Seorang asisten rumah tangga menikah dengan anak majikannya? Apakah itu mungkin?
Hmmm.. Inilah cerita dari Zivanna Kirannia seorang gadis yatim piatu yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Kehidupan Kiran berubah setelah mengetahui jika dirinya tengah hamil akibat perbuatan dari Darren.
Darren Wijaya, hanya karena mabuk dan frustasi melihat calon istrinya berselingkuh dengan sahabatnya, tanpa sadar dia telah meniduri Kiran. Tentu Darren marah, ia bahkan menganggap Kiran sebagai pembawa sial di hidupnya.
Mampukah Kiran bertahan dari permasalahan yang ia alami? Dan bersediakah Darren bertanggung jawab? Ikuti terus kisah mereka ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiezy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membiasakan Diri
"Kamu suka?" tanya Arya
Kiran mengangguk, "Ya ini sangat nyaman, Mas?" jawab Kiran
"Kalau begitu baguslah. Rumah ini sudah di bersihkan dan semua peralatan lengkap. Selain itu, baju - baju di rumahmu juga sudah lengkap di rumah ini."
"Terima kasih banyak Mas Arya."
"Hmmm, saya tidak bisa lama - lama di sini. mungkin nantinya sebulan sekali saya akan datang mengunjungimu. Di sini kamu bebas melakukan apa saja. Ah ya, ini untukmu." ucap Arya sambil menyodorkan sebuah kartu kearah Kiran.
"Mas, menurutku ini terlalu berlebihan. memangnya kamu tidak takut kalau aku hanya berbohong saja? lebih baik kamu simpan saja itu."
"Saya memberikan ini untuk bayimu, terima lah. simpan dan gunakanlah dengan baik. saya pergi sekarang," balas Arya.
"Ya, hati - hati Mas."
Arya kemudian berjalan meninggalkan Kiran. Setelah kepergian Arya, Kiran duduk termenung di ruang tamu. "Apa aku bisa menghadapi ini semua sendirian?" tanya Kiran pada dirinya sendiri.ia menghembuskan napas pelan lalu mengusap perutnya yang masih rata. " Apa menurutmu papah mu akan mencari kita nak?" mata Kiran kembali berkaca - kaca ia menunduk sembari mengenggam erat rok panjangnya.
" Selamat tinggal Tuan Suami, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu." gumam Kiran sedih.
******
Pagi harinya...
"Penghuni baru rumah ini ya mbak?" tanya seorang wanita seumuran Kiran. wajahnya tampak ramah ketika berhadapan dengan Kiran.
" iya mbak, kemarin saya baru pindah. ngomong - ngomong salam kenal yah," kata Kiran sambil mengulurkan tangannya.
"Salam kenal juga, ngomong - ngomong mbaknya lagi hamil?"
"E..Eh? kok mbak bisa tahu sih, kalau saya sedang hamil?" tanya Kiran. ia benar - benar heran mengapa wanita di depannya tahu.
"Kelihatan dari tubuh dan wajahmu mbak. Dimana suaminya? kok nggak kelihatan? " tanya wanita muda tersebut. ucap wanita muda itu dengan penasaran.
"A..Anu mbak, Aku....."
" Oh hamil di luar nikah ya? Ah, pantesan atau jangan - jangan mbak ini, simpanan orang kaya? tanya wanita muda tersebut sambil menatap lekat wajah Kiran. ucap wanita tersebut dengan sinis
" Ah, bukan kok mbak."
"Ya sudah, kalau begitu aku permisi dulu mbak, Oh ya, kenalkan Aku Rindu." ucap wanita muda tersebut yang ternyata bernama Rindu.
"Kiran" ucapnya singkat.
Setelah kepergian Rindu, Kiran menghembuskan napas panjang. ia heran kenapa baru pindah sehari, tetapi sudah mendapatkan tetangga yang bermulut jahat.
Usai menjemur pakaian, Kiran kembali masuk ke rumah. " Hari ini aku harus bisa mendapatkan pekerjaan. Aku tidak mungkin berdiam diri dan selalu mengandalkan mas Arya" kata Kiran.
"Tapi aku harus nyari kerja dimana? semua ijazahku tidak aku bawa." gumam Kiran sambil memijat pelipisnya yang mendadak pening.
*****
Di sisi lain, kini Kenzo mulai menghampiri kedua anaknya setelah kemarin Bara menceritakan kelakuan kedua putranya itu padanya.
"Sudah puas kalian bertengkar kemarin?" tanya sosok pria tegas yang sedang berdiri sambil menatap kedua putranya.
" Menurut Ayah? kalau kami belum puas, kami tidak akan berhenti iya kan, Mas Duda?" ledek Daniel sambil menoel - noel lengan Darren yang sedang bersedekap.
"Diam Kamu Daniel! jangan sampai sepatuku nanti melayang dan menyumpal mulutmu, Niel!" ucap Darren sambil menatap sinis ke arah Daniel. wajahnya yang babak belur tampak begitu datar tanpa ekspresi.
