Anak Genius : Opa Muda Is Your Daddy
Pagi-pagi buta Belva Evanthe gadis berusia 17 tahun itu telah bangun dari tidur nya. Rutinitas pertama sebagai pembantu bersama Budhe nya Rohimah adalah bangun pagi-pagi buta untuk bekerja membersihkan rumah dan memasak. Meski hari ini adalah hari libur, biasa memang Belva bekerja sebelum berangkat sekolah.
Tanpa mengeluh Belva justru bekerja dengan riang dan ikhlas sebagai pembantu sejak 2 tahun yang lalu. Kedua orang tuanya sudah meninggal saat bencana longsor di desanya. Budhe Rohimah membawa nya ke Jakarta sejak Belva menjadi yatim piatu karena Budhe Rohimah adalah keluarga satu-satunya.
Saat membersihkan rumah, majikan nya yang tampan dan gagah melewati nya tanpa menyapa sedikit pun hanya melirik sejenak lalu berlalu begitu saja. Belva hanya menganggukkan kepalanya sebagai rasa hormat.
Hari semakin terang Belva dan Budhe Rohimah menyiapkan makanan untuk sarapan pagi bagi keluarga majikan mereka. Belva menata makanan di atas meja.
"Pagi Belva..." Gaya elegan dan angkuh Sonia masih terlihat. Meski sapaan itu selalu ada untuk kedua pembantu nya.
Sonia merupakan Nyonya di rumah besar ini. Meski begitu Sonia masih baik menjadi majikan, tidak pernah menyiksa, justru cenderung cuek dengan para pembantu nya. Bahkan kebaikan nya terasa oleh Belva yang ditanggung biaya hidupnya saat bersekolah di SMA Seven Blue School sebuah sekolah swasta terbaik bersama putrinya.
"Selamat pagi Nyonya." Balas Belva dengan tersenyum ramah. Saat bersamaan Satya selaku Tuan rumah duduk di ruang makan tanpa menyapa. "Selama pagi Tuan." Sapa Belva seperti biasa tidak ada respon sama sekali tapi Belva tetap melakukan itu sebagai rasa hormat nya.
"Apa aku makan harus menunggu putri mu." Ucap Satya dengan nada datar dan dingin nya. Sonia yang merasa ucapan itu ditujukan padanya langsung memberikan perintah pada pembantu muda nya.
"Belva, bangunkan Alya. Kami menunggu untuk sarapan." Perintah Sonia yang di angguki Belva. Tidak ada senyum ataupun kemarahan dari wajah Sonia.
Pembantu muda itu naik ke kamar Alya anak majikan nya sekaligus teman akrab nya. Mengetuk pintu dan membangun kan Alya. Gadis itu terbangun dengan wajah bantal nya langsung mencuci muka dan menggosok gigi. Tak perlu mandi gadis itu turun ke bawah untuk menemui kedua orang tuanya.
"Morning Daddy... Morning Mom." Dengan cueknya Alya menarik kursi dan duduk bersebrangan dengan Sonia dan tepat di samping Satya.
"Morning sayang." Balas Sonia dengan nada ringan, senyum tipis menghiasi bibir nya sembari tangan nya meletakkan piring yang berisi nasi dan segala lauk pauknya di hadapan nya sendiri.
Klunting...!! Suara sendok di letakkan di atas piring dengan kasar. "Tidak bisakah kamu menghargai orang yang sedang makan dengan mandi lah terlebih dahulu. Selera makan ku hilang karena mu Alya." Suara berat dengan nada tegas Satya dan tatapan mata tajam nya membuat Alya kaku dan terdiam hanya lirikan sejenak terarah pada Daddy nya saat suara nada tegas itu terucap.
Sonia menghela nafas dan memutar bola matanya jengah. Setiap berkumpul pasti ada saja ketidakcocokan diantara keluarga kecil nya ini. "Alya... Kamu lihat Belva pagi-pagi sudah mengerjakan ini itu. Dan pasti juga sudah mandi sayang. Bisa kah kamu mengikuti nya ? Setiap hari kenapa harus membuat Daddy mu marah." Tatapan mata Sonia tertuju pada putrinya, berharap Alya mengerti akan ucapan nya.
Satya tiba-tiba berdiri memundurkan kursi nya dengan kasar hingga suara gesekan antara kaki kursi dan lantai berderit terdengar melengking. Pria itu pergi begitu saja ke kantor membiarkan sarapan pagi nya tak tersentuh sama sekali, serta tanpa berpamitan pada siapapun yang ada di hadapan nya. Selera makannya hilang begitu saja gara-gara Alya yang dengan tak tahu diri duduk mengikuti kegiatan sarapan tanpa membersihkan diri dengan benar.
