Diusianya yang tak lagi muda, Sabrina terpaksa mengakhiri biduk rumah tangganya yang sudah terajut 20 tahun lebih lamanya.
Rangga tega bermain api, semenjak 1 tahun pernikahnya dengan Sabrina. Dari perselingkuhan itu, Rangga telah memiliki seorang putri cantik. Bahkan, kelahirannya hanya selisih 1 hari saja, dari kelahiran sang putra-Haikal.
"Tega sekali kamu Mas!" Sabrina meremat kuat kertas USG yang dia temukan dalam laci meja kerja suaminya.
Merasa lelah, Sabrina akhirnya memilih mundur.
Hingga takdir membawa Sabrina bertemu sosok Rayhan Pambudi, pria matang berusia 48 tahun.
"Aku hanya ingin melihat Papah bahagia, Haikal! Maafkan aku." Irene Pambudi.
..........................
"Tidak ada gairah lagi bagi Mamah, untuk menjalin sebuah hubungan!" Sabrina mengusap tangan putranya.
Apa yang akan terjadi dalam kehidupan Sabrina selanjutnya? Akankah dia mengalah, atau takdir memilihkan jalannya sendiri?
follow ig @Septi.Sari21
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Langkah Irene berhenti, kala melihat~H2 One baru saja keluar dari ruang ganti disebrang. Haikal dan Haris keluar tidak sendiri, mereka bersma anak-anak basket lainnya dari ruang ganti. Namun yang menjadi tujuan Irene saat ini adalah Haikal. Dia sedikit merapikan rambutnya, sambil menatap kaca jendela disamping.
"Haikal ...." teriak Irene, langsung bergegas berlari kecil menuju tempat Haikal.
Mika yang berlari agak tertinggal, mencoba mengejar dua temannya, walaupun langkahnya tertatih, akibat banyaknya beban yang dia bawa.
"Ada apa, Irene?" tanya Haikal menatap kearah Irene sekilas, namun tatapanya langsung tertuju pada Mika yang sedang membawa beberapa barang milik temannya itu.
"Kamu nanti mau latihan Basket?" tanya Irene dengan wajah malunya, sambil menautkan jemarinya kedepan.
Haikal mengangguk lemah, sedikit menyungging senyum tipis.
Ditengah repotnya membawa barang ditubuhnya, hingga tas yang ditenteng pada lengannya sedikit merosot, Mika kembali membenarkan posisinya, sambil menaikan sedikit kacamata bacanya. Wanita berkepang dua itu, terlihat memfokuskan pandangannya pada nama yang tertea diseragam milik Haikal dan Haris.
'Oh jadi namanya Haikal! Dia kekasihnya Irene.' gumam batin Mika. Namun setelah itu, dia menatap kearah Haris.
Sejak masuk dikelas barunya, Mika langsung jatuh hati terhadap sikap gentle Haris. Menurutnya, Haris adalah sosok pria yang begitu tenang, dingin, begitu sulit sekali ditebak. Karena posisi bangku Haris yang berada disebelah bangku Mika, jadi Haris kerap sekali membantu Mika. Karena dia adalah ketua kelas, dan bertanggung jawab membantu para siswa baru yang tidak terlalu mengerti. Walaupun terkesan dingin, namun perhatian yang Haris tunjukan selama kelas berlangsung, hal itu rupanya membuat Mika salah mengartikan. Dan sialnya, Mila.malah jatuh hati kepada pria kutub itu.
Sementara yang ditatap, Haris hanya bersikap acuh, seolah tidak kenal Mika sebelumnya. Pikir Haris, dia akan bersikap semestinya didalam kelas saja. Sementara diluar, dia bersikap masa bodoh, acuh, dan begitu irit sekali berbicara.
"Haikal, nanti semangat ya mainnya-"
"Irene, ambil tas milikmu dari tubuh temanmu itu! Belajarlah lebih tanggung jawab!" sela Haikal sedikit menahan kesal, hingga dia hanya mampu menggelengkan kepala, melihat sikap bodoh Mika saat ini.
Setelah itu dia langsung meneruskan kembali jalannya bersama Haris.
Huh ...
Desah Irene dalam. "Ck! Kamu pasti sengaja 'kan, Mika? Kamu pasti sengaja menampakan wajah melas didepan Haikal dan Haris tadi. Iya 'kan?" sentak Irene seraya membalikan badan.
Mika menggelengkan kepala cepat. Dia sedikit menunduk ketakutan, sambil menjawab, "Nggak kok, Irene! Aku sama sekali nggak keberatan!"
"Jagan senang mendapat pembelaan dari Haikal! Haikal itu kekasihku! Dan jangan pernah kamu menampakan wajah melasmu ini, jika bertemu kekasihku lagi," tekan Irene, sambil menonyor kepada Mika.
Karena merasa kesal, setelah itu Irene dengan cepat langsung menyambar tasnya dari lengan Mika, dan diikuti oleh Eca. Setelah itu, dia dan Eca langsung melenggang pergi dari hadapan Mika, tanpa sepatah kata apapun.
Wajah Mika terlihat kecewa. Sudah badanya terasa pegal, karena sejak tadi disuruh Irene terus, kini dia malah ditinggal sendirian.
