NovelToon NovelToon
Titik Akhir Ke Titik Awal Seorang Istri

Titik Akhir Ke Titik Awal Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Cinta Murni / Penyeberangan Dunia Lain / Menikah Karena Anak
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Heavenhell Athanasia Caventry pernah percaya bahwa cinta akan menyelamatkan hidupnya. Namun, lima tahun pernikahan hanya memberinya luka: suami yang mengkhianati, ibu yang menusuk dari belakang, dan kehilangan terbesar, bayi yang tak sempat ia peluk. Saat ia memilih mengakhiri segalanya, dunia ikut runtuh bersamanya.

Namun takdir memberinya kejutan. Heavenhell terbangun kembali di masa remajanya, sebelum semua penderitaan dimulai. Dengan ingatan masa depan yang penuh darah dan air mata, ia bertekad tidak lagi menjadi pion dalam permainan orang lain. Ia akan menjauh dari Jazlan, menantang Loreynzza ibu yang seharusnya melindungi, dan membangun kehidupannya sendiri.

Tapi kesempatan kedua ini bukan sekadar tentang mengubah masa lalu. Rahasia demi rahasia yang terkuak justru menggiring Heavenhell pada jalan yang lebih gelap… sebuah kebenaran yang dapat membalikkan segalanya.

Kesempatan kedua, apakah ini jalan menuju kebebasan, atau justru jebakan takdir yang lebih kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Kandung

Mobil yang dikendarai Valdrin berhenti di sebuah mall terbesar yang berada di kota mereka. Sengaja ia memilih tempat ini untuk menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Di samping karena Adhvan yang ingin bermain di timezone tapi juga karena ingin mengajak Heavenhell shopping. Hidup di desa bertahun-tahun membuat Heavenhell jarang memiliki barang bagus sehingga Valdrin berinisiatif membelikannya.

"Jadi kamu sekelas sama Jazlan?" tanya Valdrin pada Heavenhell yang sedang asyik memakan es krimnya bersama Adhvan.

"Iya, pah," jawab Heavenhell sekenanya karena malas membahas tentang si Jaz-lan-jaz-lan itu.

Valdrin mengangguk pelan. "Oh gitu, baguslah kamu berteman sama Jazlan. Dia anaknya baik kok, sopan, pinter, plus ganteng juga. Papah sama Daddynya kebetulan satu club golf jadi kita sering ketemuan lah kalau lagi main bareng," jelas Valdrin sambil memakan es krim coklatnya.

Rasanya Heavenhell ingin muntah ketika mendengarkan pujian Valdrin kepada Jazlan. Yang dimana itu semua salah tapi nggak semuanya sih. Tapi memang Valdrin dan ayah Jazlan alias Vion memang berteman. Di kehidupan pertamanya dulu, Vion sampai-sampai memberikan sebuah restoran miliknya kepada Valdrin sebagai permintaan maaf karena Jazlan yang menghamilinya.

Rencananya itu akan diberikan kepadanya eh malah berakhir Loreynzza membalik nama kepemilikannya pada Aretha sebagai hadiah pernikahan untuk Aretha dan Alvarez. Jancok memang.

Kalau mengingatnya membuat kebencian Heavenhell terhadap Loreynzza mulai tumbuh. Ia tahu ini salah karena bagaimanapun Loreynzza adalah ibunya tapi ia kesal juga karena diperlakukan seperti itu. Semua miliknya selalu dialihkan pada Aretha.

Apa ia melakukan ritual pembangkitan arwah yang telah mati saja yah supaya omnya atau Ayah Aretha bangkit dari kuburnya dan membawa serta Aretha supaya tidak menjadi beban. Ibunya Aretha atau Maria juga seenaknya saja melimpahkan pengasuhan Aretha kepada Loreynzza. Dan memilih kembali ke kota asalnya yang berada diluar pulau, harusnya dia yang bertanggungjawab atas Aretha.

"Kak Ave, es krimnya boleh buat aku aja nggak? Daripada meleleh kek gitu," tegur Adhvan pada Heavenhell yang dari tadi sibuk mengaduk-aduk es krimnya sambil sibuk membuat skenario palsu didalam otaknya.

"Eh, boleh kok. Ambil aja, kebetulan tadi kakak udah makan es krim disekolah," jawab Heavenhell membuat Adhvan tersenyum senang dan senang hati mengambil alih mangkok es krim Heavenhell lalu melahapnya.

Valdrin hanya bisa tersenyum kecil melihat interaksi kakak beradik didepannya ini. Walaupun mereka tidak benar-benar pernah tinggal serumah tapi mereka tetap saling mengenal satu sama lain. Ia kira akan membutuhkan waktu lama untuk membuat Heavenhell menyamankan diri dengannya tapi ternyata ia salah.

Gadis di depannya itu tetap sama dengan gadis kecil yang bersembunyi dibalik punggung Loreynzza ketika ia pertama kali berkunjung ke rumah mereka dan menatapnya dengan malu-malu saat ia memberikan uang padanya.

