Novel Wanita - Anak Genius
Bagaimana jika anakmu menganggapmu sebagai seorang Kakek baginya hingga memanggilmu dengan sebutan Opa muda ??
Belva Evanthe (17) seorang pelajar dan pembantu rumah tangga. Belva diperkosa hingga hamil oleh Aryasatya Balakosa (40) seorang CEO arogan dan dingin sekaligus majikan Belva. Waktu tengah malam saat majikannya pulang dalam keadaan mabuk, di malam yang sama juga Belva di jebak dengan minuman bercampur obat perangsang.
Kejadian itu terjadi di rumah Satya tepatnya di kamar Satya. Saat itu Belva membuka pintu dan membantu majikan nya masuk ke dalam kamar Satya.
Hal itu terjadi karena dalam kondisi mabuk Satya mengira Belva adalah Sonia istrinya. Sedangkan Belva sudah mulai merasakan efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Alya dan tak sengaja diminumnya. Rasa iri dan dendam membuat Alya berbuat jahat pada Belva.
Peristiwa kelam itu membuat Belva mendapatkan fitnah dan diusir dari rumah. Sempat berada dititik terendah memutuskan untuk bunuh diri. Namun, kehidupan nya tak berhenti sampai di situ. Belva tak meninggal justru diselamatkan oleh seseorang hingga diangkat anak oleh Tuan Hector. Sampai melahirkan anak-anak yang genius. Dan kedua anak itu justru memanggil ayah kandung nya dengan sebutan Opa muda.
Rintangan demi rintangan dalam kehidupan nya selalu dilaluinya bersama kedua anak kembar nya untuk mencapai sebuah harapan yaitu kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christina De'audea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Mulai Merangkak
Sebelum berangkat ke bandara Roichi mengantarkan Belva dan juga Duo Kay ke sekolah bocah kabar itu. Menurut Roichi sekalian jalan saja tak masalah. Toh arah jalan mereka sama jadi tak perlu bolak-balik.
"Om terima kasih sudah mengantar kami. Ayo sayang bilang terima kasih pada Om Roi." Ucap Belva pada Roichi lalu beralih pada Duo Kay.
"Terima kasih Opmud." Ucap Duo Kay.
"Sama-sama. Selamat belajar kalian." Ucap Roichi.
"Opmud hari ini kami tidak belajar. Karena kata Miss kami ada acara di luar nanti." Jawab Kaila.
"Ada outbound nanti, jadi mereka tak perlu belajar di dalam kelas." Belva mengimbuhkan ucapan Kaila.
Roichi baru paham dan mengangguk. "Kalau begitu Nona berhati-hatilah nanti kalian saat outbound."
"Iya Om. Om juga hati-hati di jalan. Kami masuk dulu."
Duo Kay mengulurkan tangan pada Roichi untuk bersalaman, kemudian kini bergantian pada Belva. Kesopanan Belva diajarkan pada kedua anaknya. Roichi tersenyum menatap kagum pada ibu dua anak itu.
"Saya pergi dulu Nona." Pamit Roichi.
Pria itu berlalu menggunakan taksi online yang sudah dipesannya. Belva dan kedua anaknya masuk ke dalam sekolah TK itu.
Sedangkan Budhe Rohimah sesampainya di rumah. Barang-barang belanjaannya diletakkan di atas meja. Ia beralih mengambul dua kardus bekas mie instan. Dua kardus itu digunakan untuk meletakkan sepuluh ekor anak ayam beraneka warna.
"Letakkan di sini saja, nanti saat mereka pulang pasti senang melihatnya." Gumam Budhe Rohimah.
Dua kardus berisi ayam warna-warni itu diletakkan di teras belakang. Kepala Budhe Rohimah masih terasa berdenyut. Ia memilih untuk mencuci tangan dan masuk ke dalam kamarnya.
Biasanya dengan berisitirahat sejenak rasa sakit itu akan hilang. Saat berada di atas ranjang, ia tidak bisa tidur. Pikirannya teringat akan pertemuannya dengan mantan majikannya.
"Apa benar Tuan Satya menemui kliennya di daerah sini. Bagaimana kalau dia tahu alamat rumah ini dan mengatakannya pada Nyonya Sonia dan juga Non Alya."
"Tidak... Itu tidak boleh terjadi. Tuhan... Aku mohon jaga kami. Jangan biarkan mereka mengganggu kehidupan kami. Terutama kehidupan Belva yang sudah bahagia saat ini."