"Mika ...." sapa salah satu teman satu kelas Mika, yang kini baru saja berhenti disamping tubuhnya.
Mika menoleh, sedikit mengerjab. Ada dua temannya disana. Namanya Angel dan Rahel.
"Dimana Irene, dan Eca?" tegur Rahel menatap bingung.
"Aku ditinggalkan mereka," lirih Mika sambil menaikan kacamatanya kembali.
"ikut kita saja, kebetulan kita akan melihat latihan Basket!" ucap Rahel tersenyum.
"Apa tidak apa-apa, aku ikut kalian?" tanya Mika dengan hati-hati.
"Aku bukan Irene, Mika! Sudah, ayo ...." ajak Angel menarik tangan Mika.
Namun sebelum mereka kelapangan Basket, Angela menuju kantin terlebih dahulu untuk membeli sebuah minuman. Hati Mika tergerak untuk membeli sebotol minuman juga. Dia harap, Haris akan mau menerima pemberiannya nanti.
Setelah selesai, mereka bertiga langsung menuju lapangan Basket, yang dimana sudah ada banyak anak-anak yang melihat latihan Haikal.
Mika, Angel, dan Rahel mengambil duduk berjejer paling depan, tampak antusias melihat latihan teman-temannya saat ini. Mika sejak tadi mengembangkan senyum bangga, disaat melihat Haris begitu lihai memantulkan bola basket ditangannya.
Dan kebetulan, disaat Haikal berhasil melemparkan bola tersebut didalam ring, semua anak bersorak ramai menyemangati. Haris juga ikut bangga merengkuh sekilas pundak temannya. Dan begitu dia berbalik, tatapannya langsung terkunci oleh tatapan Mika disebrang.
Melihat Haris berjalan mendekat kearah tempat duduknya. Sontak saja Mika langsung bangkit, dengan tangan membawa sebotol minum tadi. Senyum Mika merekah indah, seraya ingin beranjak dari tempatnya.
Namun, senyum cerah itu luntur seketika, kala Haris malah menerima uluran air minum dari tangan Angel.
"Thanks, Ngel!" ucap Haris dingin, sambil melirik kearah Mika.
Menyadari itu, Haikal kemudian mendekat. Dia kangsung menyambar botol minun mikik Mika.
Srettt!
Mika terperanjat, hingga kepalanya menoleh kesamping. Dia tidak menyangka, Haikal dapat bersikap lebih dengannya.
"Nggak masalah, kan ... Aku minum?" tanya Haikal menatap Mika.
"Ngak papa kok. Minum saja!" jawab Mika sedikit menunduk.
Drrt.. Drrt..
Ponsel Mika yang berada didalam tas ranselnya, kini terdengar bergetar nyaring, hingga membuat fokusnya teralihkan. Tanpa berpikir lama, Mika langsung saja mengangkat ponselnya, karena sang Mamah lah yang baru saja menelfon.
📞 "Hallo, Mah ... Ada apa?" jawab Mika seraya berjalan sedikit menjauh.
"Kenapa belum pulang, Sayang? Apa ada yang membullymu lagi? Ceritakan saja sama Mamah!" ucap Mamah Mika disebrang.
📞 "Nggak ada, kok Mah! Mamah tenang ya ... Ini temen Mika semuanya baik kok!" adunya pada sang Ibu.
"Oh ya, apa kamu tadi sudah menelfon Papah, Sayang? Bagaimana?" Aruna sangat antusias sekali menanti jawaban sang putri, tentang suami sirinya itu.
Senyum manis Mika perlahan hilang. Dia menunduk sekilas, sambil menjawab, 📞 "Sudah, Mah! Papah belum bisa pulang untuk sementara waktu."
"Ya sudah, nanti biar Mamah yang berbicara! Jangan terlalu larut pulangnya!" Lagi-lagi Aruna harus menahan kepahitan dalam rumah tangganya.
Setelah itu, Ibu Mika yang tak lain Aruna Dewi ... Kini dia langsung memutus panggilan telfonnya. Wanita dewasa itu segera bangkit dari duduknya disofa depan, karena dia juga baru pulang bekerja.
Aruna berjalan menuju teras depan, mencoba mengotak atik ponsel, sepertinya menghubungi seseorang disebrang. Namun sialnya, sudah beberapa kali memcoba, tidak ada satu pun yang terjawab.
"Kenapa ponselnya mas Rangga dimatikan? Kemana dia?" guman Aruna, sedikit menahan rasa geram, karena Rangga tidak mengaktifkan ponselnya.
Dari arah gerbang, masuk sebuah mobil bewarna putih. Orang didalamnya segera turun, meski merasa sedikit lelah, harus menghadapi kenyataan yang menyulitkan pagi si pemilik rumah.
Aruna mendesah dalam, karena dia tahu siapa pemilik mobil itu. Mau tidak mau, dia harus mempersiapkan mentalnya, karena sang kakak pasti akan mencercanya sepertu waktu lalu.
...lanjut thor 💪🏼
di tunggu boncapnya thor lanjut.
lanjut thor💪🏼