Dibawah langit kerajaan yang berlumur cahaya mentari dan darah pengkhianatan, kisah mereka terukir antara cinta yang tak seharusnya tumbuh dan dendam masa lalu yang tak pernah padam.
Ju Jingnan, putri sulung keluarga Ju, memegang pedang dengan tangan dingin dan hati yang berdarah, bersumpah melindungi takhta, meski harus menukar hatinya dengan pengorbanan. Saudari kembarnya, Ju Jingyan, lahir dalam cahaya bulan, membawa kelembutan yang menenangkan, namun senyumannya menyimpan rahasia yang mampu menghancurkan segalanya.
Pertemuan takdir dengan dua saudari itu perlahan membuka pintu masa lalu yang seharusnya tetap terkunci. Ling An, tabib dari selatan, dengan bara dendam yang tersembunyi, ikut menenun nasib mereka dalam benang takdir yang tak bisa dihindari.
Dan ketika bunga plum mekar, satu per satu hati luluh di bawah takdir. Dan ketika darah kembali membasuh singgasana, hanya satu pertanyaan yang tersisa: siapa yang berani memberi cinta di atas pengorbanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurfadilaRiska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Bawah Langit Senja
Dibawah langit yang hampir jingga itu, langkah dua putri kembar kerajaan Ju terpisah oleh waktu, namun diikat oleh takdir yang diam-diam menunggu mereka. Satu tersenyum karena cinta yang baru tumbuh, dan satu terdiam oleh mata yang memburu. Senja perlahan membasuh hati yang gelisah, menyiapkan langkah-langkah yang akan mengubah segalanya…
Ditempat Shifu Sen Liang
Setelah membereskan semua peralatan yang dipakai untuk meracik obat yang diajarkan oleh shifu Sen Liang, Jingyan sudah bersiap-siap untuk pulang. Namun sebelum ia sempat melangkah, dua suara tiba-tiba memanggilnya secara bersamaan.
“Jingyan.”
Sen liang dan Qing Lang memanggil jingyan secara bersamaan, yang membuat jingyan langsung menoleh kearah mereka berdua dengan cepat
“ada apa shifu?? dan Qing Lang??” tanya jingyan dengan penasaran
“Shifu bicara duluan saja” Qing Lang tersenyum kearah shifunya dan membiarkannya untuk berbicara terlebih dahulu
"Ini." Sen Liang menyodorkan sebotol ramuan kepada jingyan. “Weifeng memintanya tiga hari yang lalu, tapi shifu yang sudah pelupa ini baru ingat” Sen Liang tersenyum tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Jingyan mengangguk dan menerimanya. Ia tahu ramuan itu adalah obat yang sering diminum oleh Permaisuri Mei Qin, ibu Weifeng yang sedang sakit. Sebenarnya Jingyan sudah belajar membuatnya juga, tetapi belakangan ini ia sibuk keluar masuk istana bersama ibunya, Permaisuri Jing Yue, untuk menghadiri pernikahan kerajaan sekutu. Dan ia baru kembali ke Zhenhua satu hari yang lalu.
“Weifeng gege sudah memberitahuku, Shifu. Dia memintaku untuk sekalian saja mengambil ramuan ini, tapi aku juga lupa tadi.”
Jingyan tersenyum manis, karena sedari tadi pikirannya terus melayang pada tabib muda Anyu yang membantu pedagang tua tadi pagi . Dan tanpa sadar, ia ikut-ikutan pelupa seperti shifunya.
Sen Liang menatap wajah Jingyan dengan mata menyipit curiga.
“Ada yang salah… Shifu menebak kau sedang menyukai seseorang, hm?? Jingyan??”
Perkataan itu sukses membuat Jingyan dan Qing Lang kaget.
“Dengan siapa!?” tanya Qing Lang cepat, matanya menelisik tanpa berkedip.
Sen Liang hanya tersenyum kecil karena ia tahu, tanpa harus diberitahu, bahwa Qing Lang menyukai Jingyan secara diam-diam. Walau Qing Lang menyembunyikannya tapi Tatapan anak itu pada Jingyan bukanlah tatapan untuk seorang teman biasa.
“H-haaa.. tidak tidak, shifu suasana hatiku sedang bahagia saja karna akhirnya aku kembali ke Zhenhua bersama ibu itu saja” Jingyan berusaha untuk meyakinkan sen liang dan Qing Lang, Meskipun kini pipinya sudah merona
“Benarkah??? Kau sedang tidak berbohong kan???” Qing Lang kembali bertanya dengan serius
“Memangnya kapan aku membohongimu?”
(Kan baru satu kali ini saja… batin Jingyan sambil tersenyum kecil)
Sen Liang berdiri sambil menepuk pinggangnya.
