Kau adalah wanita simpananku, selamanya akan tetap seperti itu. Jangan harap ada cinta di antara kita, atau hubungan kita berakhir detik ini juga! Alfredo Hanscout Smith
Aku mencintaimu, Alfred. Tak bisakah kau membuka hatimu sedikit untukku? Davina Oliver
Mampukah Davina menaklukkan sosok Alfred yang begitu dingin dan alergi dengan seorang wanita? Ataukah cintanya akan kandas dan memilih pergi untuk merahasiakan suatu hal dari Alfred.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Bryan
"Sayang, tolong jangan panggil Oma ku dengan sebutan Nyonya. Sebentar lagi Oma ku akan menjadi Oma mu juga, sayang. Jadi, sebut saja dengan sebutan Oma, seperti aku memanggil Oma ku. Kau mengerti?" tegur Alfred dengan sudut bibir yang terangkat ke atas.
"Maaf, aku tak bisa merubah panggilanku ini. Aku akan merubahnya bila beliau yang menginginkannya," balas Davina yang merasa sungkan mengganti panggilannya.
"Yeay, akhirnya kita akan pergi ke Jakarta. Apa aku bisa bertemu dengan Oma?" tanya Bryan dengan tatapan penuh harap.
"Tentu saja Son. Kita akan bertemu dengan Oma mu," jawab Alfred meyakinkan putranya yang tampak ragu.
'Ya Tuhan, semoga Nyonya Andini bisa menerima kedatanganku dan Bryan di sisi Alfred. Jika tidak maka jauhkan lah aku dan putraku dari Alfred. Aku tak ingin membuat hidup putraku sengsara sepertiku. Cukup aku saja yang merasakan penderitaan itu. Biar bagaimanapun, restu dari orangtua sangat lah penting dalam sebuah pernikahan.'
Setelah lama berbicara sebelum akhirnya Davina pun pamit pulang untuk mengurus segala sesuatu perihal dirinya yang akan pindah ke Jakarta. Namun sebelum itu dia harus memberitahu terlebih dahulu pada Nita yang merupakan asistennya juga karyawan lainnya.
Jauh di dalam lubuk hatinya, terasa begitu berat ketika menyetujui akan pindah ke Jakarta. Namun, hal itu tak bisa dia hindari karena Bryan terus merengek meminta Davina untuk pindah ke Jakarta tinggal bersama Alfred.
"Baiklah, kami harus pulang terlebih dahulu. Ada hal yang ingin aku urus perihal pekerjaanku ini. Aku akan memberitahu pada asisten dan juga karyawanku bila kita akan segera pindah ke Jakarta," pamit Davina pada saat mereka setelah makan malam.
"Davina, tak bisakah kau menginap disini? Aku masih rindu Bryan. Tenanglah, aku tak akan mengganggumu. Aku berjanji tidak akan melakukan apapun padamu," ucap Alfred dengan nada memohon. Berharap wanita cantik itu mengiyakan keinginannya yang tak ingin berjauhan dengannya juga sang putra.
Alfred ingin sekali bisa lebih dekat dengan putranya, mengingat Bryan masih terlalu kaku. Mungkin saja Bryan merasa kecewa dengan sikapnya yang telah menyakiti Davina. Alfred paham betul bagaimana sifat Bryan, meskipun baru pertama kali bertemu tapi tak membuat Alfred susah mengenali karakter putranya itu. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sikap Bryan sama persis dengan Alfred waktu kecil dulu.
"Maaf Alfred, aku ...."
"Mom, apa tak bisa malam ini kita menginap disini? Aku masih rindu Daddy, Mom ... pliiis! Mau ya Mom ... ya ... ya ...." Bryan merengek dengan wajah penuh harap. Agar sang Mommy mau mengabulkan keinginannya.
Sementara Davina begitu dilema, dia merasa bingung jawaban apa yang harus dia berikan saat ini. Kedua netranya menatap lekat pada Bryan yang tengah duduk dengan tatapan sendu. Sungguh pemandangan yang begitu menyayat hati melihat wajah putranya yang terlihat kusut. Hingga akhirnya wanita itu membuka suara, membuat kedua lelaki beda generasi itu menampilkan lengkungan indah.
Davina menghela nafas beratnya kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Baiklah, sayang. Malam ini kita akan menginap disini. Kamu bisa tidur dengan Daddy mu di kamar Daddy kamu. Dan Mommy akan tidur di kamar yang lainnya." Dengan terpaksa Davina pun mengiyakan keinginan putranya karena tak ingin membuat sang putra bersedih. Baginya kebahagiaan Bryan adalah prioritas utama yang tak bisa terganti oleh apapun.
