NovelToon NovelToon
Balada Cinta Suratih

Balada Cinta Suratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Cinta membuat seorang gadis bernama Suratih, menentang restu ayahnya. Damar, pemuda yang membuat hatinya lebih memilihnya daripada apa yang dikatakan orang tuanya, membuatnya mengambil keputusan yang sebenarnya mengecewakan sang ayah. Apakah Suratih akan bahagia membangun rumah tangga bersama Damar, setelah jalan yang dia tempuh salah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 26

"Bagus tuh, mantu kurang ajar kaya gitu. Emang pantes di kasih pelajaran! Usir bae udah!" cerocos Sumi dengan penuh emosi, sesekali ia bahkan sampai menepuk pahanya sendiri dengan gemas.

"Benar bangat tuh, bu! Emang menantu kaya gitu harus dikasih pelajaran." timpal Laras, ikut menimpali Sumi. Membuat wanita itu gak lagi seorang diri di ruang tengah.

"Kamu suka nonton sinetron juga, Ras?" tanya Sumi, melihat Laras duduk di sofa dengannya.

"Suka, bu! Kita itu butuh pembelajaran, bukan dari pengalaman pribadi. Tapi dari sinetron, dari novel yang kita baca. Yang baiknya bisa kita tiru, yang buruknya buat pelajaran untuk Laras hindari." cerocos Laras dengan serius, netranya fokus pada layar televisi.

Sumi menepuk punggung Laras dengan bangga, "Bagus kamu! Jangan lupa baca buku pengetahuan bagaimana jadi istri yang baik dengan mencontoh istri-istri nabi. Ibu yakin, kalau kalian sudah menikah. Rumah tangga kalian bakal bahagia, kamu gak perlu mikirin pekerjaan di luar. Biar Damar yang kerja, kamu cukup urus rumah, urus Damar dan urus ibu pastinya! Lahirkan keturunan buat ibu."

Laras tersenyum sinis, ‘Kesempatan yang ditunggu, datang juga. Harus pura

-pura manis di depan ibu Sumi, secara calon mertua.’

Laras mengerjapkan matanya, lalu menatap Sumi dengan sungguh-sungguh.

"Bukan hanya mengurus ibu dan bang Damar, Laras pasti akan berbakti sama ibu. Menyayangi ibu seperti orang tua Laras sendiri." tanpa canggung, Laras menarik lengan Sumi lalu memeluknya.

"Harus itu! Kamu emang calon mantu idaman ibu bangat kalo lagi lempeng pikiran kamu, Ras!" kekeh Sumi.

Laras melepaskan pelukan tangan Sumi, wanita muda berjilbab itu mengerucutkan bibirnya.

"Pikiran Laras selalu lempeng bu! Gak pernah miring!" gerutu Laras dengan nada merajuk.

"Pikiran kamu pernah miring Laras, udah tau bukan di dalam kamar, tapi masih berani keluar kamar dengan pakaian serba pendek! Itu namanya kamu sedang mengobral aurat kamu, apa kalo bukan pikiran miring?" cecar Sumi dengan nada tegas.

‘Sialan, belum apa apa udah berani ngatain aku miring. Lihat nanti ibu Sumi, ibu mertua ku sayang. Apa yang bisa aku lakukan pada mu kelak!’ batin Laras.

"Itu khilaf bu, bukan pikiran miring!" kilah Laras dengan nada manja.

"Kamu disini rupanya, Ras? Ibu pikir kamu lagi di kamar tadarusan!" seru Sari yang diikuti Suryo melenggang memasuki ruang depan.

Laras mengerutkan keningnya penuh tanya, ‘Ko ibu ngomongnya gitu? Perasaan aku udah lama gak tadarusan. Apa mungkin ini, ah iya… secara ibu Sumi ini kuat sekali kalo masalah tadarus.’

