NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Istri Kontrak Sang Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya
Popularitas:18.1k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Demi melunasi utang ayahnya yang menumpuk, Rumi rela menikah kontrak dengan Radit, duda kaya raya yang kehilangan istrinya tiga tahun silam karena perceraian.

Bagi mereka, pernikahan ini tak lebih dari sekadar kesepatakan. Rumi demi menyelamatkan keluarganya, Radit demi menenangkan ibunya yang terus mendesak soal pernikahan ulang. Tak ada cinta, hanya kewajiban.

Namun seiring waktu, Rumi mulai bisa melihat sisi lain dari Radit. Pria yang terluka, masih dibayang-bayangi masa lalu, tapi perlahan mulai membuka hati.

Saat benih cinta tumbuh di antara keterpaksaan, keduanya dihadapkan pada kenyataan pahit, semua ini hanyalah kontrak. Dan saat hati mulai memiliki rumah, mereka harus memilih. Tetap pada janji atau pergi sebelum rasa itu tumbuh semakin dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Beri Aku Kesempatan Kedua

Rumi duduk termenung di ruang tamu rumah ayahnya. Matanya sembab, kepala terasa berat, dan hatinya penuh luka. Tiba-tiba, pintu diketuk pelan.

Rumi menoleh, dan tersenyum tipis melihat sosok Novi yang berdiri dengan senyum hangat sambil membawa sebuah tas kecil berisi buah dan makanan ringan.

"Rum."

Rumi berdiri, menatap Novi dengan air mata yang mulai jauh. Ia tidak menyekanya sama sekali. Suaranya bergetar saat ia berkata, "Aku ... aku capek banget, Nov."

Novi langsung memeluk Rumi detik itu juga. Ikut menangis, ikut merasakan lukanya.

"Kenapa Mas Radit sampai begitu, Nov? Salahku di mana? Kurangku apa?"

Novi mengusap punggung Rumi. Dadanya ikut naik turun bersama tangis yang keluar.

Saat kabar yang mengejutkan itu datang, Novi ikut merasakan hancur.

"Nggak, Rum. Kamu nggak salah. Kamu nggak kurang. Kamu hebat karena masih bertahan. Untukmu, untuk bayi yang kamu kandung. Mas Radit pasti punya alasan kenapa dia sampai begitu. Tapi, apa pun yang terjadi nanti, kamu cukup tau kalau kamu enggak sendiri. Aku di sini. Bersamamu, Rumi."

Di ruang kerjanya yang hening, Radit duduk dengan wajah serius sambil menatap hasil tes kehamilan yang diberikan Nayara. Dalam hati dia bertekad, ini harus segera selesai.

Radit menghela napas panjang, lalu mengangkat telepon.

"Halo, Dokter. Saya butuh cek ulang hasil tes DNA kehamilan seorang wanita bernama Nayara. Ini penting untuk memastikan semuanya jelas."

Sambil menunggu kabar dari dokter, Radit mempersiapkan diri untuk bertemu Nayara.

Malam harinya, di sebuah kafe sepi, Radit menghubungi Nayara melalui pesan singkat.

"Nayara, kita perlu bicara. Aku ingin semua ini jelas, untuk kebaikan semua pihak."

Nayara yang sedang bersama teman-temannya membaca pesan itu dengan senyum licik.

Di lain sisi, Radit mulai mengumpulkan bukti dan informasi, memastikan dia punya pijakan kuat untuk melangkah.

Di ruang laboratorium, dokter menatap hasil tes DNA di layar komputer. Ia mengangkat telepon.

"Pak Radit, saya sudah mendapatkan hasil tes DNA yang Anda minta. Anak yang dikandung Nayara bukan anak Anda."

Radit menghela napas lega, namun ekspresinya tetap tegang.

"Jadi, Nayara hamil sebelum tanggal yang saya sebutkan di awal?"

"Betul, Pak. Hasil ini menunjukkan seperti itu."

Radit menunduk, mengingat malam yang dipenuhi kabut dan rasa bersalah. Ia tahu, walau dia sempat bersama Nayara, anak itu bukan dari dirinya.

Radit melangkah masuk ke sebuah kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Nayara malam ini. Wajahnya serius dan tegas.

Nayara yang sedang duduk, langsung tersenyum melihat Radit. Ia memang sudah menunggu pria itu dari tadi. Dengan make up cantik dan gaun ketat berwarna hitam.

"Akhirnya kamu datang, Dit. Aku pikir, kamu membatalkan pertemuan kita."

Radit mengeluarkan amplop berisi hasil tes DNA, meletakkannya di atas meja. "Ini hasil tesnya. Anak itu bukan anakku, Nayara."

