NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: "Kita Pindah Sekarang"

Kedua preman itu sudah lari terbirit-birit lima menit yang lalu, meninggalkan jejak uang yang berserakan di lantai. Mereka bahkan tidak berani menghitungnya, hanya meraup sebisanya dan kabur karena takut melihat sorot mata Atlas yang seperti pembunuh.

​Di dalam kamar kos yang kini hening, Orion masih terpaku. Dia menatap tumpukan uang merah yang tersisa di lantai, lalu menatap kakaknya, lalu kembali ke uang itu.

​"Kak..." suara Orion gemetar. "Itu... kakak nggak ngerampok bank, kan?"

​Atlas tertawa pelan. Tawa yang terdengar lepas, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Dia berjongkok, mulai memunguti sisa uang di lantai.

​"Nggak, Dek. Anggap saja Tuhan lagi iseng ngelempar rejeki nomplok buat kita," jawab Atlas santai. "Sekarang, bereskan barang-barangmu. Obat, foto Mama Papa, sama gitar kamu. Itu aja."

​"Baju?"

​Atlas menggeleng sambil menendang tumpukan baju lusuh di sudut kamar. "Tinggalin. Baju yang bau apek dan penuh kenangan buruk nggak usah dibawa."

​"Kita mau ke mana, Kak?"

​Atlas berdiri tegak, menatap sekeliling kamar sempit yang sudah memenjarakan masa muda mereka selama tiga tahun terakhir. Dinding berjamur, atap bocor, kenangan ditagih hutang... dia muak.

​"Ke tempat di mana nggak ada lagi orang yang berani nendang pintu kita," jawab Atlas mantap.

​Lobi Hotel The Royal Jakarta - 30 Menit Kemudian.

​Sebuah taksi online jenis sedan mewah berhenti di lobi hotel bintang lima paling bergengsi di pusat Jakarta.

​Atlas keluar lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Orion. Penampilan mereka sangat kontras dengan kilauan marmer dan lampu kristal raksasa di lobi hotel itu.

​Atlas mengenakan kaos oblong yang kerahnya sudah melar dan celana jeans pudar. Orion memakai jaket hoodie kebesaran yang warnanya sudah kusam. Di tangan mereka, hanya ada dua tas plastik hitam besar (satu berisi barang elektronik baru, satu berisi uang tunai sisa).

​Baru saja kaki mereka menyentuh karpet merah di pintu masuk, seorang petugas keamanan berseragam safari langsung menghadang. Tangannya terangkat, wajahnya masam.

​"Woits! Stop, stop!" bentak satpam itu. Dia memindai penampilan Atlas dari atas ke bawah dengan tatapan jijik. "Mau ngapain? Pengamen dilarang masuk. Toilet umum ada di pom bensin seberang, bukan di sini."

​Orion langsung menunduk, menyembunyikan wajahnya. Dia sudah terbiasa diusir. Dia menarik ujung baju Atlas. "Kak, kita pulang aja..."

​Tapi Atlas tidak bergeming. Dia menatap tag nama satpam itu: Herman.

​"Saya mau check-in," kata Atlas datar.

​Satpam itu tertawa, suaranya menggema di lobi yang tenang. Beberapa tamu berpakaian batik sutra dan jas mahal menoleh, menatap mereka dengan risih.

​"Check-in? Mas, ini hotel bintang lima, bukan losmen melati. Di sini nggak ada kamar harga seratus ribu," ejek Herman. "Udah, sana pergi sebelum saya panggil polisi. Bikin kotor pemandangan aja."

​Darah Atlas mendidih, tapi dia menahannya. Dulu, dia pasti sudah memukul orang ini dan berakhir di penjara. Tapi sekarang? Dia punya senjata yang lebih mematikan.

​Atlas merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel bututnya.

​"Panggil manajer kamu. Sekarang."

​"Halah, banyak gaya—"

​Belum sempat Herman menyelesaikan kalimatnya, sebuah mobil Rolls-Royce hitam berhenti di belakang taksi online tadi. Seorang wanita sosialita turun. Herman langsung berubah sikap, membungkuk hormat 90 derajat. "Selamat datang, Ibu..."

​Atlas diabaikan total. Dianggap tidak ada.

​Sistem di retina Atlas berkedip merah.

​[Misi Pemicu: Harga Diri Adik Terluka.]

