NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:517
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HENING SEBELUM BANGKIT

"Haeun menyalakan lilin kecil di kamar mandi, cahaya temaramnya menari-nari di dinding keramik basah. Air hangat menetes di kulitnya, tetapi pikirannya tetap terfokus pada buku yang ibunya berikan. Kata-kata itu asing, simbol-simbol aneh yang seakan bergerak di halaman, dan bibirnya bergerak perlahan mencoba menirukan suara ibunya:

“Sha’ryn… Mok’tha… Jin’khal… Yeol’ra…”

Ia menelan napas, sedikit penasaran, bertanya-tanya dalam hati mengapa Eomma menyuruhnya membaca kata-kata itu. Tapi Haeun tetap patuh, karena itu yang diperintahkan.

Cahaya lilin memantul di ubin basah, bayangan bergerak liar, mengikuti setiap kata yang diucapkannya. Suara air yang menetes terdengar berat, seperti menambah misteri di ruangan kecil itu.

“Kenapa aku harus membaca ini…?” gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di atas suara air. Tapi ia tetap melanjutkan, bibirnya bergetar perlahan mengikuti mantra, tanpa tahu apa arti kata-kata itu, hanya mengikuti perintah ibunya yang dingin tapi lembut.

Di luar kamar, rumah tetap hening. Lilin-lilin lain menyorot bayangan panjang, menyimpan rahasia, seolah menunggu sesuatu yang akan bangkit… tapi Haeun belum tahu. Ia hanya seorang gadis polos yang patuh, mencoba mengulang kata-kata misterius yang seakan menempel di udara.

"Haeun selesai mandi, tubuhnya masih hangat dari air, rambut basah meneteskan butiran air di bahu. Ia menarik selimut tipis ke atas tubuhnya dan membaringkan diri di kasur. Lilin-lilin di meja samping masih menyala, menebarkan cahaya temaram yang menari di dinding kamar.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Hari ini panjang dan melelahkan, tapi yang paling membuatnya penasaran adalah kata-kata aneh yang ibunya suruh baca. Bibirnya masih bergerak pelan, mencoba mengulang mantra itu dalam hati, meski ia tidak memahami artinya sama sekali.

“Aneh banget, ya… kenapa Eomma menyuruh aku baca ini,” gumamnya pelan, matanya menatap bayangan yang menari di dinding, merasa ada sesuatu yang berbeda, tapi tetap polos dan penasaran.

Lalu perlahan, mata Haeun menutup. Dunia di sekitarnya mulai memudar, dan mimpi yang aneh, gelap, dan menegangkan mulai merayap masuk…

"Haeun terbaring di kasur, tubuh hangat masih terselimuti selimut tipis. Lilin-lilin menebar cahaya temaram, bayangan menari di dinding, menyesuaikan diri dengan detak napasnya yang perlahan.

Matanya mulai terpejam, dunia di sekitarnya memudar, dan mimpi itu datang. Gelap, berat, dan asing. Tubuhnya terasa terangkat, seolah disentuh oleh tangan tak terlihat yang menuntunnya keluar dari kendali diri. Suara-suara samar bergema di kepala, bisikan yang sulit dipahami, mengisi ruang sempit di pikirannya.

Di dalam mimpi itu, ia merasakan kehadiran yang familiar tapi mengerikan. Sosok Eomma berdiri di sampingnya, diam, wajahnya tersenyum lebar,senyum yang hangat tapi menyimpan dingin yang menusuk tulang. Mata ibunya menatap Haeun dengan penuh harap dan kekuasaan, seakan menunggu sesuatu yang belum muncul, sesuatu yang hanya bisa terjadi jika Haeun berubah menjadi sosok yang lain.

“Segera… saatnya…” bisik suara itu, bergema di telinga Haeun, tanpa bentuk, tapi menekannya. Tubuhnya bergetar, detak jantungnya berdentum keras. Ia ingin bergerak, menjerit, tapi tak bisa. Bayangan di mimpi menelan cahaya, memutar tubuhnya, memaksa bibirnya mengucapkan kata-kata yang aneh, mantra yang tak ia mengerti.

Dan di ujung kasur, dalam gelap yang hampir nyata, Eomma tetap berdiri, tersenyum lebar, menunggu. Menunggu Haeun muncul kembali… bukan sebagai gadis polos yang biasa, tapi sebagai sesuatu yang lain,sosok yang baru, penuh misteri dan gelap.

Lilin-lilin berkedip liar, bayangan menari mengikuti napas Haeun yang tersedak, dan rumah itu terasa hidup, menunggu, menahan rahasia yang siap muncul dalam malam yang menelan.

"Haeun terbangun dengan jantung berdebar kencang, napas tersengal-sengal. Selimut tersingkap, rambutnya basah oleh keringat dingin. Mata kecilnya menatap sekeliling kamar yang gelap, lilin-lilin yang masih menebar cahaya temaram menari di dinding.

