NovelToon NovelToon
Reany

Reany

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aerishh Taher

Selama tujuh tahun, Reani mencintai Juna dalam diam...meski mereka sebenarnya sudah menikah.


Hubungan mereka disembunyikan rapi, seolah keberadaannya harus menjadi rahasia memalukan di mata dunia Juna.

Namun malam itu, di pesta ulang tahun Juna yang megah, Reani menyaksikan sesuatu yang mematahkan seluruh harapannya. Di panggung utama, di bawah cahaya gemerlap dan sorak tamu undangan, Juna berdiri dengan senyum yang paling tulus....untuk wanita lain.

Renata...
Cinta pertamanya juna
Dan di hadapan semua orang, Juna memperlakukan Renata seolah dialah satu-satunya yang layak berdiri di sampingnya.

Reani hanya bisa berdiri di antara keramaian, menyembunyikan air mata di balik senyum yang hancur.


Saat lampu pesta berkelip, ia membuat keputusan paling berani dalam hidupnya.

memutuskan tidak mencintai Juna lagi dan pergi.

Tapi siapa sangka, kepergiannya justru menjadi awal dari penyesalan panjang Juna... Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : Pertengkaran

Sore itu, vila mewah di Beril berdiri angkuh di tepi pantai.

Gerbang besi terbuka otomatis ketika mobil yang Reani pesan masuk ke halaman.

Ia turun perlahan, membiarkan langkah high heels-nya mengetuk marmer putih yang memantulkan cahaya senja.

Tidak ada suara selain debur ombak jauh di belakang vila.

Reani mengangkat dagu.

Aura dingin di tubuhnya terasa seperti badai yang menahan diri sebelum menghancurkan semuanya.

Ia melangkah menuju pintu kaca besar yang menghadap kolam renang.

Dan di balik kaca itu…

Juna dan Renata.

Renata tertawa kecil sambil menyentuh bahu Juna—

tawa ringan, polos, bahagia.

Tawa wanita yang belum pernah tahu luka.

Juna menatapnya dengan lembut. Tangannya terulur, hampir menggenggam tangan Renata.

Dan tepat di saat itu, Reani membuka pintu kaca dengan satu dorongan keras.

Brakk...

Suara pintu menggema.

Renata membeku.

Juna tersentak, wajahnya langsung pucat.

Reani melangkah masuk—perlahan, anggun, gelap.

Seperti malaikat maut berbalut hitam.

“Wah…” suaranya rendah dan tajam.

“Ini dia pasangan liburan paling HOT tahun ini.”

Juna berdiri terburu-buru.

“Reani, kamu—”

Reani mengangkat telapak tangannya.

“Diam. Jangan rusak momentumpu.”

Ia lalu memandang Renata dari kepala sampai kaki.

Bikini putih. Selimut transparan. Panik.

Reani tersenyum miring, dingin.

“Wah, ini dia yang berlibur dengan suami orang…”

Ia menghela napas dramatis.

“Kamu murah banget, ya? Mau banget punya laki, tapi susah sekali cari yang nggak punya istri gitu?”

Renata terbelalak, wajahnya memerah oleh malu.

Dalam hati Reani— Istri… kata yang lucu. Tapi biarlah. Demi mempermalukan kalian, aku pakai saja.

Renata bangkit dengan gugup, tapi sebelum ia sempat bicara, Reani sudah menarik lengannya dan mendorongnya jatuh ke lantai marmer.

Brugh...

Renata terhuyung, mengerang pelan.

“Reani!” Juna maju.

“TARUH tanganmu, Juna.” Reani memotong tajam.

“Kau tidak berhak menyentuhku.”

Ia menunduk sedikit, menatap Renata di bawahnya.

“Kalian lihat ini?” Reani menaikkan suaranya, lantang.

“Ini wanita yang selama tujuh tahun membuat suamiku berselingkuh!”

Renata memucat.