[Target: Berikan tempat istirahat terbaik (Royal Presidential Suite).]

[Potensi Cashback: Maksimal.]

​Atlas tidak berdebat lagi. Dia menerobos masuk melewati satpam yang sedang sibuk menjilat tamu kaya itu.

​"Hei! Berani-beraninya masuk!" teriak satpam itu, mengejar Atlas.

​Atlas sudah sampai di meja resepsionis marmer yang dingin. Tiga staf wanita cantik di sana memandangnya dengan tatapan bingung dan sedikit takut.

​"Saya mau Presidential Suite. Untuk satu bulan," kata Atlas lantang.

​Keheningan melanda lobi. Tamu-tamu terdiam. Satpam yang baru sampai di belakang Atlas ikut mengerem langkahnya, kaget mendengar permintaan itu.

​Salah satu resepsionis, yang name-tagnya bertuliskan Sarah, berusaha tetap profesional meski senyumnya terlihat meremehkan. "Maaf, Pak... Mas. Presidential Suite kami harganya Rp 150.000.000 per malam. Dan untuk reservasi satu bulan, harus pembayaran di muka."

​Dia menekankan kata 'Ratusan Juta', berharap pemuda gembel ini sadar diri dan mundur.

​"Totalnya berapa?" tanya Atlas, tangannya sudah siap di aplikasi M-Banking.

​"Ehm... empat setengah miliar rupiah, belum termasuk pajak dan deposit," jawab Sarah, nada suaranya mulai terdengar kesal karena merasa dikerjai. "Mas, tolong jangan main-main. Keamanan, tolong bawa mereka kel—"

​Atlas memutar layar ponselnya ke arah wajah Sarah.

​"QRIS? Atau Transfer?"

​Di layar itu, terpampang saldo rekening yang baru saja Atlas dapatkan dari cashback belanjaan tadi: Rp 944.500.000.

​Tunggu, kurang. Saldo Atlas belum cukup untuk sebulan.

​Atlas memutar otak cepat. Dia menatap Orion yang terlihat sangat tidak nyaman di lobi dingin ini.

​"Oke, saya ambil satu malam dulu. Sekarang juga," kata Atlas. "Seratus lima puluh juta, kan?"

​Sarah tertegun melihat saldo yang sempat terlihat sekilas tadi. Hampir satu miliar? Di rekening pemuda gembel ini? Dia menelan ludah. Tangannya gemetar saat mengetik di mesin EDC.

​"B-baik. Silakan scan di sini..."

​Atlas menempelkan ponselnya.

​TING!

Transaksi Berhasil.

​Struk keluar.

​Herman si satpam melongo. Tamu-tamu kaya berbisik heboh. Sarah buru-buru mengubah sikapnya menjadi sangat manis, "M-mohon maaf, Tuan... Saya segera siapkan kuncinya. Mari saya antar langsung ke lantai teratas."

​Tapi Atlas belum selesai.

​Tepat saat transaksi itu berhasil, getaran dahsyat kembali terasa di saku celananya.

​[Pengeluaran Super Mewah untuk Adik Terdeteksi!]

[Nominal: Rp 150.000.000]

[Tingkat Kenyamanan: Sultan (100x Cashback)]

[Dana Masuk: Rp 15.000.000.000 (Lima Belas Miliar Rupiah)]

​Atlas tersenyum tipis. Saldo rekeningnya kini membengkak menjadi angka yang sulit dibaca dalam sekali lihat.

​Dia mengambil kunci kartu emas yang disodorkan Sarah, lalu menoleh pada Herman si satpam yang kini wajahnya pucat pasi.

​Atlas mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari saku celananya, meremasnya menjadi bola kertas, lalu menjentikkannya ke arah Herman. Bola uang itu memantul di dada sang satpam.

​"Buat beli obat mata," kata Atlas dingin. "Biar lain kali bisa bedain mana sampah, mana emas."

​Dia merangkul bahu Orion yang masih bengong.

​"Ayo, Dek. Kita tidur di kasur yang empuk malam ini."

​Orion mendongak menatap kakaknya, matanya berbinar kagum. "Kak... kita beneran tidur di sini?"

​"Bukan cuma tidur," bisik Atlas saat pintu lift emas tertutup, memisahkan mereka dari tatapan orang-orang yang kini menunduk malu. "Mulai hari ini, hotel ini halaman bermain kamu."

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!