NovelToon NovelToon
Skandal Madu Presdir

Skandal Madu Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Balas Dendam / Selingkuh / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:26.6k
Nilai: 5
Nama Author: ntaamelia

Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.


Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.

Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.

"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq

Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Hanya Perlu Menikmati

Pagi hari di kediaman yang ditempati Sheana. Biasanya gadis itu akan menyiapkan semuanya sendiri. Tapi kali ini tidak lagi, dia terbangun saat Batari menyibak gorden dan cahaya matahari menerangi kamarnya, Sheana mengerjap lalu menyipitkan mata, melihat Batari yang tersenyum hangat ke arahnya.

"Nyonya, sudah waktunya sarapan, jadi Anda harus bangun. Segala keperluan Anda sudah saya siapkan, termasuk air hangat untuk mandi," ucap Batari dengan sopan.

Sheana mengernyitkan dahi, apakah harus sedetail itu Batari melayaninya? Dalam sekejap Sheana merasa menjadi ratu, tapi mana mungkin ada ratu yang disembunyikan statusnya.

"Terimakasih banyak, Bi. Tapi—apakah hari ini saya bisa pergi ke sekolah?" Sheana mendudukkan dirinya, kemarin dia belum sempat menanyakan hal tersebut baik kepada Ruben maupun Felicia.

"Saya kurang tahu, Nyonya, tapi Tuan Ruben bilang hari ini dia akan datang. Oh iya—" Batari mengeluarkan sebuah ponsel keluaran terbaru, amanat yang harus dia berikan kepada Sheana. "Ini ponsel dari Nyonya Felicia, katanya Anda harus menggunakannya, karena di sini ada nomor-nomor penting yang bisa Anda hubungi." Jelas Batari sambil menyerahkan benda pipih itu.

Sheana menerimanya tanpa ragu, sebab kini dia hanya boleh patuh pada perintah Ruben dan Felicia kan? Kebebasannya telah terenggut sejak perjanjian pernikahan itu terjadi. Dan tempat ini telah mengurungnya sampai ia bisa melahirkan seorang penerus untuk keluarga Tares.

"Sekali lagi terimakasih, Bi. Saya akan mandi dan keluar untuk sarapan setelah ini," ucap Sheana, Batari menganggukkan kepala, kemudian pamit untuk kembali ke dapur. Sementara Sheana bergegas membersihkan tubuhnya.

*

*

*

Sheana keluar dari kamar utama dan menyambangi dapur, ternyata Ruben sudah ada di sana, namun tanpa Felicia. Langkah Sheana langsung memelan seketika, dan Ruben yang menyadari itu menatap tak suka.

"Duduklah!" serunya tanpa melihat ke arah Sheana.

Mendengar suara tegas nan berat itu Sheana sedikit terkejut, namun dia tak memiliki waktu banyak untuk meladeni perasaannya sendiri. Sebelum Ruben marah, dia langsung memilih satu kursi yang bersebrangan dengan Ruben.

Melihat itu, Ruben menghela nafas kasar. Meski tinggal di kota, Ruben menilai bahwa Sheana itu udik, mungkin karena Sheana berpenampilan sangat biasa dan berasal dari keluarga miskin.

Bahkan sebenarnya Ruben juga sangat malas melakukan ini semua, tapi demi harga diri istrinya, dia menuruti semua perkataan Felicia.

"Silahkan dimakan, Nyonya," ucap Batari yang berada di tengah-tengah mereka. Dia tidak meninggalkan dapur, selagi Ruben tidak memintanya.

Sheana tergagap, bagaimana bisa dia makan sementara Ruben menatapnya dengan tajam begitu? Namun, kalau dia membantah, yang ada jadi masalah juga. Akhirnya Sheana berusaha tenang dan menikmati sarapannya tanpa menganggap kehadiran suaminya. Ya, pria di depannya ini benar-benar suaminya.

"Aku ingin kamu mengundurkan diri dari sekolah itu dan fokus pada tujuan dari pernikahan ini!" ucap Ruben tiba-tiba, sontak Sheana mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap Ruben.

"Itu artinya saya tidak bisa kemana-mana seharian?" tanya Sheana, belum apa-apa rasa bosan sudah menghantuinya. Karena mendekam di tempat ini tanpa melakukan apa-apa tentu akan membuatnya jengah.

"Menurutmu? Aku sudah memfasilitasimu dengan sangat layak, lantas kamu pikir kamu bisa seenaknya?"

Sheana menelan ludahnya dengan kasar. Sudah dia duga akan berakhir seperti ini, dan tentu saja dia tidak bisa mundur dan menarik semua yang sudah terjadi. Andai iya, mungkin satu keluarga menjadi taruhannya.

"Aku ingin secepatnya melakukan apa yang diminta Felicia. Jadi, persiapkan dirimu untuk pergi ke dokter!" Lanjut Ruben, supaya bayi yang mereka harapkan segera hadir, dan dia cepat-cepat menceraikan Sheana.

Sheana pun berpikir demikian, lebih cepat lebih bagus, jadi dia segera menganggukkan kepala. "Baik, Tuan. Tapi tidak hari ini ya, karena saya akan ke sekolah terlebih dahulu untuk mengurus semuanya. Setelah itu kapanpun Anda minta, saya akan bersedia."

Ruben tampak menimbang, dan dia menyetujui permintaan Sheana yang satu ini. "Silahkan! Tapi ingat, aku tidak suka buang-buang waktu."