Sayang sekali ia hanya memiliki 1,5 tahun untuk mengisi masa kecil Heavenhell karena setelahnya Adhvan lahir ke dunia dan membuat Loreynzza membuat keputusan yang sangat tidak ia setujui yakni membiarkan mertuanya membawa Heavenhell untuk hidup di sebuah desa terpencil.

Disana gadis di depannya ini menghabiskan masa kecilnya, tanpa kedua orang tuanya hanya kakek dan neneknya yang terkadang sangat sibuk di kebun. Membiarkan Heavenhell kecil mengerjakan pekerjaan rumah yang dimana seharusnya ia hanya bermain dan belajar.

"Ave, habis ini kamu mau beli apa?" tanya Valdrin.

"Eh, nggak usah pah. Aku nemenin kalian aja, baju-baju yang Papah beliin masih ada yang belum aku pake. Sepatu-sepatunya juga."

"Loh kenapa?" tanya Valdrin heran.

"Yah karena aku cuman di rumah doang, nggak kemana-mana. Palingan cuman beli bahan-bahan makanan di sekitar gedung apartemen," jawab Heavenhell.

Valdrin mengulas senyum tipis. Tahu betul jika gadis itu tidak berbohong. Karena bodyguard yang ia tugaskan untuk mengawasi Heavenhell mengatakan hal yang sama. Dan ART yang ia pekerjakan di apartemen Heavenhell berkata jika Heavenhell hanya akan menghabiskan seharian di kamar membaca novel jika pulang sekolah.

"Papa beliin novel-novel baru buat kamu deh, gimana?" tanya Valdrin.

"Boleh pah," jawab Heavenhell antusias.

"Aku mainan aja yah, Pa," sahut Adhvan tidak mau kalah sambil terus memakan es krim.

Valdrin memutar bolamatanya kesal mendengarkan ucapan Adhvan. "Satu aja tapi, abis itu kamu harus beli buku juga."

Adhvan menghembuskan nafasnya kesal karena di suruh beli buku juga. Padahal dirinya masih punya banyak buku yang belum ia baca alias masih disegel. Lah sekarang malah disuruh nambah.

......................

Setelah membeli beberapa novel yang diincar Heavenhell. Kedua tangan Heavenhell pun penuh dengan plastik berlogo gramedia. ketiganya sekarang tengah berjalan menuju toko mainan untuk membeli mainan yang diinginkan Adhvan. Namun langkah ketiganya terhenti saat mereka tidak sengaja berpapasan dengan Aretha dan Loreynzza.

"Loh pah, kamu nggak ke kantor? Adhvan kamu juga ngapain disini bukannya tidur siang di rumah?" tanya Loreynzza bertubi-tubi dengan raut wajah heran. Matanya lalu beralih menatap Heavenhell yang berdiri di samping Valdrin lengkap dengan beberapa plastik yang diketahui Loreynzza berasal dari sebuah toko buku.

Hatinya sedikit berdesir ketika matanya bersirobok dengan mata Heavenhell. Ia sedikit tidak menyangka bertemu dengan putrinya itu di tempat ini. Tubuhnya tidak sekurus saat pertama kali Heavenhell datang ke rumahnya. Melihatnya membuat Loreynzza mengerti mengapa sebagian orang mengatakan jika Heavenhell adalah versi muda dirinya walaupun wajahnya agak bule seperti ayah kandungnya.

Mengingatnya hal itu membuat Loreynzza memalingkan wajahnya.

"Aku nggak ke kantor hari ini supaya aku bisa jalan-jalan bareng anak-anak. Kemarin-kemarin aku sibuk banget," jawab Valdrin menggenggam tangan Heavenhell.

Loreynzza mengangkat alis kirinya bingung. "Kok Aretha nggak diajak?" tanyanya.

"Seperti yang aku bilang ini khusus untuk "anak-anak". Kamu ngerti kan itu maksudnya apa?"

Aretha menundukkan wajahnya ketika Valdrin secara tidak langsung mengatakan jika ia dianggap orang lain. Walaupun memang iya sih tapi jangan terlalu jujur juga dong.

"Pa, jangan ngomong gitu dong," balas Loreynzza tidak suka.

Valdrin memutar bolamatanya malas. "Kamu ngapain disini? Tumben" tanyanya.

"Oh ini, aku mau beliin tas LV keluaran terbaru. Katanya semua temen dia udah punya, tinggal Aretha doang yang belum."

"Ya trus?"

"Ya aku mau beliin lah, kan aku udah bilang tadi."

Valdrin menampilkan raut wajah tidak suka.

"Ngapain, buang-buang duit aja. Lagian dia itu masih kecil buat beli barang-barang branded kek gitu. Nanti dia lengah dikit trus dicopet, melayang duit aku," oceh Valdrin.

Ini nih hal yang tidak disukai Valdrin dari Loreynzza. Selalu membelikan orang lain barang-barang mewah, bukannya ia pelit. Hanya saja itu percuma juga jika Loreynzza tidak melakukan hal yang sama kepada Heavenhell. Lama-lama ia akan menyuruh Loreynzza membangun sebuah panti asuhan jika ia memang suka merawat anak orang lain.

