NovelToon NovelToon
Saya Alona

Saya Alona

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wisye Titiheru

Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Wabah Penyakit

Sepuluh menit kemudian setelah Deni anak berusia lima belas tahun. Warga kembali membawa orangtua yang berusia sekitar empat puluhan tahun yang gejalanya sama seperti Deni. Setelah melakukan pemeriksaan darah, didapatkan hasil yang sama. Akhirnya diberi treatmen pengobatan sama seperti Dani. Lima menit kemudian datang lagi dan terus menerus sampai ruangan puskesmas sementara tidak bisa menampung.

Akhirnya oleh anggota tentara dibangun tenda khusus dan diletakan tempat tidur tentara berjumlah dua belas. Atas urunan masyarakat dipasang kipas untuk menjaga suhu di tenda tersebut. Warga membantu bersama tentara menyiapkan tempat rawat.

"Apakah ini wabah dokter Alona?"

"Sepertinya begitu, karena gejala mereka sama dokter Iwan dan semua yang ada adalah orang yang berada di kebun."

Puji Tuhan stok obat mereka masih tersedia banyak, meskipun puskesmas mengalami kerusakan parah akibat ulah perompak. Total pasien yang ditangani oleh enam orang tenaga medis ada dua puluh orang. Sudah ada dapur umum, yang di atur oleh desa. Dan warga khususnya yang perempuan membantu menyiapkan makanan bagi pasien dan tenaga medis. Sherly anak kepala desa yang paling sibuk, dia bekerja giat sekali menyiapkan menu makanan buat yang sakit.

Aparat desa bersama tentara menganjurkan untuk sementara warga tidak keluar apalagi bekerja ke kebun sawit. Pihak desa sudah menghubungi dinas perkebunan dan kami tenaga medis diwakilkan oleh dokter Iwan sudah melaporkan kepada dinas kesehatan setempat. Dan hari ini bantuan peralatan medis dan obat - obatan serta makanan sudah di antar ke desa tempat kami melakukan pelayanan. Mobil - mobil dikawal oleh tentara.

Selesai memberikan makan malam. Tenaga medis melakukan rapat untuk membagi shif kerja agar mereka semua tidak drop kesehatannya. Malam ini sampai jam satu malam dokter Alona bersama Cila dan Zaki. Sedangkan pukul satu malam sampai pukul tujuh pagi tugas dokter Iwan, Soni dan Silas. Selesai makan malam mereka yang jaga pasien jam satu malam sudah beristirahat. Bukan hanya mereka, ada tentara yang juga bertugas menjaga mereka. Beberpa warga juga berjaga di tengah - tengah kampung.

"Kalau lelah, tidur aja dulu. Nanti setiap tiga puluh menit dibangunkan." Alona menganggukan kepalanya setelah selesai mengotor pasien mereka bertiga istirahat di kantor sementara mereka. Alona tidur di tempat tidur tentara dan dijaga oleh Vier. Aksi Vier menjaga Alona dilihat oleh Sherly yang masih kepo untuk mendekati Kapten Vier. Raut wajahnya berubah waktu melihat perhatian Vier kepada dokter Alona.

Pukul satu malam Dokter Iwan dan teman - teman sudah siap mengantikan tugas dari dokter Alona dan kawan - kawan. Sebelum pergantian laporan kondisi pasien diberikan agar dokter Iwan bisa melanjutkan observasi. Vier mengantar Alona dan teman - teman ke barak tentara.

"Kak, ngak usah bobo diluar jaga ya. Nanti sakit, di desa ini ada wabah."

"Ini tertutup dek. Aku tidur pake sarung ini seperti pendaki. Sudah sana bersih - bersih baru tidur." Vier mengusap kepala Alona. Dia merasa senang karena perhatian pacarnya. Alona dan Cila sudah beristirahat. Vier seperti biasa dia tidur di depan pintu kamar pacarnya. Pukul lima subuh, Dokter Iwan membutuhkan bantuan dokter Alona, maka Soni ke posko tentara.

"Kapten Vier kami membutuhkan tenaga dokter Alona. Darurat."

"Oke saya bangunkan kamu ke puskesmas terlebih dahulu."

Vier pun membangunkan Alona. Tidak berselang lama Alona sudah bangun. Vier menyampaikan pesan dari Soni, dia hanya membersihkan mukanya dan menggunakan jas dokter lengkap dengan perlengkapan, dan diantar Vier langsung ke puskesmas. Sebelumnya Vier menyampaikan pesan kepada anggotanya untuk menjaga kamar yang Cila tempati.

Sampai disana ternyata banyak sekali pasien yang mengalami komplikasi terutama yang sudah lanjut usia. Salah satu bapak Alex, mereka mencoba menurunkan suhu tubuh mereka dengan kembali memberi obat penurun panas, sampai memantau transportasi mobilisasi obat dan perlengkapan medis. Sambil berdoa Alona, memohon keajaiban Tuhan. Pukul lima lewat fua puluh menit rombongan truk berisi obat dan perlengkapan medis tiba bersamaan dengan truk tentara berisi material bangunan.

