lalu.
"Bro gue dapat nilai 100. Haha emak gue pasti bangga nih," sorak Indra antusias karna baru pertama kali mendapat nilai 100.
"Bangga dari mananya. Hasil nyontek," ejek Ridho.
"Sssttt jangan keras-keras ngomongnya napa. Nanti kedengaran sama yang lain." Indra meletakan jari telunjuk di mulutnya.
"Btw thank's ya, Bro. Udah kasih contekan sama gue," sambung Indra lagi.
"Hmmm." Ridho mengedarkan pandangannya ke depan.
Di depan sana di bangku nomor urut dua. Tampak Dimas dan Rahma sangat puas dengan nilainya. Mereka berdua juga mendapatkan nilai 100. Terlihat sekali dari wajahnya yang tampak senang. Mendapatkan nilai setinggi itu sudah sering mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini bukan pertama kalinya bagi mereka.
Rahma dan Dimas memiliki tingkat kepintaran yang hampir sama. Bahkan Dimas bisa dibilang lebih dari gadis itu. Di sekolah sebelumnya Dimas mendapatkan peringkat 1 juga. Tapi di sekolah Rahma ia memilih mengalah agar gadis itu bisa tetap berada di posisinya.
Dimas juga menyukai gadis bernama Rahma itu sejak pertama kali berada di kelas itu.
Saat pulang sekolah Rahma diantarkan Ridho pulang. Tapi sebelum pulang pemuda bernama Ridho itu mengajak Rahma mampir ke sebuah taman.
Taman itu tidak terlalu ramai, mungkin karna belum terlalu sore.
"Kenapa kamu mengajak ku kemari?" tanya Rahma sedikit bingung.
"Ada sesuatu yang akan gue tunjukin sama lo." Ridho mengedarkan padangannya pada taman itu. "Lo duduk dulu di sana." Ridho menunjuk salah satu bangku yang berada di taman itu.
"Lo tunggu di sini dulu ya. Gue ke sana dulu bentar," sambung Ridho lagi.
Gadis itu menganggukan kepala, masih sedikit bingung. Tapi ia menurut saja perkataan pemuda itu. Ia duduk di bangku yang ditunjuk oleh Ridho tadi. Ridho meninggalkan gadis itu, ia menuju sebuah tempat. Hari ini ia berencana melamar gadis itu. Dan jika diterima ia berencana menikahi gadis itu setelah lulus sekolah.
Setelah beberapa saat meninggalkan Rahma, pemuda itu kembali dengan pakaian yang sangat rapi. Ia telah mengganti seragam sekolahnya tadi di sebuah toilet umum yang berada di sana. Tapi sayangnya gadis bernama Rahma itu tidak ada di tempat yang tadi.
Ridho terlihat panik dan mencari gadis itu ke sana ke mari. Namun gadis itu tidak kunjung ketemu juga.
Ditengah kepanikannya tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada seseorang yang tak dikenal menelponnya. Ia mengangkat telpon itu.
"Hallo."
"Jika lo mau teman lo selamat lo harus datang ke sini," seru orang di seberang sana. Lalu orang itu memutuskan panggilannya bergitu saja.
Setelah beberapa saat telponnya terputus, orang itu mengirim sebuah foto dan alamat kepada Ridho.
"Rahma," lirihnya saat melihat pesan yang dikirim oleh orang yang tak dikenal itu.
Dengan cepat Ridho berlari menuju mobilnya yang terparkir di parkiran. Ia melajukan mobilnya menuju alamat yang dikirim orang tak dikenal itu.
Di tempat lain di sebuah rumah tua kosong terlihat seorang gadis terikat kaki dan tangannya.
Ada dua orang laki-laki bertubuh besar di hadapannya.
"Siapa kalian," teriak gadis itu.
"Lepaskan aku!" serunya lagi.
Laki-laki bertubuh besar itu tertawa. "Tenang saja kau akan diselamatkan oleh pangeranmu nanti," ucap laki-laki itu yang masih tertawa bersama temannya.
"Lepaskan aku. Aku tidak ada urusan dengan kalian. Tolong lepaskan aku," teriak gadis itu lagi sambil mencoba membuka ikatan di tangannya yang terikat ke belakang.