"Makan dan mandi lah segera. Hari ini Mommy ada acara bersama teman-teman Mommy di Singapura selama 1 minggu." Ucap Sonia dengan santai. Sudah biasa baginya melihat suaminya bersikap arogan dan dingin seperti itu. Sonia tak terpengaruh sama sekali sebenarnya, hanya saja malas mendengar perdebatan saat dirinya sarapan jadi setidaknya menunjukkan diri untuk menengahi perdebatan.
"Belva lagi... Belva lagi... Lama-lama aku muak dengan pembantu itu." Gumam Alya dalam hati. Wajah nya tak mengekspresikan apapun tapi tatapan matanya melirik tak suka pada Belva.
***
Di kantor Satya sibuk bekerja mengecek segala laporan yang ada. Fokus nya terpecah karena ponsel nya berbunyi, satu pesan masuk dari istri nya yang mengatakan jika nyonya rumah Balakosa itu sudah berada di bandara dan akan bertolak ke Singapura.
Satya menghela nafas, rasa nya malas sekali bertahun-tahun istrinya tak pernah berubah. Pesan pamitan itu tak dibalas oleh Satya, dia justru melanjutkan pekerjaan nya yang lebih penting ketimbang mengurusi istrinya yang susah untuk diatur.
Sore sebagai waktu bagi para pekerja selesai dengan pekerjaan nya. Satya tak langsung pulang melainkan mobil nya menuju ke suatu bar. Pusing dengan pekerjaan dan pikiran nya juga terus memikirkan kelakuan Sonia. Satya meminum banyak alkohol untuk melepas penat dan stress nya.
Pria itu mabuk berat hingga pegawai bar terpaksa memeriksa kartu identitas nya dan menghubungi taksi online untuk mengantar nya pulang ke rumah.
Belva yang sudah bersiap untuk tidur, seperti kebiasaan nya mengambil air untuk dibawa masuk ke dalam kamar nya. Setelah menutup pintu kamar tiba-tiba kamar nya di ketuk lantas gadis cantik itu membuka pintu kamarnya.
"Alya, ada apa ?" Belva memperhatikan Alya. Penasaran untuk apa malam-malam datang mengetuk pintu kamarnya.
"Bel, aku lapar bisa minta tolong buatkan aku mie rebus ? Tolong lah." Tatapan puppy eyes sangat terlihat dimata Alya jika dia memohon untuk dibuatkan makanan penghilang rasa lapar. Belva tak bisa menolak karena Alya anak majikan nya sendiri. "Baiklah... Akan aku buatkan. Kamu tunggu sebentar ya." Senyum manis yang biasa Belva berikan kepada siapapun.
Menahan kantuk Belva membuat mi rebus untuk Alya dan mengantarkan nya ke kamar Alya. Selesai dengan urusan Alya, dirasa tidak ada hal penting lain yang harus dikerjakan nya Belva kembali ke kamar, baru masuk ke dalam kamar nya sendiri dan minum air putih nya terdengar bel pintu utama berbunyi. Terpaksa Belva melangkah kan kaki nya dengan berat, rasa kantuk nya sudah bergelayut manja. Dia membukakan pintu utama terlihat olehnya Tuan Satya pulang dengan keadaan mabuk berat bersama seorang pria paruh baya.
"Loh Pak ini kenapa ?" Tanya Belva terkejut dan penasaran, tak biasanya majikannya itu pulang dalam keadaan mabuk. "Mabuk berat Mbak, saya cuma mengantar kan pulang saja. Tolong dibawa masuk Mbak kasihan. Saya permisi dulu." Ucap sopir taksi online yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari gadis yang ada di depannya.
"Loh kok ditinggalkan bagaimana aku membawa Tuan Satya." Belva bermonolog. Bingung sendiri, sopir itu bukan menolongnya untuk membantu memapah orang mabuk ini tapi malah langsung pergi. Pak Jajak satpam rumah sedang sakit, jadi pria paruh baya itu hanya bisa berjaga di pos dengan tubuh lemas nya. Membukakan pintu gerbang saja sudah terasa mengkhawatirkan saat sore tadi.
Susah payah menuntun tubuh jangkung dan kekar majikannya menaiki tangga hingga masuk ke dalam kamar pria itu saja sudah butuh waktu hampir 15 menit hanya untuk berjalan sempoyongan menuju kamar.
"Hufthh... Capek nya... Berat juga ini badan Tuan." Gumam Belva dalam hati. Dirinya menghela nafas lelah.
"Aduh kok badan ku aneh begini." Belva merasakan tubuhnya menjadi panas tapi tak merasa jika dirinya sedang sakit. Saat memasuki kamar Satya, Belva membaringkan tubuh Satya.
