NovelToon NovelToon
GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Patahhati / Cerai
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Na_Vya

Galang Aditya Pratama—seorang pengacara ternama yang dikhianati oleh sang istri hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Cinta Amara hadir di kehidupannya sebagai sekretaris baru. Amara memiliki seorang putri, tetapi ternyata putri Amara yang bernama Kasih tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang selama ini dicari Galang.

Lantas, siapakah sebenarnya Kasih bagi Galang?
Dan, apakah Amara akan mengetahui perasaan Galang yang sebenarnya?


###


"Beri saya kesempatan. Temani saya Amara. Jadilah obat untuk menyembuhkan luka di hati saya yang belum sepenuhnya kering. Kamulah alasan saya untuk berani mencintai seorang wanita lagi. Apakah itu belum cukup?" Galang~

"Bapak masih suami orang. Mana mungkin saya menjalin hubungan dengan milik wanita lain." Amara~


***

silakan follow me...

IG @aisyahdwinavyana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Vya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34~

~SAYA MENYUKAI KAMU, AMARA.

###

"Mas." Vanila sontak berdiri begitu melihat Galang membuka matanya. Dia mendekat dan memegang tangan lelaki itu.

Kevin yang berdiri cukup jauh dari bed, segera ikut mendekat.

"Pak, Anda sudah sadar?" tanyanya kemudian.

Pandangan Galang memindai sesaat seluruh ruangan serba putih itu, dia kemudian bertanya tanpa menjawab pertanyaan Kevin.

"Saya ... ada di rumah sakit?" Tatapannya tertuju pada Kevin di sampingnya, lantas menoleh pada Vanila.

"Iya, Pak. Anda sekarang berada di rumah sakit." Kevin menjawab seraya melirik Amara yang masih betah berdiri di ujung sana.

Dirinya bertanya-tanya, kenapa Amara tidak mendekat ke mari. Malah memilih berdiri mematung di sana.

"Saya di rumah sakit? Kenapa?" Rupanya Galang masih belum mengingat kejadian yang menimpanya.

"A—"

"Mas itu masuk rumah sakit karena dehidrasi, asam lambung Mas kambuh, terus semaleman Mas pingsan." Vanila menyela Kevin begitu saja. Sorot matanya sinis melirik Amara.

"Pingsan? Ah, iya. Semalem saya diare," kata Galang yang baru mengingatnya.

Kevin menatap Galang, dia nampak ingin mengatakan sesuatu. Namun, mulutnya terasa sangat berat lantaran Vanila terus menatapnya. Seolah dari tatapannya itu, Vanila memberi kode untuk tidak banyak bicara.

Ruangan itu hening sesaat. Samar-samar Galang mengingat kejadian semalam. Niatnya yang ingin tidur harus tertunda sebab perutnya mendadak kembali mulas. Dia pun bolak-balik ke toilet lagi, sampai tubuhnya benar-benar merasa lemas dan pandangannya berkunang-kunang. Lalu, entah apa yang terjadi selanjutnya dia tidak ingat.

"Kevin," panggil Galang.

"Iya, Pak."

"Siapa yang membawa saya ke rumah sakit? Setahu saya pembantu di rumah libur semua."

Seingat Galang, Bi Ratna sempat pamit cuti sehari sebab ada acara di rumahnya. Lalu, pembantu yang lain di berikan cuti satu hari olehnya. Terkecuali, sopir dan sekuriti.

Sebelum menjawab, Kevin melirik Vanila yang memasang raut masam sejak tadi.

"Yang membawa Anda ke rumah sakit Mbak Amara, Pak," jawabnya kemudian.

"Amara?"

"Iya, Pak." Kevin mengangguk.

"Terus, sekarang ke mana dia?"

"Di—"

"Mas! Kamu kenapa cari dia? Dia itu sekretaris enggak becus! Gara-gara dia kamu jadi masuk rumah sakit." Vanila menyela Kevin untuk yang kedua kalinya.

Sementara Kevin cuma bisa menggerutu dalam hati. Vanila benar-benar menyebalkan menurutnya.

Sorot mata Galang berubah tajam, dia sama sekali tidak bisa terima bila Amara disalahkan atas apa yang terjadi padanya.

"Lebih baik kamu diam, Vanila! Saya enggak tanya sama kamu! Lagian, buat apa kamu ke sini? Bukankah kita udah enggak ada hubungan lagi?" sembur Galang yang lantas membuat Vanila semakin kesal.