Wajah Nayara berubah pucat, matanya berkaca-kaca, dan bibirnya bergetar menahan emosi.

"Kamu bilang apa, Radit. Ini adalah anakmu. Aku punya hasil tesnya dan kamu tau itu," sanggah Nayara berusaha mempertahankan ekspresinya sebagus mungkin.

"Dan aku juga tau kalau kamu memalsukan hasil tes itu." Radit menggeleng, menahan kesal dan kecewa.

Ia tak menyangka jika Nayara mampu berbuat sejahat itu. Dulu, dia adalah perempuan manis yang sempat ia cintai. Tapi sekarang, dirinya tak lebih dari seorang monster yang menakutkan.

"Malam itu aku memang ada di sana, tapi kehamilanmu sudah ada sebelum itu. Aku nggak mau dipermainkan lagi. Aku hanya ingin kita bereskan ini dengan baik, untuk semua yang terlibat.”

Nayara menunduk, air matanya mengalir deras. Dalam hatinya, dia tahu semuanya sudah hancur.

Sambil mengusap air matanya, Nayara menatap tajam ke Radit.

"Radit, kamu pikir aku akan mudah menyerah? Aku nggak mau kehilangan kamu. Kita pernah punya masa lalu, dan aku yakin, masih ada yang bisa kita bangun lagi," ucap Nayara dengan suara menggoda tapi putus asa.

Dia berdiri mendekat, mencoba menyentuh lengan Radit. "Kita bisa mulai dari nol. Aku janji, kali ini aku akan berbeda."

Radit mundur selangkah, menahan diri agar tak terbawa perasaan.

"Nayara, aku nggak bisa kembali ke masa lalu yang penuh kebohongan dan permainan. Aku sudah punya Rumi yang harus aku jaga."

Nayara menggigit bibir, wajahnya berubah menjadi campuran antara kesedihan dan kemarahan.

"Kamu pikir aku hanya mau kamu karena itu? Aku juga ingin bahagia, Radit. Dan aku yakin kamu juga."

Radit menghela napas dalam-dalam, menatap lurus ke matanya. "Kalau kamu benar-benar peduli, lepaskan aku dan biarkan aku bahagia dengan keluargaku."

Nayara menatap Radit dengan mata basah, namun tetap teguh. "Kita lihat, siapa nanti yang akan menang, Radit."

...****************...

Radit melangkah pelan ke depan pintu rumah Anwar. Wajahnya serius, campuran antara rasa bersalah dan tekad.

Di dalam, Rumi duduk termenung, menatap kosong ke luar jendela. Anwar masuk membawa segelas susu hangat, lalu duduk di samping putrinya.

"Rumi, Radit ingin bertemu dan menjelaskan semuanya. Kalau kamu tetap menolak, nanti kamu sendiri yang rugi."

Rumi menggeleng, suara serak dan getir. "Aku nggak mau dengar dia, Bapak. Semua ini terlalu berat."

Anwar menghela napas, lalu mengulurkan tangan menepuk bahu Rumi.

"Tapi Radit benar-benar ingin menjelaskannya, Nak. Kasih dia kesempatan."

Rumi ragu, tapi perlahan anggukan kecil keluar dari bibirnya.

Di saat itu, Radit mengetuk pintu dan masuk, pandangannya langsung mencari Rumi.

Dan Rumi terlihat di sana. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk Rumi seperti biasa. Namun, untuk sekarang rasanya tak mungkin. Rumi masih menolak untuk menatap matanya.

"Rumi, aku tahu aku sudah banyak salah. Aku datang bukan untuk meminta maaf kosong, tapi aku ingin kamu tahu semua yang sebenarnya."

Rumi menatap Radit, air mata mulai menggenang di matanya.

"Kalau memang masih ada kebenaran yang harus aku dengar, aku akan dengar. Tapi aku nggak janji semuanya akan mudah."

Radit mengangguk penuh harap. Ia kembali berkata, "Rumi, aku paham kenapa kamu kecewa dan marah. Semua yang terjadi bukan cuma salahku. Aku juga jadi korban dari kebohongan Nayara. Aku nggak pernah berbohong soal perasaanku padamu."

"Tapi kenapa aku harus percaya lagi, Mas? Semua ini terlalu rumit. Aku merasa kamu nggak pernah benar-benar terbuka sama aku."

"Aku takut, Rumi. Takut kalau aku ceritakan semuanya, kamu justru akan terluka lebih dalam. Aku pernah kehilangan seseorang karena kesibukanku sendiri. Aku nggak mau kehilanganmu juga."

"Kalau kamu benar-benar sayang, seharusnya kamu tunjukkan itu dari awal. Bukan malah buat aku bertanya-tanya dan ragu."