“A-aku… aku pikir—”

“HUS.” Reani mengangkat jari.

“Jangan bicara. Selesaikan dulu akting menangismu.”

Air mata Renata turun.

Dan untuk pertama kalinya—

Reani juga menangis.

Tapi dalam hatinya, ia tertawa.

Rasakan. Rasakan jadi aku selama tujuh tahun.

Reani mengambil kopernya lalu mengayunkannya sedikit ke arah Renata.

BRUK.

Bukan untuk melukai—hanya untuk mempermalukan.

Renata menjerit kecil.

Juna mengembuskan napas jengkel.

“Reani, hentikan! Kamu memalukan dirimu sendiri!”

Reani menoleh perlahan.

Senyumnya naik seperti pisau menggores kulit.

“Aku yang memalukan?”

Ia tertawa pelan.

“Aku, yang diberi janji palsu, dibohongi tujuh tahun, dikasih surat nikah PALSU… itu kamu bilang memalukan?”

Renata menatap Juna, shock.

“Su… surat nikah palsu…?”

Reani menatap keduanya, puas melihat wajah Juna berubah gelap.

“Ya,” katanya dingin.

“Laki-mu ini jagonya. Jago BOHONG.”

Beberapa staf vila berdiri jauh di depan pintu, bingung, takut mendekat.

Suasana senyap.

Hanya suara ombak dan isakan Renata.

Reani mengusap air matanya.

Tapi tatapan tajamnya masih menyapa Juna dan Renata.

“Kau bilang mau liburan, Juna?”

Ia menyeringai.

“Selamat. Ini liburan TERAKHIR yang akan kau nikmati dengan tenang.”

Reani baru menjejakkan kaki keluar dari teras vila ketika sebuah tangan besar mencengkeram lengannya dengan kasar.

Juna.

Pria itu menyeretnya ke samping, menjauh dari pintu kaca. Rahangnya mengeras, matanya merah oleh amarah dan rasa malu yang baru saja ditelanjangi di hadapan wanita simpanannya.

“Reani!” Juna menggeram, napasnya kasar.

“Kau GILA?! Datang ke sini, membuat keributan seperti orang tidak punya harga diri!”

Reani menoleh perlahan.

Tatapannya dingin.

“Lepaskan aku.”

“Tidak!” Juna mendekat, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Reani.

“Kau mempermalukan aku! Kau mempermalukan Renata! Kau mempermalukan DIRImu sendiri!”

Reani tertawa kecil.

Pelan namun menusuk seperti pisau yang sengaja diarahkan ke luka lama.

“Jangan sebut aku memalukan, Juna. Kau bukan siapa-siapa lagi untuk bicara seperti itu.”

Juna mencengkeram lebih keras.

“Kau istriku, Reani!”

Dan saat itu juga—

PLAQQ!

Tamparan Reani mendarat keras di pipi Juna.

Begitu keras sampai kepala Juna sedikit terpelintir ke samping.

Suara tamparan itu memecah udara senja, menggema sampai pintu kaca vila.

Renata terintip dari dalam, memegangi mulutnya kaget.

Reani menatap Juna dengan mata yang berkaca—bukan lemah, tapi membara.

“Hentikan omong kosongmu!” serunya.

“Kau tak berhak merendahkanku!”

Ia menarik lengannya dengan paksa hingga cengkeraman Juna terlepas.

“Kau bukan siapa-siapa.”

Juna menahan rahangnya, menatapnya dengan tatapan nyaris binatang.

“Aku suamimu!”

Reani mendekat, menyeringai kecil penuh penghinaan.

“Suami?”

Ia mengangkat alis, suaranya merendah namun menusuk.

“Lucu sekali.”

Setengah langkah ia maju, sampai Juna bisa melihat refleksi dirinya di kacamata hitam Reani.

“Kau cuma pecundang yang tidak tahu diri,” bisiknya tajam.

“Orang miskin yang tidak tahu di…ri.”