"Lo nggak akan gue lepas sebelum si Ridho brengsek itu kemari," seru seseorang yang baru datang dengan suara lantang.
"Kamu siapa? Ada urusan apa kamu dengannya?" tanya gadis itu. Gadis itu adalah Rahma. Gadis yang tiba-tiba hilang di taman tadi.
Flashback on
Saat di taman seorang gadis duduk di bangku taman. Ia menunggu seorang bernama Ridho di sana. Namun tiba-tiba saja ada dua orang laki-laki bertubuh besar menghadang di depannya. Laki-laki itu membungkam mulut gadis itu agar tidak berteriak. Ia menyeret gadis itu masuk ke sebuah mobil berwarna hitam bersama dengan temannya. Gadis itu mencoba memberontak namun sayangnya kekuatannya kalah jauh dari dua orang laki-laki itu. Dan pada akhirnya gadis itu terseret masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu.
Flashback off
"Perkenalkan nama gue Doni. Gue ketua geng Ranjes musuh dari Ridho," jawab orang yang bernama Doni itu.
Beberapa saat kemudian terdengar suara dobrakan pintu dari luar.
Terlihat seorang pemuda dengan setelan jas hitam lengkap dan rapi di ambang pintu. Pemuda itu adalah Ridho musuh yang disebut Doni tadi.
"Rahma," lirihnya saat melihat gadis itu terikat tali.
"Hahaha akhirnya si ketua geng Rasta brengsek datang juga," ucap Doni yang tampak tertawa. Terlihat sebuah kebencian di wajahnya.
"Lo? Mau apa lo? Lepaskan gadis itu. Dia nggak ada urusannya dengan lo," teriak Ridho yang tampak marah.
"Baik baik gue akan lepaskan gadis itu. Tapi setelah lo mati di tangan gue," sahut Doni yang masih tampak tertawa.
"Hei kalian cepat habisi dia!" perintahnya pada dua orang laki-laki bertubuh besar di sampingnya.
"Baik, Bos," sahut dua laki-laki itu bersamaan.
Dua laki-laki bertubuh besar itu langsung menghajar Ridho. Ridho tampak santai melawan dua orang laki-laki itu. Dengan waktu singkat dua orang itu terkapar di lantai.
Lalu ia menghampiri Doni dan hendak menghajar pemuda di depannya itu. Tapi tindakan terhenti saat melihat salah satu anak geng Ranjes mengarahkan pisau ke arah Rahma.
"Berhenti lo atau nggak gadis ini akan mati," seru anak geng Ranjes itu.
"Lepaskan dia. Dia nggak urusannya dengan kalian!" tegas Ridho.
"Gadis itu akan selamat jika lo mati di tangan gue," ucap Doni menatap tajam ke arah Ridho.
BRUKK
Satu pukulan keras mendarat di tubuh Ridho. Ridho hanya diam mematung ia tidak melawan atau pun menangkis pukulan itu.
"Ridho," teriak Rahma yang tidak tega melihat Ridho kesakitan di pukuli Doni.
"Diam lah gue nggak apa-apa," ucap Ridho menatap gadis itu sambil tersenyum.
BRUUK
Lagi-lagi pukulan mendarat di tubuh Ridho. Doni memukilinya berkali-kali. Tapi tetap saja ia masih tersenyum menatap gadis yang bernama Rahma itu.
Doni memukul wajah Ridho tanpa ampun. Ada darah keluar di sudut bibir Ridho. Ia masih pasrah dengan keadaannya. Pemuda itu sama sekali tidak melawan Doni.
Doni benar-benar puas hari ini menghabisi Ridho dengan tangannya sendiri.
"Sudah cukup hentikan," teriak Rahma yang tampak menangis di sudut sana. Tangannya masih terikat oleh tali. Di sampingnya juga masih ada anak geng Ranjes dengan pisau di tangannya.
"Hentikan jangan sakiti dia. Aku mohon ..." Rahma menangis sejadi-jadinya.
"Rahma jangan menangis. Gue nggak apa-apa, gue baik-baik aja," ucap Ridho yang masih tersenyum menahan sakit di tubuhnya.
* * *
Jangan lupa like, komen, vote, and rate ya ...
Terimakasih telah membaca😇