"Kenapa Mommy tidak tidur bersama kami? Bukannya Daddy sudah berada di antara kita, jadi sudah seharusnya Mommy dan Daddy tidur bersama denganku!" protes Bryan pada jawaban yang di berikan oleh Davina.
"Ayolah Mom tidurlah bersama kami, pliiis ...." Bryan menatap Davina dengan tatapan memohon. Berharap sang Mommy mau mengabulkan keinginannya lagi.
Meskipun telah mengultimatum Alfred, tapi tetap saja Bryan tak bisa membenci lelaki itu yang merupakan Ayah biologisnya. Sosok lelaki yang selama ini dia cari keberadaannya. Sekian purnama dia bertanya pada Davina perihal sosok Daddy nya tapi wanita itu sama sekali tak memberitahunya. Hingga akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali dengan cerita yang begitu mengesankan.
Bryan tak menyangka lelaki yang dia temui di rumah sakit beberapa hari yang lalu itu ternyata Daddy yang selama ini dia cari. Tak hentinya sebuah lengkungan indah terbit menghiasi wajah nya. Sebuah kebahagiaan yang tiada terkira bagi Bryan bisa bertemu dengan Daddy nya. Jauh di dalam lubuk hati Bryan, dia sangat merindukan lelaki itu yang kini telah menjadi Daddy nya.
Kembali pada dua orang yang pernah menjalin hubungan,tampak keduanya saling melirik. Terlihat jelas Davina yang tersenyum canggung menanggapi ucapan Bryan. Rasa bingung melanda dirinya, bagaimana caranya menjelaskan perihal hubungannya dengan Alfred yang tidak seperti orangtua kebanyakan. Mereka masih belum memiliki ikatan yang sah hingga membuat Davina begitu enggan menanggapi ucapan Bryan.
Sebuah kesalahan yang pernah di lakukan Davina di masa lalunya merupakan hal yang tabu untuk di jelaskan pada Bryan. Akan ada waktunya, Davina membuat pengakuan atas semua kesalahannya itu. Tapi, dia pastikan bahwa kehadiran Bryan di dunia ini bukanlah sebuah kesalahan. Melainkan dirinya lah yang salah bukan anaknya. Davina tak ingin menyakiti hati Bryan untuk kesekian kalinya. Dia ingin memberikan sebuah kebahagiaan pada anak semata wayangnya itu. Hingga dia rela menerima Alfred kembali dalam hidupnya.
"Maafkan Mommy, Nak. Mommy masih belum bisa tidur bersama kalian. Mommy ...."
"Davina, tak bisakah kau mewujudkan keinginan putra kita? Tolong, jangan terlalu kaku. Aku berjanji tak akan melakukan apapun padamu ketika ada Bryan di antara kita. Aku tidak mau tahu, malam ini kau harus menginap dan tidur di kamarku. Percayalah ... aku tak akan melakukan apapun yang tak kau inginkan," ucap Alfred meyakinkan wanita yang ada di hadapannya. Tanpa sadar Alfred berbicara frontal tepat di hadapan Bryan.
"Bisa tidak kau menjaga lidahmu itu, hah? Aku sudah bilang bukan, jangan bicara hal itu di depan Bryan," bisik Davina yang merasa greget pada Alfred.
Davina melarang keras lelaki itu untuk berbicara perihal hubungannya. Karena Davina tak ingin Bryan mengetahui hal itu sebelum waktunya. Mengingat anak lelaki itu masih berumur 10 tahun, tapi Davina tahu betul kecerdasan putranya itu di atas rata-rata.
Bryan pun menerima Alfred dengan cepat meskipun telah memberikan ultimatum pada lelaki tersebut. Padahal selama ini dia selalu mendesak Davina agar mau menjawab pertanyaannya perihal siapa sosok Daddy nya. Tapi setelah bertemu justru Bryan melayangkan ucapan yang menggores hati Alfred.
"Bagaimana, Mom? Mau ya tidur bersama kami. Aku ingin sekali tidur bersama Mommy dan juga Daddy, seperti halnya teman-temanku yang selalu tidur bersama kedua orangtuanya."
"Davina, apalagi yang kau pikirkan? Kenapa kau begitu kaku sekali? Tak bisakah kau menyenangkan hati Bryan?"
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Ini mah malah tambah cari masalah/Sweat/
setelah ini dia bakal dendam sama Davina end then