Juna tertegun—marah, tercabik, dan tersinggung seperti belum pernah dalam hidupnya.

“Reani…” suaranya serak, penuh ancaman.

“Kau keterlaluan.”

Namun Reani hanya mengibaskan tangan, seolah menghapus keberadaan Juna dari hidupnya.

“Aku selesai.”

Lalu ia berbalik, dress hitamnya berkibar.

“Kalau kau masih ingin menganggap dirimu suamiku, silakan. Aku tidak lagi mengenalmu.”

Juna mengepalkan tangan, tubuhnya bergetar oleh amarah—dan rasa tak berdaya.

Sementara Reani berjalan pergi tanpa sekali pun menoleh.

Seolah pria bernama Juna…

tak pernah ada dalam hidupnya.

___

Bisik-bisik para staf mulai terdengar.

“Aku kira kita kerja buat pasangan suami istri yang romantis…” gumam salah satu staf perempuan sambil menatap ke arah ruang tamu. “Ternyata… begini.”

“Husshh! Biarin aja,” balas staf lain, cepat-cepat menunduk. “Jangan ikut campur. Kita lanjut kerja, nanti malah kena masalah.”

Mereka kembali sibuk, tapi bisikan itu tetap menggantung di udara.

Juna yang mendengar percakapan itu hanya terdiam. Rahangnya mengeras. Ia melangkah masuk ke dalam villa tanpa menanggapi apa pun, seolah suara-suara itu tidak pernah ada.

Ketika ia memasuki ruang tengah, ia melihat Renata duduk di sofa, menatapnya dengan sorot mata yang selalu berusaha terlihat rapuh… dan menuntut.

“Juna, kamu… mencintainya?”

Suara Renata lirih, tapi penuh tekanan.

Juna berhenti. Menunduk sesaat. Lalu menggeleng pelan.

“Tidak, Rere…” katanya dengan suara rendah namun mantap. “Aku hanya mencintaimu. Kita akan menikah secepatnya.”

Renata tersenyum. Senyum yang bukan senyum lega—melainkan kemenangan. Ia bangkit dan memeluk Juna erat, seolah menandai teritori yang harus dimilikinya.

Di balik pelukan itu, matanya berkilat tipis.

Reani… Reani…

Juna akan selalu menjadi milikku.

bersambung...

1
Noor hidayati
wah saingan juna ga kaleng kaleng
Noor hidayati
ayahnya juna tinggal diluar kota kan,waktu ayahnya meninggal juna balik kampung,ibunya juna itu tinggal dikampung juga atau dikota sama dengan juna,ibunya juna kok bisa ikut campur tentang perusahaan dan gayanya bak sosialita,aku kira ibunya juna tinggal dikampung dan hidup bersahaja
drpiupou: balik Lampung bukan kampung beneran kak, maksudnya kita kecil gitu.
ibunya Juna itu sok kaya kak 🤣
total 1 replies
Noor hidayati
mereka berdua,juna dan renata belum mendapatkan syok terapi,mungkin kalau juna sudah tahu reani anak konglomerat dia akan berbalik mengejar reani dan meninggalkan renata
drpiupou: bener kak
total 1 replies
Noor hidayati
lanjuuuuuuuut
Aulia
rekomended
drpiupou
🌹🕊️🕊️👍👍👍👍
Noor hidayati
apa rambut yang sudah disanggul bisa disibak kan thor🙏🙏
drpiupou: makasih reader, udah diperbaiki/Smile/
total 2 replies
Noor hidayati
juna berarti ga kenal keluarga reani
drpiupou: bener kak, nanti akan ada di eps selanjutnya.
total 2 replies
Noor hidayati
definisi orang tidak tahu diri banget,ditolong malah menggigit orang yang menolongnya,juna dan renata siap siap saja kehancuran sudah didepan mata
Noor hidayati
lanjuuuuuuut
Noor hidayati
kok belum up juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!