“Aiyaaa, sepertinya ini karna terlalu lama duduk, shifu kalian ini mau istirahat dan kalian cepatlah pulang”
“Baik shifu, besok aku akan meminta ibu untuk mengirimkan seseorang kesini untuk menjaga shifu saat kami sudah kembali” Jingyan menunduk hormat
“Tidak, tidak perlu!! shifu masih bisa menjaga diri sendiri. Dan juga shifu belum setua itu jingyan!!”
“Tapi shifu...”
“Sudah sudah, tadi Qing Lang mau bicara, kalian lanjutkan saja”
Jingyan menoleh kearah Qing Lang. “Oh iya, Qing Lang tadi kamu mau mengatakan apa??”
“Ah..itu. Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan sebentar sebelum mengantarmu kembali ke istana.”
Wajah Jingyan langsung cerah. “Ide bagus! Ayo ke gunung sebentar!”
“Gunung?” Sen Liang kembali muncul. "Untuk apa ke gunung sore begini?"
“Untuk mencari bahan obat Shifu. Luka Nannan jiejie belum pulih sepenuhnya sejak perang itu”
“Ooo begitu. Lain kali ajak Jingnan kemari, ya. Shifu terakhir melihatnya saat kalian umur sebelas.”
“Baiklah Shifu. Lain kali aku akan mengajak Nannan jiejie”.
Sen Liang mengangguk. “Kalau begitu, cepatlah berangkat. Kalau kalian turun gunung terlalu malam, itu berbahaya.”
“Baik, Shifu! Kami berangkat sekarang!”
Qing Lang tersenyum pada Jingyan, dan Jingyan membalasnya antusias.
Sen liang tersenyum melihat keduanya pergi. Qing Lang dan Jingyan berjalan berdampingan, langkah mereka seirama begitu serasi hingga membuat Sen Liang hanya bisa tersenyum melihatnya. Anak-anak yang dulu datang dengan langkah kecil kini telah tumbuh menjadi pria tampan dan gadis cantik berhati lembut selembut salju.
Jingnan dan jingyan sudah belajar ilmu pengobatan sejak mereka umur sepuluh tahun. Saat anak seumuran mereka sibuk bermain tapi mereka memilih untuk belajar ilmu pengobatan. Begitupun dengan Qing Lang yang juga belajar ilmu pengobatan bersama mereka.
Qing Lang tumbuh besar bersama Jingnan, Jingyan, Weifeng, dan Mei Yin. Sejak kecil, mereka sudah seperti satu keluarga—berlari di halaman istana, tertawa sambil mengejar bayang-bayang senja, berlatih pedang mainan di bawah terik matahari, hingga berbagi rahasia kecil yang hanya mereka berlima yang tahu.
Kini, setelah dewasa, jejak masa kecil itu menjelma menjadi kedewasaan yang terpahat jelas pada diri mereka: para pemuda yang gagah dan para gadis yang anggun. Qing Lang, yang dulunya selalu melindungi siapa pun di antara mereka yang menangis, kini tumbuh menjadi pria tampan dengan sorot mata teduh. Sementara itu, Jingnan dan Jingyan tumbuh menjadi dua putri yang kecantikannya mampu membuat siapa pun terdiam—meski jalan hidup mereka berbeda:
Jingnan menggenggam pedang demi menjaga kedamaian negeri, sedangkan Jingyan menunggu mekarnya bunga plum, berharap ketenangan akan selalu hadir seperti keindahan plum yang mekar di musim paling sunyi.
Weifeng tumbuh menjadi pemuda tangguh yang penuh semangat, sementara Mei Yin berkembang menjadi gadis cerdas nan cantik yang kehadirannya selalu membawa warna di tengah mereka—entah dengan tingkahnya yang mengundang tawa, atau justru membuat Jingnan kesal setengah mati.
Mei Yin selalu bersikap manis dan penurut ketika berada di dekat Jingyan, namun anehnya, setiap kali bersama Jingnan, ia seperti tergerak untuk mencari gara-gara; seakan menjahili Jingnan adalah hiburan yang tak pernah membosankan baginya.
Ikatan persahabatan yang mereka bangun sejak kanak-kanak kini semakin kokoh, bukan hanya karena kebersamaan bertahun-tahun, tetapi juga karena setiap luka, tawa, dan rahasia kecil yang mengisi perjalanan mereka. Mereka bukan sekadar teman masa kecil—mereka adalah bagian dari takdir satu sama lain, terhubung oleh masa lalu yang sama dan dituntun oleh masa depan yang perlahan mulai membuka jalannya.
semangat teruslah aku dukung🔥❤️