Setelah itu Ruben langsung bangkit dari tempat duduknya, karena dia harus pergi ke kantor. Sebagai seorang Presdir dia memiliki tanggung jawab dan pekerjaan yang sangat banyak. "Aku pergi dulu, kalau ada apa-apa jangan lupa melapor!" Pria itu hanya bicara dengan Batari, kemudian melenggang begitu saja tanpa melirik Sheana sedikit pun.

Namun, Sheana tidak akan mempermasalahkannya. Karena tugas dia bukan membuat Ruben jatuh cinta padanya. Dia malah senang, tidak tinggal satu atap dengan suaminya.

"Saya akan bilang pada supir untuk siapkan mobil untuk Anda, Nyonya," ucap Batari pamit untuk pergi ke depan. Sheana ingin melarang karena dia berencana untuk naik taksi, tapi langkah Batari terlihat sangat cepat. Jadi Sheana gagal mencegahnya.

"Hah, kamu hanya perlu menikmatinya, Shean!" gumamnya sambil menghela nafas.

*

*

*

Sementara di bumi belahan yang lain, seorang pria bernama Luan—tampak bersiap-siap untuk pergi, dia mengemas pakaian dan beberapa dokumen penting miliknya ke dalam satu tas. Membuat sang nenek—orang yang telah merawatnya sedari kecil, mengerutkan keningnya yang sudah keriput itu.

"Mau ke mana kamu, Lu?" tanya Gania.

Luan menutup tasnya, kemudian menatap sang nenek. Sebenarnya dia tak tega untuk pergi dari rumah dan meninggalkan wanita lansia itu, tapi dia juga punya masa depan yang harus diperjuangkan.

"Bibi bilang ada pekerjaan di kota. Aku akan coba melamar ke sana. Sebelumnya aku sudah cerita pada Nenek kan kalau aku akan merantau?" jawab Luan, yang selama ini hanya jadi pemuda kampung. Namun, meski begitu dia telah mengajari anak-anak sekitar ilmu beladiri, ilmu yang diajarkan kakeknya semasa hidup.

"Kamu benar-benar akan meninggalkan nenek sendirian?" tanya Gania dengan mimik sendu.

Luan tersenyum dan mengusap pipi Gania dengan penuh kelembutan. "Tidak mungkin, aku akan pulang setidaknya sebulan sekali. Dan saat aku sukses nanti. Aku akan bawa nenek jalan-jalan keliling kota. Untuk sekarang nenek di sini dulu, nanti Bibi Jenar akan sering datang." Jelas Luan meyakinkan.

Gania tak bisa menahan langkah Luan, karena dia pun sadar bahwa tempat ini tak bisa membuat sang cucu berkembang. Akhirnya dengan terpaksa, hari itu Gania melepas kepergian Luan ke kota.

Sebelum pemuda itu pergi, Gania membekali tiga butir telur rebus, kesukaan Luan.

"Jaga dirimu baik-baik, Lu. Doa nenek akan selalu menyertaimu, dan ingat—jangan bawa kabar apapun, selain hanya kehidupanmu yang manis di kota," ujar Gania memperingati Luan.

"Siap, Nek."

Luan mengangguk, kemudian memeluk Gania cukup lama, sampai akhirnya bus yang hendak ditumpanginya datang.

Dia berlari penuh semangat, satu tangannya memegang kresek berisi telur, sementara tangan yang lain melambai kepada Gania mengiringi bus yang mulai melaju membawa dirinya.

"Aku harap dia benar-benar hanya bekerja di kota," gumam Gania sambil ikut melambaikan tangan dan meneteskan air mata.

1
Septi Haryando Oppuratus
knp lama sekali up nya kak
Ratna Komala
nah loh candu &bucin nih Ruben 😍😍
Sastri Dalila
👍👍👍
phity
hhh..untuk kebutuhan yg 1itu saat ini ruben psti hx dpt dr seana...secara kan felicia msh pura2 gk bsa jln mngkin slm ini felicia gk kasih jatah sm ruben tp takut ruben ngapa2in sean atw wnita lain lucu ni sm si felicia
Lusiana_Oct13
Hohoho ruben mulai ketagihan
Enung Nurlaela Noenkandenk
si ruben akhirna deudeuieun,kop tah malahan candu moal bisa pajauh nu aya malarindu terus😂
Humaira
kan... kan... kayaknya ruben udah kecanduan ini... 😜💃💃
Ruwi Yah
semoga tebakan readers salah ya kak author ruben kan cuma ngajak ngopi doang
Maya's ❤️
ruben kamu mau ngapain woyyy 🙈🤭
Ita Putri
seruuuu
Ita Putri
hiyaaaa.....ada yang mulai ketagihan ni yeeeee
Threeanie
ciehhh mainnya hotel ngapain Ben ,,dah mulai ketagihan yaa 😂🤭
Yuliana Purnomo
Ruben mabok perawan niih,,,hajar terus biar cepat jadi Ruben junior
Acih Sukarsih
apakah ada yg blm aku baca ataukah di skip
*Septi*
ingin mengulang yg enak-enak tentunya 🫣
*Septi*
nah lho.. mulai deh..
Ny Rudi Harianto
loh....loh.....loh.....
jadi ketagihan sma yg baru kan .... wah ternyata
Ny Rudi Harianto
senyum² karena d perhatikan Luan atau karena d ranjang tadi puas dengan Ruben ya??
Ny Rudi Harianto
wah....terbawa suasana MLM hujan deras si Ruben ini
Dien Elvina
s Ruben sdh kecanduan dgn istri kedua nya 😅 ingin dan ingin lagi..rasanya berbeda dgn istri nya yg pertama yg sdh looss 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!