Budhe Rohimah bergumam sendiri di dalam kamar. Harapan dan doa nya agar bisa terhindar dari ancaman Sonia dan juga Alya.
Jika perasaan Budhe Rohimah saat ini sedang gelisah, maka berbeda dengan Belva dan juga anak-anaknya. Mereka tengah tertawa dan bersemangat berteriak-teriak dalam melakukan kegiatan outbound.
Para ibu-ibu dan bapak-bapak berlomba untuk menyemangati anak mereka masing-masing. Belva tak kalah bersemangat dalam memberikan dukungan pada dua bicah kembarnya.
Hingga waktu beristirahat tiba, mereka tengah melakukan makan siang bersama-sama. Kegiatan sekolah itu memang melibatkan kedua orang tua siswa. Karena memang hal itu rutin dilakukan di sekolah tersebut setiap enam bulan sekali.
Gunanya adalah untuk memberikan waktu bagi para sisa siswi agar mereka bisa menikmati waktu bersama kedua orang tua mereka.
Sekolah bertaraf internasional itu tentu mengetahui bagaimana kondisi para orang tua murid dalam keseharian. Yang tentu sebagai dari mereka sibuk bekerja, sehingga terkadang ada beberapa siswa yang jarang bisa bertemu setiap saat dengan kedua orang tua mereka secara lengkap.
"Kaili ayo main." Ajak salah satu teman mereka yang bernama Farel.
"Ayo... Mami aku main dengan Farel dulu ya." Pamit Kaili pada Belva.
"Iya sayang, tapi jangan jauh-jauh dan jangan nakal ya." Pesan Belva pada Kaili.
Kaili pergi dengan berlari bersama Farel menuju satu kumpulan teman-teman mereka yang sudah berkumpul di dekat ayunan.
"Kaila tidak main sayang ?" Tanya Belva.
"Tidak aku di sini saja sama Mami." Jawab Kaila.
Kaila memang jarang bermain bersama para anak lelaki. Karena para anak lelaki itu terkadang malas bermain bersama anak perempuan karena menurut mereka anak perempuan lebih gampang menangis saat bermain.
Kaili dengan teman-temannya bermain kejar-kejaran dan juga bermain semua permainan yang ada. Saat merasa lelah Kaili memilih duduk di dekat ayunan.
"Kaili, yang tadi itu Mama mu ?" Tanya Farel.
"Iya. Itu Mami ku. Mami mu mana ?" Tanya Kaili.
"Oh kamu panggil Mama mu dengan sebutan Mami ya ? Kalau aku panggil Mama dan Papa. Lalu kamu panggil Papa mu dengan sebutan apa ?" Tanya Farel.
Kaili terdiam, pria kecil itu tak tahu harus memanggil apa pada ayahnya. Sedari kecil dia tak pernah merasakan memanggil seorang ayah.
"Hai... Aku bawa permen jelly lho. Kalian berdua mau ?" Seorang bocah lelaki bertubuh gemuk tiba-tiba datang menghampiri Farel dan Kaili.
"Mau..." Jawab Farel dengan semangat.
Dengan tangan mungilnya Farel mengambil permen jelly dari toples kecil milik bocah gembul itu.
"Hai kamu mau ?" Tanya Donny. Nama bocah gembul yang kini mengulurkan toples kecilnya ke arah Kaili.
Kaili tentu saja mengangguk, tangannya juga terulur untuk mengambil permen jelly itu. Ketiga bocah laki-laki itu sudah duduk bersama untuk menikmati permen jelly. Pertanyaan dari Farel teralihkan oleh kedatangan Donny dan permen jelly nya.
Waktu berjalan dengan begitu mengasyikkan bagi Kaili dan juga Kaila. Lagi-lagi mereka selalu bisa menghabiskan waktu bersama ibu mereka. Iya, meski dalam lubuk hati yang paling dalam dari Duo Kay ada sebuah harapan yang sangat berarti bagi mereka.
"Sayang, kita tunggu dulu sebentar ya." Ucap Belva. Mereka duduk di depan gerbang sekolah untuk menunggu taksi online yang dipesan oleh Belva.
Taksi itu lama sekali datang. Kaila sudah tertidur dipangkuan Belva. Sedangkan Kaili pun juga sudah tampak menyenderkan tubuhnya pada Belva. Bocah itu sudah mengantuk tapi berusaha ditahannya. Demi menemani sang ibu.