"Mas! Kamu—"

"Bawa dia keluar! Saya enggak mau lihat dia di sini lagi." Galang memerintah Kevin tanpa mau menatap Vanila yang nampak bersungut-sungut.

Kevin mengangguk patuh. "Baik, Pak." Dia lalu menghampiri Vanila. "Silakan Anda keluar, Nyonya. Pak Galang tidak mau diganggu oleh Anda," pintanya pada Vanila.

"Mas! Kamu enggak bisa ngusir aku kayak begini! Mas!" Vanila mencoba untuk memegang tangan Galang, namun dengan cepat ditepis lelaki itu.

"Keluarlah, Vanila! Saya udah enggak ada urusan lagi sama kamu," usir Galang yang tidak ingin mendengarkan atau pun melihat wajah Vanila lagi.

"Mas!"

"Pergi!" bentakan Galang menggema di seluruh ruangan itu hingga Vanila berjengit lantaran kaget, pun dengan Amara yang ada di ujung sana. Sudut mata Galang melirik perempuan itu. 'Kenapa dia berdiri di sana?' batin Galang bertanya-tanya.

"Mari, Nyonya. Kita keluar." Kevin mengingatkan sekali lagi.

Vanila berdecak nyaring. "Saya bisa keluar sendiri!" ucapnya yang kemudian pergi dari ruangan itu dengan rasa dongkol.

"Kamu urus semuanya. Beri dia apa saja. Saya sudah tidak mau berurusan dengannya," ujar Galang memerintah asistennya.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Kevin pamit undur diri.

"Terima kasih."

"Sama-sama, Pak." Pemuda itu pun mengikuti Vanila pergi, namun sebelum keluar dia menatap Amara sekilas dan menganggukkan kepala.

Amara hanya mengulas senyum seraya ikut mengangguk. Dia memandang punggung Kevin yang perlahan menjauh dari pandangannya dan keluar dari ruangan itu.

Kini di ruangan itu hanya ada dia dan Galang.

"Amara."

Panggilan Galang membuat Amara terhenyak, dan sontak menoleh.

"I-iya, Pak." Bola matanya bergerak gelisah seraya meremat jari-jarinya sendiri.

Sudut bibir Galang tertarik ke atas. Merasa lucu dengan tingkah Amara.

"Mau sampai kamu berdiri di sana? Apa kamu enggak mau tanya keadaan saya? Setelah kamu buat saya masuk rumah sakit seperti ini?" Lelaki itu sengaja menggoda Amara yang nampak ketakutan.

Sedangkan perempuan yang membiarkan rambutnya tergerai itu menelan ludahnya susah payah.

"Em, i-iya, Pak." Dengan berat, kaki kecilnya itu melangkah mendekati bed. Kepalanya terus menunduk.

"Tolong bantu saya duduk. Kamu bisa 'kan?" pinta Galang yang berusaha untuk bangkit.

Amara gegas mendekat dan membantunya. "Sa-saya bantu, Pak." Dia memegang kedua lengan kekar Galang, lalu dengan hati-hati dia membantu Galang duduk bersandar di kepala bed.

"Terima kasih," ucap Galang setelah berhasil duduk dengan nyaman.

"Sama-sama, Pak." Refleks Amara beringsut mundur. Dia kembali diam dan menunduk. Mulutnya lantas terbuka dan ingin berkata, "Sa—"

"Sudahlah. Saya enggak akan nuntut kamu. Saya tadi cuma bercanda." Galang memotong perkataan Amara yang dia tahu arahnya akan ke mana.

Kepala Amara sontak terangkat. Keningnya mengerut sangat dalam.

Galang tersenyum, lalu berkata lagi. "Semua ini kesalahan saya. Jadi, kamu enggak perlu merasa takut atau pun merasa bersalah."

"Tapi, Pak. Saya yang udah ajak Anda makan di sana," sergah Amara yang masih merasa bersalah.

Menggeleng cepat lantas menyahut, "Udah. Enggak usah dibahas lagi. Toh, saya baik-baik saja."

Mendengar itu, Amara yang hendak menimpali, urung dilakukan sebab Galang memberinya kode dengan menempelkan telunjuknya di bibir.

"Ssst! Udah. Lupain aja. Kamu enggak salah," putus Galang yang tak ingin berdebat lebih jauh lagi.

Amara mengangguk pelan kemudian berkata, "Ba-baik." 'Kayaknya aku harus tunda dulu pamit sama Pak Galang. Kalo aku mau pulang ke rumah aja.' Batinnya menyeru.

