Dark Wife Mr. JEF

Di tempat kediaman Abellard.

Anelis tengah mengobrol ringan bersama suaminya di atas ranjang sebelum tidur. Hal tersebut selalu mereka lakukan tanpa terlewatkan, meski tidak ada obrolan yang serius.

"Sebentar lagi usia mama menginjak ke 53 tahun, pah. Tapi mama belum juga mendapatkan cucu. Mama takut jika nanti tidak bisa menggendong cucu kita kerena rentan, atau lebih buruknya mama akan berpulang sebelum mendapatkan cucu," keluh wanita itu.

"Ssttt.. Jangan bicara seperti itu, ma! Kita sabar sebentar lagi ya," ujar Abellard menenangkan.

"Tapi Jef belum juga memberi kita kabar baiknya, pah," sergah Anelis.

"Kita tunggu saja! Percuma, jika kita mendesak, justru akan memperburuk keadaan," tuturnya.

Anelis menghela napas pasrah, entah sampai kapan ia harus menunggu. Dan yang lebih buruknya, bagaimana jika ia sedang menantikan kehamilan Kimmy sementara pada kenyataannya Jef belum juga menyentuh gadis itu.

***

Tiga hari setelah makan bersama Jef yang berujung tamparan dari Belle, Kimmy memutuskan untuk berdiam diri di rumah. Sambil masih memikirkan ucapan Jef yang melarangnya bekerja.

"Kalau aku tidak bekerja, aku dapat uang dari mana?" desisnya.

Suara notifikasi pesan masuk dari ponsel yang tidak jauh darinya mengalihkan perhatian. Gadis itu langsung menyambar ponselnya dan mendapati sebuah chat masuk.

Jef Abellard:

Berikan nomer rekeningmu!

Kimmy:

Aku tidak punya.

Usai mengetikan balasan, Kimmy tidak segera menaruh ponselnya. Lantaran masih tertera tulisan online di sana. Chat sudah berubah centang biru, tapi Jef tak kunjung memberinya balasan lagi.

Ngomong-ngomong soal uang, Kimmy jadi teringat bibi dan dua keponakannya. Usai di beri kabar jika mereka sudah kembali ke rumah yang sempat di sita rentenir, Kimmy belum menyempatkan diri ke sana. Ia bergegas pergi ke kamar, mengambil tas kecil yang biasa ia bawa ke manapun dan berniat pergi ke rumah Azuma.

Sementara di tempat lain, Belle tengah asik makan-makan bersama tim kru dan teman-teman lainnya. Di iringi oleh canda tawa yang menghiasi tempat tersebut.

"Satu minggu lagi syutingnya akan selesai, dan rencananya film kita akan tayang bulan depan. Itupun kalau tidak di undur lagi," ucap seorang tim kru kepada salah satu dari mereka yang bertanya.

"Memangnya tidak bisa lebih cepat lagi?" tanya Key yang duduk di sebrang Belle.

"Proses editing dengan hasil yang memuaskan butuh waktu cukup lama. Itupun sudah yang paling cepat dan mudah-mudahan penonton mencapai target yang kita inginkan," seru seorang wanita yang bertugas mengedit film tersebut.

Obrolan seputar film yang sedang mereka produksi terus berlanjut, sementara Belle memilih untuk diam menikmati makanannya.

"Oh ya, Belle. Jadi setelah ini kau akan menerima tawaran film yang mana?" tanya Key, Belle pun mendongak.

"Aku masih bingung," jawab Belle datar.

"Menurutku film yang akan di garap rumah produksi seebelah juga ceritanya menarik, kak Belle. Tentang suami yang berpoligami itu, kak Belle kan di tawari jadi pemeran utamanya," sahut gadis yang duduk di sisi sebelah kanan wanita itu.

"Jangan lah, Belle. Pasti karaktermu di buat lemah dan di setiap sin menangis. Lagipula mana mungkin kau mau di poligami, satu pedang untuk dua gua. Enak banget pemeran suaminya. Benar kan?" timpal Key menciptakan tawa di meja makan.

Belle tersenyum masam mendengarnya. Yang di ucapkan Key seperti menyentil hati kecilnya. Ia jadi semakin takut akan kekhawatirannya selama ini.

"Lebih baik kau ambil yang menurut aku saja deh, Belle. Meskipun ada adegan vulgar. Itung-itung nyalurin lewat akting. Bisa menang banyak juga, kan?" seru Key dan kembali mendapat tawa dari yang ada di sana.

"Kayaknya lawan main nya juga bagus, Belle. Tampan, dan sepertinya lebih muda darimu. Lumayan kan main sama darah muda yang sedang berapi-api," sahut yang lainnya.

Usul dari teman-teman yang ada di sana semakin mendorong Belle untuk menerima tawaran film tersebut. Jika Jef saja bisa menikah dengan wanita yang lebih muda darinya, maka ia juga harus bisa dengan pria yang lebih muda dari suaminya. Meski itu hanya sekedar akting dan cerita fiktif belaka.

Bersambung...