"Kakak, sudah mengantu ? Tidur saja nanti Mami bangunkan jika taksinya sudah datang."
"Tidak, Kaili mau menemani Mami saja. Kasihan Mami nanti kerepotan jika Kaili ikut tertidur."
Belva tersenyum mendengar ucapan Kaili. Satu tangannya terulur untuk merangkul tubuh Kaili.
"Terimakasih sayang. Sabar sebentar ya." Kaili hanya bisa mengangguk.
Menunggu hingga hampir satu jam lebih akhirnya taksi itupun datang. Sang sopir keluar dari mobil miliknya. "Dengan Ibu Kaila ?" Tanya sopir taksi.
"Iya benar Pak." Jawab Belva. Memang setiap memesan taksi Belva menggunakan nama putrinya.
"Maaf Bu lama menunggu. Tadi ban mobil saya bocor. Jadi, harus ganti ban dulu." Wajah sopir taksi itu terlihat merasa bersalah karena membuat penumpangnya harus menunggu lama.
"Oh iya tidak apa-apa Pak. Maaf bisa minta tolong untuk dibawakan barang-barang saya ke dalam Pak ?"
"Baik Bu. Mari saya bantu. Aduh kasihan ini adeknya sudah tidur. Maaf ya Bu." Lagi-lagi karena merasa tidak enak sopir itu masih meminta maaf.
"Iya Pak tidak apa-apa. Namanya juga sedang berhalangan. Ayo Pak kita jalan sekarang." Ucap Belva yang sudah masuk ke dalam mobil.
Dalam perjalanan barulah Kaili tertidur dengan sendirinya. Rasa lelah beraktivitas hari ini membuatnya tak mampu lagi menahan kedua matanya untuk terjaga.
Sampai di rumah, Belva dibantu oleh Budhe Rohimah membawa Duo Kay masuk ke dalam rumah dan menidurkan mereka di kamar. Barang bawaan Belva dibawakan sopir taksi.
"Budhe, tolong jaga mereka ya. Aku harus ke butik dulu. Tidak enak sudah beberapa hari aku tinggal."
"Iya Nduk, hati-hati ya. Tapi kamu sudah makan Nduk ?" Tanya Budhe Rohimah.
"Sudah tadi, nanti Budhe makan lebih dulu saja jika aku belum sampai rumah. Aku berangkat dulu ya Budhe." Belva menyalami Budhenya.
Ia pergi menggunakan taksi yang tadi mengantarkannya pulang. Sebelum sampai rumah Belva sudah berpesan untuk menunggu sebentar.
Hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai di butiknya. Sampai di butik keadaan masih kondusif. Masih berjalan dengan tenang, saat ini belum terlalu banyak pengunjung yang datang. Berkat dirinya yang membuatkan gaun untuk pernikahan sepupu Maria. Ada beberapa yang sudah mulai berdatangan.
"Bella, apa ada komplain atau kendala untuk hari ini ?" Tanya Belva.
"Hingga sampai saat ini belum ada Nona. Tapi hari ini ada seseorang yang ingin memesan beberapa gaun sekaligus."
"Siapa ? Dan jumlahnya berapa ?" Belva merasa senang bisa mendapatkan pesanan untuk hari ini.
"Pemesan atas nama Winda dengan jumlah gaun enam potong. Rencananya gaun itu digunakan untuk acara pemotretan pribadi Nona."
"Oke... Apa sudah kamu berikan informasi mengenai syarat dan ketentuan pemesanannya ?"
"Sudah Nyonya, pemesan sudah mentransfer DP untuk proses pembuatannya. Detail pemesanan gaun sudah saya catat dan saya letakkan di meja Nona." Jelas Bella.
"Baiklah, ini gaun untuk kapan ya Bel ?"
"Untuk bulan depan Nona. Apakah bisa ? Jika tidak memungkinkan nanti akan saya konfirmasi kembali ke customer."
"Bisa kok, nanti kita cari penjahit tambahan lagi saja. Kamu buka lowongan lagi, sepertinya memang kita membutuhkan tambahan karyawan untuk beberapa pesanan."
"Baik Nona." Jawab Bella.
Belva mengambil catatan yang diberikan oleh Bella. Ia meneliti bagaimana konsep gaun yang diinginkan oleh customer. Bagi seorang Belva yang sudah beberapa tahun bekerja dalam bidang ini. Tentu ia tak kesulitan sama sekali dalam memahami seperti apa keinginan dari customer nya.