Kelelahan diwajah Iwan dan Alona terobati, obat yang dinantikan pun tiba. Pasien yang gawat setelah diobservasi langsung diberi obat penawar wabah itu. Dengan harapan tidak ada kesalahan. Tiga puluh menit setelah diberi obat penawar, kondisi mereka yang daya tubuh atau antibodinya bagus mengalami perkembangan untuk sembuh. Cila dan Zaki sudah bergabung.

"Terima kasih Tuhan buat penyertaan kasihMu." Alona mengucapkan doa itu. Setelah perjuangan sehari penuh untuk kesembuhan mereka yang sakit. Ternyata hasil evaluasi dan pemeriksaan di lingkungan sekitar. Mereka yang sakit adalah otang - orang yang berada di luar pada saat angin kencang. Sedangkan berada di dalam bangunan tidak berdampak.

Sore hari mereka yang berjumlah dua puluh lebih orang sudah sehat dan diijinkan pulang ke rumah. Kemudian ruangan tempat mereka dirawat disemprot disinfektan khusus untuk membunuh virusnya.

Namun sayang seribu sayang, Dokter Alona yang pertama menerima pasien yang terkena wabah, malah terkapar. Tiba - tiba dia pingsan di ruang perawatan. Hal itu dilihat langsung oleh Vier yang sedang berdiskusi dengan tim tentara yang datang khusus membangun gedung puskesmas ini. Dia langsung berlari mendekat kepada Alona, namun oleh Soni dan dokter Iwan, Kapten Xavier dilarang mendekat. Alona sudah dibawa ke ruangan khusus sudah dipasangkan infus pada tubuhnya. Vier hanya bisa melihat dari balik kaca jendela.

"Dokter Iwan, bagaimana keadaan Alona?"

"Sepertinya dokter Alona terkena wabah, alasannya dia pertama yang menerima pasien, kedua daya tahan tubuhnya belum membaik sehabis mendonorkan darah buat anda."

"Donor?"

"Ya, Dokter Alona punya golongan darah sama dengan anda Kapten." Vier yang baru tahu, bahwa lukanya kemarin mengakibatkan dia kehilangan darah dan yang mendonorkan adalah Alona, sehingga waktu wabah ini, dia yang cepat tertular.

"Oh Tuhan sembuhkanlah dia yang aku sayang."Itulah doa yang Vier sampaikan kepada Tuhan didepan ruangan Alona dirawat. Mukanya yang pucat, membuat Vier mau mendekat memeluk sang kekasih.

Ners Soni dan Dokter Iwan serta Ners Silas semua kebingungan melihat sikap Kapten Xavier Anthonio yang tidak seperti biasanya, dari gerak - gerik sang Kapten bahwa ada perasaan lebih dari beliau terhadap dokter Alona.

"Kamu yang lebih dekat dengan dokter Alona, ada apa beliau dengan Kapten Vier?"

"Dokter lihatnya bagaimana?"

"Kok malah bertanya?"

"Tanya Zaki dokter?" Mata dokter Iwan langsung mengarah kepada Zaki. "Jawab Zaki?"

"Kapten dan dokter saling mencintai."

"Pantas Kapten sangat kuatir."

"Ya, Jelas dong dokter. Itukan pacarnya, orang yang dia cintai sedang terbaring lemah."

Tiba - tiba, Kapten Vier menghampiri Dokter Iwan menanyakan kondisi Alona dan meminta ijin agar dia bisa menemaninya. Akhirnnya dengan baju lengkap, Kapten Xavier menghampiri ranjang Alona, dipegang tangan sang kekasih dielus dengan lembut. Mata Alona terbuka, dia begitu kaget karena Vier berada disamping ranjangnya.

"Kak, jangan kesini luka kakak belum sembuh betul, nanti menular." Vier mengeleng kepalanya air matanya jatuh.

"Biarkan aku disini menjagamu, jangan melarang aku sayang." Keberadaan Kapten Xavier di ruangan khusus membuat Sherly dan Priska panas perasaannya. Ada kebencian tersendiri. Ini kali kedua bagi Sherly melihat hal pemandangan itu. Karena dia mempunyai perasaan cinta kepada Kapten Xavier.

Sherly pulang kerumah langsung masuk ke kamarnya dan menangis. Hal itu dilihat oleh mamanya. Orangtuanya yang memanjakan anak itu langsung menanggapi dan menghibur anaknya. Kepala desa memberi nasehat yang baik. Namun istrinya menginginkan anaknya Sherly bisa berpacaran dengan Kapten Xavier.

Sehingga Sherly dan mamanya mempunyai rencana agar Alona dievakuasi keluar desa mereka. Agar Sherly bisa mendekati Kapten Xavier Anthonnio.

1
Tuxedo Mask
Gemes banget 😍
Ceisye: terima kasih 🙏🙏🙏
total 2 replies
Elysia
Gak bisa berhenti baca
Ceisye: 😊😊😊 terima kasih
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin galau.
Ceisye: terima kasih sudah membaca semoga bab selanjutnya juga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!