"Amara. Mendekatlah."

"Sa-saya?"

"Iya, kamu. Memang siapa lagi?"

Perempuan itu melangkah mendekati Galang. Dia tidak berani menatap wajah tampan bosnya itu. Wajah yang sangat terlihat tegas dan menawan. Sedangkan Galang justru tak ingin lepas menatap Amara. Bibirnya sejak tadi mengulum senyum.

"Duduklah." Amara berjengit lantaran tiba-tiba Galang menyentuh tangannya dan menuntunnya untuk duduk di bed.

"Tapi, Pak—" Amara sempat ingin mundur, tetapi dengan cepat Galang menahannya.

"Ssst! Jangan membantah saya. Ayo duduk."

Bak orang yang terhipnotis, Amara menuruti perintah atasannya ini. Dia pun mendaratkan bokongnya perlahan-lahan. Duduk berhadapan dengan Galang seperti ini membuat jantungnya berdetak tak keruan. Untuk menggerakkan bola mata saja, rasanya terlalu berat. Sorot mata lelaki ini begitu dalam dan seperti sihir. Dari dekat, Amara bisa melihat manik kecokelatan milik Galang.

Hidung yang mancung, bibir yang tipis, rahang yang tegas, tatapan yang tajam, dan suaranya yang sangat khas. Itu semua menarik perhatian Amara.

"Amara."

"I-iya, Pak."

Keduanya sama-sama saling menatap tanpa berkedip.

"Saya mau bicara jujur sama kamu."

"Bi-bicara apa?" Bola mata Amara terus bergulir ke sana kemari. Dia benar-benar takut jika khilaf. Galang nampak sangat serius.

Tiba-tiba Galang mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Amara.

"Pak." Amara tersentak dengan apa yang terjadi. Hangatnya telapak tangan Galang saat menyentuh kulitnya, menimbulkan desiran aneh di dadanya.

Dia ingin berdiri dan menjauh, tetapi lagi-lagi Galang menahannya. Lelaki itu sudah bertekad ingin mengatakan yang sebenarnya. Mungkin ini terlalu cepat dan terdengar tidak masuk akal. Namun, dia sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi gejolak perasaannya yang semakin menggila.

Hening.

Amara membeku di hadapan Galang yang enggan melepaskan tangannya. Dia terus menelisik sorot mata atasannya itu. Berusaha mencari-cari jawaban. Sikap Galang padanya sungguh di luar dugaan.

"Pak. Anda kenapa? Saya merasa enggak nyaman." Amara ingin menarik tangannya tetapi Galang masih menahannya.

Galang tersenyum, kemudian mengecup punggung tangan Amara.

"Saya enggak ada niat berbuat kurang ajar sama kamu. Saya cuma mau mengatakan apa yang saya rasakan selama ini."

Bola mata Amara sontak melebar, dia tidak menyangka jika Galang akan bertindak sejauh ini. Namun, dia juga merasa tidak enak untuk marah apalagi sampai berteriak.

Terlalu berlebihan—pikirnya.

Jantung keduanya berdetak seirama. Pikiran mereka berpusat pada sorot mata masing-masing. Hingga di detik berikutnya, Galang membulatkan tekad untuk melanjutkan lagi ucapannya.

"Amara. Selama ini saya menyukai kamu. Saya mencintai kamu, Amara."

###

tbc...

1
Vitriani
Lumayan
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
nah gini dong lang, jgn oon
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
gk heran sii..secara pergaulan vanilla begitu
Masumi Hayami
ini serius udah END?
Atau penulis nya udah keabisan ide utk kelanjutannya?
sayang klo ga sampe abis n ending yg entah itu happy or sed ending.
setidaknya di selesaikan dulu sampe finish. jangan ngegantung.
sri lestari
bagusan
Dewa Dewi
kapan Kasih bahagianya thor? bukannya sembuh malah dikasih penyakit lain.... kayanya author punya dendam sama Kasih
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
kasian Kasih 😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
makin posesif aja Galang
Dewa Dewi
ini udh abis apa blm thor? kok ceritanya masih gantung ya? Kasih blm sembuh juga .... berharap ada lanjutannya trs Kasih sembuh dr sakitnya
Dewa Dewi
instruksi kali thor
Dewa Dewi
Aldo lucu bgt😁😁😁😁
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
gitu dong Lang jadi cowok tuh harus tegas
Dewa Dewi
rasain lu Vanila
Dewa Dewi
👍👍
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
dasar pasangan biadab 🤬🤬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!