Ia mulai bergerak untuk mendesain gaun yang sudah dipahaminya itu. Ia selalu bekerja secara maksimal dalam memuaskan para customer nya. Sudah setengah hari berada di butik, satu desain sudah jadi dibuatnya.
"Oke desain ini sudah jadi tinggal desain yang lain." Gumam Belva.
Hari sudah sore, tapi Belva belum ingin kembali pulang. Dilihatnya jadwal order yang masih ada beberapa menumpuk. Jadwal order milik butiknya memang tak seberapa tapi milik butik de'La Hector cukup banyak.
Akhirnya Belva menghubungi Mamanya, untuk memberitahukan bahwa saat ini ia sedikit kewalahan membagi waktu dalam membuat desain untuk butiknya dan juga butik de'La Hector.
Mama Calling ...
"Hallo Sayang." Jawab Nyonya Hector yang ada diseberang sana.
"Hallo Mama, bagaimana kabar Mama ?" Tanya Belva, memulai percakapan.
"Kabar Mama baik sayang. Kamu sendiri bagaimana dengan keluarga di Indonesia ?"
"Kami di sini semua baik-baik saja Ma. Mama, ada yang ingin aku bicara pada Mama."
"Ada apa sayang sepertinya penting sekali."
"Cukup penting menurutku karena aku ingin meminta ijin dengan Mama." Ucapan Belva ini membuat Nyonya Hector mengernyitkan dahi. Apalagi yang ingin putrinya itu lakukan.
"Ijin apa yang kamu maksud sayang, katakanlah."
"Aku meminta ijin, untuk beberapa pesanan butik Mama. Bagaimana kalau aku serahkan pada Fransy. Aku sedikit merasa kewalahan Ma karena butik di sini juga mendapatkan beberapa pesanan dengan waktu yang sama dengan butik Mama."
"Oh itu... Tidak masalah sayang. Tapi biar nanti Mama yang pilih mana saja yang harus di handle oleh Fransy."
"Oke Ma, maaf ya Ma. Karena di sini aku juga harus membantu karyawan dalam proses pembuatannya juga." Ucap Belva yang sebenarnya merasa tidak enak hati pada Mamanya.
"Tidak apa-apa sayang. Mama sangat paham posisimu saat ini. Butik milikmu baru mulai merangkak. Saran Mama lebih baik kamu fokus mengembangkan butik barumu di sana. Untuk butik Mama bisa Fransy yang handle."
"Terima kasih Ma, ya sudah kalau begitu aku tutup dulu teleponnya. Mama dan Papa jaga kesehatan di sana. Salam untuk Papa."
"Iya sayang. Kamu juga ya, oh iya apa Roichi mampir ke tempat mu ? Dia untuk beberapa bulan ada pekerjaan di Indonesia." Tanya Nyonya Hector sebelum mengakhiri panggilan.
"Iya Ma, setiap weekend Om Roichi ke rumah untuk sekedar mengajak jalan-jalan si kembar."
"Oke baiklah. Ya sudah bye sayang. Jaga diri baik-baik." Nyonya Hector mematikan sambungan telepon mereka.
Belva dapat bernafas lega, beberapa jadwalnya akan berkurang. Untung saja Mamanya mengerti dirinya saat ini. Ia bisa fokus pada para customer butiknya sendiri.
Tak lama Bella masuk ke dalam ruangan Belva. Gadis itu membawa secangkir teh hangat untuk bos-nya.
"Permisi Nona, ini saya bawakan teh hangat. Apa Nona masih akan berada di sini ? Ini sudah sore dan karyawan yang lain sudah pulang." Ucap Bella.
"Ah Bella. Terima kasih teh nya. Letakan saja di atas meja. Sepertinya aku harus lembur untuk pesanan gaun atas nama Winda." Ucap Belva yang sudah memutuskan.
"Baiklah, saya akan menemani Nona di sini."
"Terima kasih Bella, tapi lebih baik kamu pulang saja. Sudah sejak pagi kamu berada di sini."
"Tidak apa Nona, toh di sini ataupun di rumah sama saja. Setidaknya jika saya di sini Nona tidak akan kebosanan dengan setumpuk desain itu." Kelakar Bella.
Belwa tertawa dengan ucapan Bella. "Baiklah terserah kamu saja. Apa pencarian karyawan baru sudah dimulai ?"
"Sudah saya posting di media sosial Nona. Kita tinggal menunggu mereka yang bersedia melamar pekerjaan itu." Jawab Bella.