"Sensi amat sih. Ngomong - ngomong gimana rasanya nih di tinggalin istri? Enak nggak? haha mampus!" sambung Daniel yang semakin menjadi - jadi. Daniel tertawa terbahak - bahak meski sesekali meringis karena sudut bibirnya terluka.
Brak!
Daniel Atha Wijaya! sekali lagi kamu berkata seperti itu, aku pastikan wajahmu akan babak belur!" sergah Darren. ia berdiri sambil mencengkram erat kerah baju sang adik.
"Meski babak belur, wajahku tetap tampan dan rupawan. iya kan Ayah?" tanya Daniel sambil menatap ke arah Ayahnya.
Namun, sayangnya tidak ada jawaban dari Ayahnya. Alih - alih mendapat jawaban dari pria tersebut justru menatap nyalang dan penuh kemarahan pada Daniel dan juga Darren. Kenzo mengepalkan tangan erat - erat.
"Sejak kapan kalian tak punya sopan santun di depan Ayah?" tanya Kenzo dengan nada suara yang rendah tetapi penuh penekanan.
Darren menghela napas pelan. setelahnya ia pun mendorong tubuh Daniel hingga tersungkur di lantai. melihat Kenzo yang semakin murka, Darren segera dan menatap datar ke arah depan.
Napas kenzo memburu. gurat - gurat kemarahan sudah tercetak jelas pada wajahnya yang sudah cukup menua. matanya mendelik tajam melihat kedua putranya yang tampak acuh.
Plak!
"Haha mampus kena tamparan Singa kejam kan. makanya jangan jahat sama istri" kata Daniel sambil tertawa setelah Kenzo menampar Darren.
Darren hanya terdiam. dia sama sekali tidak mempedulikan ledekan yang keluar dari bibir Daniel. Baginya, Kenzo lebih berhak memberikan tamparan kepadanya.
Plak!
Daniel meringis, napasnya mulai kembang kempis menahan rasa ngilu di bagian pipinya. mata Daniel membelalak, ia benar - benar tidak menyangka kalau Ayahnya baru saja memukulnya.
"Kenapa Ayah juga memukulku?" tanya Daniel menatap Kenzo sambil mengusap pipinya yang terasa sakit.
"Karena kamu salah Daniel! kamu yang memancing keributan dengan Kakakmu. dan satu lagi! Kakakmu itu bukan Duda! Kiran masih menjadi istri sahnya." jawab Kenzo dengan tatapan dan wajah yang begitu serius.
"Tapi jangan memukulku juga dong Ayah! ya mending kalau di pukul pake uang? Lah ini, Ayah benar - benar kejam.
"Berisik Daniel! bisakah kamu diam!! mulutmu benar - benar seperti perempuan yang pandai bergosip." ucap Darren. rasanya ia begitu muak karena sedari tadi hanya mendengarkan ocehan adiknya.
Daniel mendengus kesal. ia bersedekap lalu menatap kearah Kenzo yang kini sudah duduk di depannya. Daniel menghembuskan napas panjang. perasaannya menjadi campur aduk ketika melihat keseriusan dari pancaran mata kenzo.
" Baiklah aku akan diam. jadi ada apa ayah memanggil kami? mau bagi - bagi warisan yah?" tanya Daniel sambil menaik turunkan alisnya. Daniel terkekeh geli, apalagi saat melihat Kenzo mendelik tajam padanya.
" Ada jarum disini?" tanya Darren yang sedari diam.
" Untuk apa?" Kenzo mengernyitkan dahi. ia merasa heran karena tidak biasanya Darren meminta jarum.
" Untuk menjahit bibir Daniel! Aku sudah muak mendengar ucapan bodohnya!" sergah Darren. Tangannya terangkat kemudian menjambak rambut Daniel dari belakang.
"Hei! kamu pikir aku ti..."
"Diam kalian! Dan dengarkan Ayah bicara!"
Daniel langsung menghentikan ucapannya. ia lebih memilih diam dan tidak meladeni kakaknya. Kali ini, fokus Daniel dan juga Darren adalah Ayahnya.
"Ayah sudah muak dengan semua pertengkaran kalian berdua." ujar Kenzo setelah beberapa saat dia hanya terdiam menatap kedua putranya.
Darren dan Daniel tidak menjawab. keduanya lebih memilih diam untuk mendengarkan semua perkataan Ayahnya.
"Sekarang sudah Ayah putuskan. mulai besok Daniel mulai membantu Darren untuk mempelajari semua hal tentang perusahaan." ucap Kenzo tegas.
Daniel menganggukan kepalanya. "Jadi pada intinya Saya harus menjadi sekretaris Ka Darren? baiklah tapi dengan syarat. Setiap sabtu dan minggu Ka Darren harus memberikan jatah libur untukku," ujar Daniel sambil tertawa.
"Kalau begitu kamu lebih baik jadi Cleaning Service saja Niel! Darren, bukankah di perusahaan masih banyak yang membutuhkan jasanya kan! balas Kenzo sambil tersenyum miring.