Dalam posisi mabuk Satya menatap Belva. Dalam pandangan nya sosok pembantu muda itu seperti melihat Sonia istrinya. Amarah kembali merasuk di hati Satya, rahangnya mengeras, seketika dirinya ingin melampiaskan kemarahannya dengan berhubungan intim dengan istrinya.
"Sonia..." Panggil Satya, rahang yang mengeras itu kini menghasilkan bunyi gemeletuk dari gesekan gigi geraham nya. Pria itu menarik dengan kasar pergelangan tangan Belva yang saat itu sedang membantu membaringkan tubuh Satya sehingga Belva tertarik ambruk di atas tubuh Satya dan dengan cepat pria bertubuh kekar itu membalikkan posisi dengan menindih Belva.
"Ya Tuhan !! Tuan..!!" Pekik Belva, matanya terbuka lebar dengan mulut terbuka dan kedua alis yang terangkat ke atas. Belva terkejut saat Tuan nya menarik dirinya terlebih memaksa mencium bibir nya.
Wajah gadis itu bergerak ke samping kanan dan kiri menghindari aksi majikan nya. Bau alkohol yang sangat menyengat tercium oleh Indra penciuman Belva. Tangan Belva berusaha mendorong tubuh majikan nya agar menjauh saat Satya sudah menguasai bibir kenyal Belva. Seketika rasa panas dan gerah dalam tubuh Belva menjadi-jadi, tubuh nya menjadi gelisah serta libido nya meningkat. Otak waras nya untuk menolak Tuan nya sudah menguap entah kemana tubuh nya tak bisa menolak dan menginginkan untuk di sentuh.
Setiap sentuhan Satya membuat Belva ingin merasakan lebih dan lebih. Bibir bawah nya tergigit oleh gigi nya sendiri saking tak tahan akan libido nya yang meningkat.
"Akh..." Desahan keluar dari bibir Belva. Merasakan kenikmatan tatkala area genital nya telah tersentuh dengan benda lain sebagai pasangan nya.
"Kamu pulang Sonia ? Sudah seharusnya kamu melayani ku seperti ini." Geram Satya. Tubuhnya masih terus bergerak dibawah sana. Rasa nikmat dan amarah bercampur jadi satu.
"Tuanhh... Aahh..." Kegiatan ini di dominasi oleh Satya, meski dirinya mabuk berat bukan berarti dirinya teler tapi pria itu tetap bisa mengendalikan diri untuk bermain. "Mendesah lah Sonia... Akan ku buat kamu tak berjalan besok." Rahang Satya mengeras. Sonia tidak pernah ada waktu untuk melayani nya. Pekikan Belva atas gerakan kasar nya tak dihiraukan oleh Satya si pria arogan dan dingin.
Pintu kamar Satya tak tertutup rapat. Desahan dan ucapan Satya terdengar hingga luar. Alya membelalakkan mata, mulutnya terbuka bersamaan dengan alis yang terangkat. Satu telapak tangannya digunakan untuk menutup mulut yang reflek terbuka saat melihat apa yang dilakukan Daddy nya dengan Belva.
Marah dan takut saat ini bercampur dalam hati Alya. "Bodoh... Kenapa jadi begini." Alya beralih mengigit kuku nya dan menggenggam erat handel pintu kamar Satya.
Pagi-pagi buta Belva terbangun tubuh nya terasa lelah sekali kepala nya juga terasa berat akibat aktivitas ekstra yang terjadi semalam. Tubuh bergeliat tak sengaja tangan nya menyenggol lengan Satya. Mata nya terbelalak seketika menutup mulut agar tak berteriak, melihat dada bidang Tuan nya spontan Belva melirik dirinya sendiri. Teringat malam panas nya bersama Satya, otak waras nya masih teringat Satya yang memaksa mencium nya dan tubuhnya yang terasa aneh.
Air mata Belva mengalir seketika mengingat kejadian tadi malam. Kedua tangannya meremas dengan kuat ujung selimut yang menutupi tubuhnya. Segera dia beranjak dari ranjang takut akan sifat Tuan nya yang arogan. "Sshh... Aow.." rintih Belva. Area genitalnya terasa sakit. Namun, tetap dipaksakan nya memunguti baju dan mengenakannya kembali secara sembarang. Belva berjalan keluar dari kamar Satya dengan langkah menahan sakit di tubuh nya.
***
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Apa yang terjadi selanjutnya ?? Simak terus kisah nya !!
Terimakasih buat para reader setia.
Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.
Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Putri Naimah
bagus
2022-06-15
1
Nurmiahana Nana
q mampir nih
2022-05-19
1
Beryl
kayaknya seru nih
2022-03-26
1