"Oke, Bella... Aku ingin meminta pendapatmu."
"Pendapat apa Nona ?" Tanya Bella sedikit penasaran.
"Beberapa bulan kita di sini, kita selalu pergi kemana-mana menggunakan taksi. Anak-anak juga terkadang aku kasihan dengan mereka yang sudah kelelahan tapi masih harus menunggu taksi datang. Apa sebaiknya aku beli mobil sendiri saja ya untuk transportasi kita."
Bella tampak sedikit berpikiran, harus memberikan pendapat seperti apa nanti pada Belva. "Apa yang membuat Nona merasa ragu untuk membeli kendaraan itu ?"
"Kamu tahu sendiri kita sedang merintis butik ini. Butik ini baru mulai merangkak. Tentu membutuhkan uang yang cukup banyak. Meski ada Mama dan Papa yang bersedia membantuku tapi aku tidak bisa terus merepotkan mereka."
"Saya mengerti Nona, tapi jika untuk kebaikan dan kenyamanan si kembar. Menurut saya ada baiknya kita memang memiliki kendaraan sendiri. Terlebih saat ini cuacanya di sini tak sama seperti di Jerman. Di sini terkadang panas sekali tapi terkadang tiba-tiba hujan deras."
Belva mengangguk sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Bella. "Kamu benar Bella, lagi pula ada beberapa pesanan gaun juga yang nanti hasilnya bisa kita putar kembali untuk menambah modal usaha butik ini."
"Nona, benar untuk sementara memang keuntungan penjualan saat ini kita gunakan untuk mengembangkan butik ini dulu."
"Oh iya Nona, tadi ada tambahan dari Nona Winda mengenai pesanan gaunnya."
"Tambahan ? Maksudnya apa ada revisi konsep gaunnya ?" Tanya Belva.
"Bukan, tapi dia memesan gaun lagi sebanyak empat potong jadi total ada sepuluh potong gaun milik Nona Winda." Ucap Bella dan Belva pun mengangguk.
Belva merasa senang sekali, ia bertambah bersemangat untuk bekerja. Semoga ini adalah awal yang baik untuk perkembangan butiknya nanti.
Terlebih saat ini ia harus bekerja keras untuk menghidupi banyak orang. Anak-anaknya, Bella dan juga Budhe Rohimah adalah tanggung jawabnya selama berada di Indonesia. Selain itu kini ditambah ia memiliki karyawan dibutuhkan sebanyak dua orang dan akan bertambah satu lagi nanti.
Untuk pesanan yang lain sudah ada beberapa yang jadi dan tinggal menunggu untuk diambil. Belva sangat yakin terlebih sudah ada beberapa yang mulai menjadi pelanggan setianya.
Hari terus berganti, kini Belva sudah memiliki kendaraan pribadi untuk aktivitasnya sehari-hari. Dan kini Budhe Rohimah yang beralih menjaga Duo Kay, sedangkan Bella fokus membantu butik.
Semakin hari banyak pesanan berdatangan dengan deadline bulan depan. Tidak ada yang sulit bagi Belva saat ini ketika ia harus fokus pada butiknya sendiri.
Dalam proses pembuatan semua gaun-gaun itu Belva juga turun tangan dalam pemilihan bahan dan juga proses yang lain. Memotong pola dan juga menjahit. Tenaganya memang banyak terkuras saat ini. Tapi tak apa menurutnya, ini semua ia lakukan untuk kemajuan butiknya sendiri. Tak ingin mengecewakan pelanggannya, jadia ia harus memastikan sendiri kinerja dan hasil karyanya.
Beruntung ia memiliki Bella yang menjadi asistennya saat ini di butik. Gadis itu juga cukup cerdas, ia bisa belajar dengan cepat. Sehingga Belva tak merasa kesulitan dalam bekerja. Mereka semua bekerjasama dengan baik.
Para karyawan merasa sangat nyaman bekerja dengan Belva karena sikapnya yang baik, lembut dan juga sopan dalam memperlakukan karyawan. Semua yang bekerja dengannya selalu dianggapnya keluarga. Perjalanan hidupnya yang mampu membentuk pribadi Belva hingga seperti ini. Ia tak banyak memiliki keluarga, bersama para pegawainya ia bisa merasakan memiliki banyak keluarga.
"Nona, ini sudah waktunya menjemput Duo Kay. Apa Nona masih sibuk ? Jika masih biarkan saya yang menjemput mereka." Ucap Bella.