Radit menunduk, menahan air mata yang siap terjun kapan saja. "Aku minta maaf, Rumi. Aku janji mulai sekarang akan terbuka dan jujur. Aku nggak mau ada rahasia lagi di antara kita. Dan ini adalah hasil tes DNA yang asli. Ini bukan cuma kata-kata, ini bukti yang bisa kamu lihat sendiri."

Radit meletakkan amplop di atas meja, perlahan membuka dan menyerahkan kertas itu pada Rumi.

Rumi mengambilnya dengan tangan gemetar. Ia membacanya secara perlahan.

"Ini ... benar-benar hasil tes laboratorium resmi?"

Radit mengangguk, menunduk sebentar, lalu menatap mata Rumi. "Iya. Aku nggak mau ada yang disembunyikan. Aku ingin kamu tahu kebenaran dari mulutku sendiri, bukan dari siapapun."

Kedua mata Rumi mulai berkaca-kaca. Saat berbicara, suaranya terdengar penuh luka. "Aku sudah terluka, Mas, kamu tau itu. Semua yang terjadi, aku jadi nggak percaya sama kamu lagi."

Radit mendekat dan berjongkok di depan Rumi. Sambil memegang kedua tangannya, Radit berkata penuh harap. "Aku juga nggak sempurna, Rumi. Aku punya banyak kekurangan, tapi aku janji akan berubah. Aku akan berjuang buat kita, buat anak kita. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku sayang kamu, Rumi. Tolong, beri aku kesempatan untuk membuktikannya."

Rumi terdiam, pandangannya mulai luruh ke bawah.

Detik-detik hening mengisi ruangan. Suara detak jam terdengar jelas.

"Aku butuh waktu, Mas. Aku nggak bisa langsung percaya. Tapi, aku mau coba."

Radit tersenyum tipis, matanya penuh haru. "Terima kasih, Rumi. Aku akan sabar menunggu. Aku janji, aku nggak akan pernah mengecewakanmu lagi."

Mereka saling menatap. Ada harapan dan keteguhan yang mengalir di antara mereka.

1
Muliana
Taman belakang rumah sakit, tampak sepi??
Muliana
Namanya juga maut, walaupun Rumi tak membawa Leo keluar, mungkin sesuatu juga akan terjadi. Bisa saja kan?
riniasyifa
so sweet/Kiss/
riniasyifa
dasar reva/Curse/
Risfani Nur
sabar banget, benar2 lugu anaknya suka aku sama karakternya
Risfani Nur
menantikan banget part dimana Radit bucin, mampir di ceritaku juga Thor judul Peliharaan Kesayangan by citveyy
Kara
mohon maap pak, bapak lebih merepotkan. mau langsung suntik pindah alam? gratis lho pak
Kara
bantuin juga nov 😁
Kara
reva kalau lihat ini kira" meradang gak ya😁
Kara
bangetnya mana? 🤪
Kara
ya udah ma, biar radit hidup bahagia sama istrinya
NurAzizah504: sulit sekali kayaknya buat si mama
total 1 replies
Kara
klo bisa ya bahagia bareng dit 😌
NurAzizah504: iyaa, suka duka maunya bareng terus
total 1 replies
Kara
nah ini dia tumblernya udah aku tunggu" biar muncul🤣
NurAzizah504: niat bgt dari awal soalnya /Joyful/
Kara: tau aja
total 3 replies
Kara
bagus nov, bsk bantu aku timpuk reva pake tumbler ya
NurAzizah504: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Kara: 🤣🤣 hahaha
total 3 replies
Muliana
Kalo udah begini, siapa yang harus disalahkan? Kamu Rumi, KAMU
NurAzizah504: gmn kalo seandainya radit benar2 menyalahkan rumi /Sob/
total 1 replies
Muliana
Plis Rumi, dengerin Radit.
Di luar sana, bahaya loh
NurAzizah504: rumi keras kepala, kak /Sob/
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Biarkan aja orang mau menilai apa tentang kamu, rum. Yang tahu posisi kamu saat ini adalah kau sendiri.

Berat memang, tapi aku yakin kamu kuat.
NurAzizah504: rumi belm siap sama penilaian org2 /Frown/
total 1 replies
Syhr Syhr
Untuk menyesuaikan butuh hati yang besar. Sport untuk Arumi.
NurAzizah504: terima kasih. dukung rumi terus ya /Smile/
total 1 replies
Muliana
Tegang? Wow
NurAzizah504: nauval dan bu widya sama2 kuat /Joyful/
total 1 replies
Muliana
Tak hanya suami yang bersabat, kedua istri pun sahabat
NurAzizah504: akhirnya jd empat sahabat /Joyful/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!