"Laras itu kalo di rumah rajin bangat tadarusan, mpo! Jarang bangat dia mah yang namanya nonton televisi.” dusta Suryo.

"Ah i- itu.. emmm na- nanti aja bu tadarusan" dusta Laras dengan gelagapan.

"Mpok, aye mau tanya nih! Gimana kelanjutan hubungan Laras sama Damar? Mpok Sumi niat kaga si mau jodohin anak-anak kita?" tanya Sari usai mendaratkan bobot tubuhnya di sofa dengan wajah serius.

"Iya mpo, kita butuh kejelasan ini. Sudah beberapa hari di mari. Perasaan saya, kita belum sekalipun ngomong, apa berunding bareng Damar!" timpal Suryo.

Sumi menggaruk kepalanya yang gak gatal, "Au ah gelap, gua juga bingung ini. Si Damar romannya lagi sibuk bangat sama kerjaannya. Pergi gelap, pulang gelap."

"“Lah ya gak bisa gitu, mpo! Apa jangan jangan Damar lagi menghindar. Dia gak mau di jodohin sama Laras? Pasalnya nih ya! Damar jadi gak ada sopannya sama saya, saya ini kan masih bibi nya! Keluarga dari almarhum ayahnya, harusnya Damar punya rasa hormat sama saya, mpo!" tebak Sari dengan tatapan menyelidik.

Suryo menggeleng, "Cuma orang buta yang kaga liat kecantikan yang dimiliki putri kita, bu!"

"Heh Suryo! Anak gua sempurna kaya gitu, lu kata buta! Mata lu tuh yang buta! Mata lu kotok!" cibir Sumi dengan nada gak santai.

"Ibuuuu, mungkin gak sih. Ada yang pengaruhi bang Damar? Bang Damar biasanya baik, lembut, penuh kasih sayang sama Laras. Tapi kenapa sekarang sikap bang Damar jadi dingin ke Laras?" seru Laras dengan tatapan sedih.

Dada Sumi bergemuruh kesal, pikirannya langsung terarah pada satu nama.

"Benar apa kata lu, Ras! Pasti Damar dipengaruhi otaknya sama Suratih!" seru Sumi dengan tatapan penuh emosi.

"Jadi gimana ini, mpo? Masa po kalah sama si Suratih. Tapi Suratih itu siapa ya, mpo?" timpal Sari.

"Nanti dah kalo dia pulang cepat apa tar gua atur buat ngomong ama itu bocah." imbuh Sumi.

Ngeeeng.

Suara motor berhenti di depan rumah. Memancing Sumi untuk ke luar.

Netra Sumi langsung berbinar senang, dengan senyum sinis terpancar di wajahnya.

"Bagus lu pulang cepat, ada yang perlu ibu omongin sama lu, Damar!" jelas Sumi, menarik paksa tangan Damar.

"Apa sih, bu! Damar capek baru pulang! Belum mandi, belum makan! Nanti aja lah ngomong nya!" protes Damar.

Bak anak ayam yang di patuk induknya. Sumi terus menarik Damar masuk kedalam rumah. Damar bahkan gak di beri kesempatan, sekedar melepas sepatu yang tengah ia kenakan.

Sumi berdecak kesal, "Kali ini ibu gak mau ngalah sama lu, Damar! Ibu udah cukup sabar ngadepin lu yang seenaknya pulang dan pergi!"

Brugh.

Sumi mendudukkan Damar dengan paksa di sofa.

"Tapi gak gini juga caranya, bu!" protes Damar, menatap jengkel sang ibu.

"Ibu bilang duduk! Kita obrolin dulu masalah perjodohan kamu dengan Laras! Ibu udah cukup sabar menghadapi tingkah kamu belakangan ini ya, Damar!" oceh Sumi dengan wajah merah padam.

"Lima menit, cepat katakan apa yang perlu Damar dengar!" seru Damar pada akhirnya.

Laras merubah posisi duduknya, netranya fokus pada Damar yang duduk di sisi lain sofa.