Belva melihat benda yang melingkari pergelangan tangannya, sudah siang waktunya Duo Kay pulang sekolah.
"Oke, biar aku saja Bella. Kamu handle butik saja."
"Baik Nona."
Belva mengambil tasnya, ponsel serta kunci mobilnya. Meski sibuk sebisa mungkin ia harus memiliki waktu untuk mengurus kedua anaknya. Namun, jika terpaksa ia benar-benar tak bisa menghandle Duo Kay maka ia akan meminta tolong pada Bella ataupun Budhe Rohimah.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menjemput Duo Kay di sekolahnya. Memang jarak dan waktu sudah dipikirkan oleh Belva sebelumnya.
Sampai sekolah, beberapa kendaraan sudah banyak yang keluar dari gerbang sekolah. Pertanda sudah banyak murid yang dijemput oleh orang tua mereka masing-masing.
Memarkirkan mobil di tempat parkir yang sudah disediakan. Belva keluar mobil dengan menenteng tas di pundaknya. Langkah kakinya berjalan dengan cepat menemui kedua bocah kembarnya.
"Mamiii...." Teriak Duo Kay saat melihat Maminya telah datang.
"Hai sayang. Sudah lama menunggu Mami ?" Tanya Belva. Mereka berdua menggeleng cepat.
"Hallo Mami Kay." Panggil Farel yang juga berdiri di belakang Kaili.
"Oh hai sayang... Kamu belum dijemput ?" Tanya Belva pada Farel.
"Belum... Ah itu Mamaku." Jari telunjuk kecilnya menunjuk ke arah Mamanya yang sedang berjalan menuju ke arahnya.
Belva yang melihat Mama Farel menghampiri, ia tersenyum untuk menyapa Mama Farel. Demikian Mama Farel membalas senyuman dari Belva. Memang Mama Farel sekilas terlihat bukan wanita yang ramah.
"Ayo Farel pulang. Terima kasih Nona sudah menemani putra saya." Ucap Mama Farel.
"Ah tidak Nyonya, saya baru saja datang menjemput anak-anak saya." Jawab Belva.
"Anak-anak ? Yang mana anak anda Nyonya ?" Tanya Mama Farel tak percaya jika Belva sudah memiliki anak. Karena penampilan Belva yang masih terlihat muda. Berbeda dengan dirinya.
"Kedua anak ini adalah anak saya Nyonya." Jawab Belva dengan ramah dan sopan.
"Hallo Mama Farel." Kaila si gadis cerewet itu menyapa Mama Farel dengan melambaikan tangan. Sapaan itu berhasil membuat Mama Farel mengalihkan perhatiannya.
Sedetik kemudian Kaila mengulurkan tangannya mungil nya ke arah Mama Farel. Wanita dewasa itu tahu maksudnya adalah meminta bersalaman. Tapi tak menyangka jika Kaila akan mencium punggung tangannya.
"Aku Kaila, anak Mamiku. Aku juga teman Farel." Kaila memperkenalkan diri dihadapan Farel.
Belva hanya tersenyum melihat tingkah putrinya. Mama Farel yang sebenarnya sangat menginginkan anak perempuan, melihat tingkah Kaila merasa sangat gemas.
"Hallo juga sayang. Perkenalkan aku Mama Farel teman kamu." Mama Farel mengelus kepala Kaila.
"Nona, saya tak menyangka jika mereka adalah anak-anakmu. Sepertinya Farel sering sekali bermain bersama kedua anak anda. Beberapa kali saya melihat mereka selalu berada di sini menunggu jemputan bersama satu anak laki-laki lagi."
"Iya Nyonya, saya juga sering melihat Farel menunggu jemputan bersama si kembar."
Akhirnya percakapan singkat itu berujung menjadi sebuah perkenalan bagi Belva dan juga Mama Farel. Satu lagi kenalan yang mungkin saja akan menjadi bagian dari seseorang yang Belva anggap keluarga.
Mereka berpisah di halaman parkir mobil karena letak mobil mereka yang jaraknya cukup jauh. Duo Kay memilih untuk ikut Mami mereka ke butik. Jadi, Belva harus menghubungi Budhe Rohimah agar tidak merasa khawatir menunggu kepulangan cucunya.
Dalam perjalanan pulang, Belva mampir ke minimarket sesuai keinginan Kaili dan juga Kaila. Merek meminta jajanan untuk bekal mereka di butik nanti.
****
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Terimakasih buat para reader setia.
Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.
Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