"Di sudut kamar, Eomma berdiri diam, menatap Haeun penuh harap. Senyum di wajahnya tetap lembut, tapi mata dinginnya menyiratkan sesuatu yang Haeun belum bisa mengerti.

Haeun menelan napas, tubuhnya gemetar, tapi ia tetap polos. Suaranya kecil, hampir bergetar,

“Eomma… aku… aku bermimpi… ada sesuatu… masuk ke tubuhku… dan… aku merasa seperti… seperti… aku bukan diriku sendiri…”

Ia menatap Eomma dengan mata polos, takut tapi jujur. “Aku takut… tapi aku nggak ngerti apa maksud semua itu…”

Eomma tersenyum tipis, lembut, namun tetap dingin. Ia menundukkan kepala sedikit, menepuk bahu Haeun dengan perlahan, penuh harap.

“Tidak apa-apa, sayang… semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya,” bisiknya, suaranya lembut tapi menyimpan ketegangan yang tak terlihat.

Haeun mengerjap, masih gemetar, tetapi kepolosannya jelas terlihat. Ia belum berubah, belum bisa dipengaruhi dewa yang ibunya sembah. Ia hanya seorang gadis polos yang takut pada mimpi anehnya, dan pada ibunya yang misterius, tapi tetap ingin jujur tentang apa yang ia rasakan.

Di kegelapan kamar itu, lilin-lilin menari, bayangan bergerak perlahan, dan Eomma tetap menatap dengan harap yang membeku di udara,menunggu Haeun berubah menjadi sosok lain, meski malam ini, gadis itu masih tetap polos.

"Haeun membuka mata di pagi yang hangat tapi sunyi. Tubuhnya masih lelah akibat mimpi semalam. Perlahan, ia menapaki lantai kayu menuju ruang makan.

Di atas meja, sebuah amplop putih tersusun rapi. Tertulis namanya dengan tinta hitam: Haeun.

Dengan jari gemetar, ia membuka surat itu. Tulisan ibunya muncul di halaman kertas yang harum dan tebal:

> “Haeun,

"Hari ini eomma harus pergi ke Seoul dan akan kembali besok.

Jangan khawatir. Tinggallah di rumah ini sementara, dan lakukan apa yang perlu dilakukan di sana.

Alamat rumah:

Kota Muriang, Sae-byeok-gil No. 13

Ikuti apa yang tertulis di dalam rumah itu. Jangan bertanya terlalu banyak.

– Eomma”

"Haeun menelan napas. Surat itu terlihat biasa, tapi ada sesuatu yang menekan di udara, seolah kata-kata itu hidup dan menempel di sekitarnya. Ia menatap alamat rumah itu, mengulangnya pelan dalam hati:

“Kota Muriang… Sae-byeok-gil… No. 13…”

"Ia menaruh surat itu di tasnya, masih merasa penasaran, tapi tetap patuh.

“Semoga… hari ini biasa saja…” gumamnya, sambil menarik napas panjang, menatap rumah yang kini terasa sepi dan penuh misteri.

Di sudut gelap rumah, bayangan dari lilin semalam seakan masih menempel di dinding, menunggu Haeun melangkah keluar menuju sesuatu yang belum ia pahami…

"Haeun menaiki bis sekolah pagi itu, udara masih segar dan suara mesin bis berderu pelan. Duduk di kursi dekat jendela, ia mencoba menenangkan diri setelah surat dari Eomma semalam.

Namun, matanya tertumbuk pada sosok yang sudah tidak asing baginya—cowok misterius itu. Ia duduk di bangku sebelah, wajahnya dingin, mata hitam menatap ke depan, tak menoleh sedikit pun.

Haeun menelan napas, jantungnya sedikit berdegup. Ia memang introvert, jarang bicara dengan orang lain, tapi kali ini ia memberikan senyum kecil padanya. Hanya senyum polos, sedikit canggung, tapi cukup untuk mencoba menyapa tanpa kata-kata.

Cowok itu mengalihkan pandangan sesaat ke arahnya. Bibirnya bergerak tipis, datar dan dingin:

“Heuhh… sepertinya… tidak berhasil,” katanya singkat, aneh, seakan membicarakan sesuatu yang Haeun tidak mengerti.

"Haeun hanya menatapnya sebentar, matanya sedikit melotot, namun tetap tersenyum kecil. Ia tidak bertanya, tidak bicara banyak, hanya duduk diam, membiarkan kata-kata aneh itu mengambang di udara.

"Bis tetap berjalan pelan, suara mesin dan deru roda menambah sunyi yang menegangkan. Haeun merasakan aura aneh dari cowok itu, tapi ia tidak mengerti sepenuhnya. Ia hanya terus tersenyum tipis, polos, sambil menatap keluar jendela sesekali, membiarkan misteri itu tetap menggantung di antara mereka.

"Sunyi menebal di setiap sudut, menempel pada dinding dan lantai, dan di antara hening itu, sesuatu yang tak terlihat terus bergerak. Sesuatu yang gelap, yang menunggu untuk bangkit, menunggu untuk menelan apa yang ia anggap nyata."

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!