"Yah elah bang, kenapa pake lima menit sih! Bentaran banget! Emang bang Damar gak mau ngobrol banyak apa sama Laras? Udah beberapa hari kita tinggal seatap, tapi udah kaya tinggal berjauhan." gerutu Laras dengan mode merajuk.

"Kalian itu pasangan yang serasi, Damar! Gak salah bibi terima perjodohan kalian berdua." seru Sari dengan tatapan berbinar senang.

"Kita beruntung bu, bisa berbesan sama mpo Sumi. Harta kita bertambah, harta gak jatuh ke tangan yang salah!" celetuk Suryo tanpa saringan.

Sumi menggeleng gak habis pikir, tapi ia gak menyangkal perkataan Suryo, adik iparnya itu tau betul maksud tujuan Sumi menjodohkan Damar dengan putrinya, Laras.

"Udah selesai belum kalian bicaranya? Sekarang waktunya saya bicara! Dengar baik baik!" tegas Sumi.

"Dari tadi Damar nunggu ibu ngomong! Tinggal 3 menit lagi bu! Sebelum Damar masuk kamar buat istirahat!" ujar Damar dengan wajah datar.

Sumi menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, tatapannya mengedar di antara Sari, Suryo, Laras dan Damar.

"Ibu udah putusin, awal tahun depan kalian akan menikah. Kamu tau artinya, Damar! Kalian akan menjadi suami istri!" ucap Sumi dengan tegas, gak mau di bantah.

Damar tampak biasa aja, gak ada keterkejutan di wajahnya, ia justru berseringai, dengan sorot mata penuh arti.

‘Gak perlu menunggu selama itu, bu! Damar malah sudah punya rencana kejutan, khusus buat ibu tersayang dalam waktu dekat ini. Tapi sabar ya, bu! Baru mau 2 malam Damar umpetin Ratih di kamar, kecebong yang Damar ternak di dalam rawa Ratih, belum jadi itu mah.’ pikir Damar.

Sumi mengerdikkan dagunya, netranya melirik Sari dan Suryo bergantian, "Sekarang udah jelas kan Sari, Suryo?"

"Kami ikut saja dengan keputusan yang mpo buat!" seru Sari, harta karun.

Suryo menganggukkan kepalanya, "Saya juga, keputusan mpo Sumi pasti buat kepentingan dan kebaikan keluarga besar kita!"

Prok prok prok.

Laras bertepuk tangan dengan wajah senang, "Yeeee, satu tahun lagi, kita bakal nikah, bang!"

"Harusnya kamu mengucap alhamdulilah, Laras! Jika mendengar kabar baik!" protes Sumi dengan sorot mata tajam.

Laras menundukkan kepalanya dalam, "Salah lagi!"

Damar beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana kamu, Damar?" tanya Sumi dengan sorot mata tajam.

***

Bersambung …

1
Gaby
Geregetan sama author, Suratih kenapa dibikin begitu
Liliana
gemes bener ini sama Suratih, cinta boleh oon jangan dong. Thor bikin gemes bener
Jia
saya nonggol thor
Jia
lanjutkan up thor
Shafa Adeena
hadir
Be-Trhee
semangat untuk upgrade
Kinanti Putri
terus kan kak, di tunggu bab berikut nya
Kinanti Putri
semangat ya kak
Ummu Marhamah
bagus untuk karya mu kak, jangan lupa jaga kesehatan biar selalu up
Kiki Fitri
lanjutkan up nya kak
Kiki Fitri
is the best
Dinda Shaza
hadir kak
Amanda
sipppp keren banget thor
Amanda
keren
Alana
semangat terus thor
Nesia
keren banget nih💪💪💪😍
Sonia
💪💪💪💪💪 semangat terus thor
Nona
lanjutkan up nya kak
Ayah Fifi
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Donita
Bagus sih, lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!