Lebih berfaedah dan amalannya tidak terputus.

Daripada merawat Aretha yang ibunya masih ada dan hidup layak di luar pulau. Sementara dirinya yang harus membiayai Aretha, dia kan bukan anaknya beda dengan Heavenhell yang otomatis jadi anaknya setelah menikahi Loreynzza.

"Pa, kamu kok ngomong gitu sih. Jangan pilih kasih dong."

"Pilih kasih apaan? Tuh aku udah beliin Adhvan sama Heavenhell buku. Mana ada aku pilih kasih," sahut Valdrin membuat Loreynzza semakin kesal.

"Pokoknya aku bakal beliin Aretha tas LV yang dia mau. Nggak peduli kamu setuju atau enggak," kekeuh Loreynzza.

"Ok, tapi jangan pake duit aku. Kalau kamu mau beliin dia tas yang dia mau suruh Shireena transfer uang ke kamu. Jangan uangnya dipake buat bayar brondong doang," kata Valdrin lugas membuat Heavenhell dan Adhvan melirik kearahnya dengan tidak percaya.

Bahkan Aretha ikut ternganga menatap Valdrin yang untuk pertama kalinya berbicara frontal seperti itu. Selama ini pria itu hanya diam-diam bae membuat Aretha berpikir jika Valdrin fine-fine saja dengan kehadirannya sama halnya dengan Heavenhell.

"Pah," bentak Loreynzza membuat beberapa orang melirik kearah mereka. Tidak ingin membuat keributan yang berujung dirinya bisa viral di sosial media.

Tanpa basa basi Valdrin segera menarik tangan Heavenhell dan Adhvan untuk pergi sana. Ketenangan yang biasa menjadi ciri khasnya mendadak menghilang hari ini karena tingkah tidak masuk akal Loreynzza. Bagaimana bisa ia menghabiskan uangnya membelikan sebuah tas mewah kepada Aretha sementara Heavenhell dan Adhvan hanya membeli beberapa buku dan mainan. Sangat tidak adil.

......................

Setelah hampir seharian menghabiskan waktu bersama kedua anaknya. Valdrin akhirnya pulang bersama Adhvan setelah makan malam bersama Heavenhell. Pria paruh baya itu mengusap rambutnya yang basah sehabis mandi dengan handuk.

"Aku nggak suka yah kamu ngomong kek tadi ke Aretha. Dia jadi sedih banget tau nggak," kata Loreynzza menatap Valdrin.

Raut wajahnya terlihat kesal ketika mengingat bagaimana wajah sedih Aretha pasca Valdrin mengatakan hal tadi. Bahkan keponakannya sekaligus anak angkatnya itu tidak mood lagi membeli tas yang diincarnya.

"Trus?" tanya Valdrin acuh tak acuh.

Loreynzza turun dari tempat tidur dan melangkah kearah Valdrin yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan raut wajah yang tidak bersalah. Suaminya itu entah kenapa susah sekali membuka hati untuk Aretha dan malah sangat menyayangi Heavenhell.

"Mas, kamu bisa nggak sekali aja sayang sama Aretha. Dia itu anak angkat aku dan otomatis dia anak angkat kamu juga," kata Loreynzza.

"Kamu bisa nggak sekali aja perhatian sama Heavenhell. Dia anak kandung kamu loh dan otomatis dia anak aku juga."

Loreynzza mengepalkan tangannya ketika mendengarkan perkataan Valdrin seolah mengulti dirinya. "Sama aja kan, mereka berdua bukan anak kamu. Heavenhell juga cuman anak tiri kamu."

Valdrin menghentikan kegiatan mengeringkan rambutnya dan berbalik menatap Loreynzza dengan tatapan tajam. "Kadang aku bingung sama jalan pikiran kamu. Bagaimana bisa kamu tidur dengan tenang di sebuah rumah mewah sementara anak kandung kamu ditelantarin gitu aja. Ibu macam apa kamu ini? Menjadi pahlawan untuk anak orang lain dan menjadi penjahat untuk anak kamu sendiri. Apa yang kamu dapetin dari rawat Aretha selama ini, apa? Nggak ada," balas Valdrin panjang lebar sambil menatap lekat Loreynzza. Wanita yang ia cintai setelah ibunya namun sayangnya rasa apatisnya pada anaknya sendiri membuat ia sedikit kesal dengannya.

"Dan satu lagi, Heavenhell itu anak aku. Putri sulung aku dan itu mutlak. Di hari kita menikah di hari itu juga Heavenhell adalah anak aku. Dan sudah menjadi kewajiban aku untuk menjaga dia dan menafkahi dia. Kamu tau kenapa? Karena dia anak dari wanita yang aku cintai yaitu kamu. Jadi berhenti bermain peran menjadi people pleaser, it sucks."

Valdrin melemparkan dengan kasar handuk yang dipegangnya dan segera melangkah kearah ruang kerjanya. Atmosfer di kamar mendadak panas dan menjengkelkan sehingga ia perlu mendinginkan diri. Serta ia ingin memberikan ruang dan waktu agar Loreynzza bisa merenungi kata-katanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!