NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Harus Memilih

Ketika Cinta Harus Memilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Cerai / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:75.7k
Nilai: 5
Nama Author: Buna Seta

Cinta bertepuk sebelah tangan sungguh menyakitkan hati Nadila Putri. Nyatanya Abdullah cinta pertamanya justru mencintai wanita lain yaitu Silfia Anwar.
Nadila pun memilih pergi meninggalkan mereka demi persahabatan.

Nadila memilih bekerja di UEA menjadi tkw, tetapi belum ada satu tahun kedua orang tuanya menyuruhnya pulang. Namun, tidak Nadila sangka ketika tiba di Indonesia justru dijodohkan dengan Abdullah.

Apakah Abdullah akan menerima Nadila? Lalu bagaimana nasib Silfia. Kita ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Cinta pertama Nadila Putri gadis 23 tahun jatuh kepada Abdullah adik sepupu sang majikan. Namun, tanpa Nadila sangka, pria 25 tahun itu justru mencintai teman Nadila yang bernama Silfia Anwar. Mereka berprofesi sama, yakni menjadi baby sitter dan bekerja dalam satu rumah mengasuh anak kembar.

Cinta segitiga mereka membuat pertemanan menjadi hancur. Nadila memilih pergi merelakan Abdullah agar hidup bahagia bersama Silfia.

Nadila memutuskan untuk pergi jauh ke UEA bekerja sebagai TKW. Tentu ingin melupakan Abdullah. Namun, belum ada satu tahun bekerja, ia mendapat kabar jika sang bapak sakit, kemudian memutuskan untuk pulang.

"Assalamualaikum..." ucap Dila ketika tiba di rumah sederhana, tetapi tidak ada jawaban. Ia mendorong pintu yang sudah mulai tua itu tidak dikunci. Dengan perasaan panik memikirkan bapak, ia tinggalkan koper begitu saja di ruang tamu.

Di depan pintu kamar yang sudah mulai lapuk karena dimakan rayap, ia mengetuk pintu. Sedetik kemudian, muncul Aminah.

"Dila... kamu sudah pulang sayang..." ucap Aminah ibu kandung Dila memeluk putrinya di tengah-tengah pintu kamar.

"Iya Bu.. Ibu sehat?" Dila memandangi tubuh ibunya yang terlihat lebih kurus, hatinya mencelos. Padahal sebelum ia tinggalkan beberapa bulan yang lalu badan ibu segar berisi.

"Ibu tidak apa-apa sayang... tapi Bapak kamu..." bu Aminah tidak sanggup lagi untuk bicara lalu menoleh sang suami yang tak berdaya di tempat tidur.

"Bapak sakit apa Bu?" Dila menatap wajah ibu yang melahirkan itu tampak resah dan berat untuk menjawab. Dila ambil kesimpulan jika penyakit bapaknya sangat serius.

Karena tidak ada jawaban, Dila beralih menatap pak Umar. Dengan langkah cepat, ia mendekati sang bapak yang tidur berselimut, walaupun hawa kamar itu terasa panas.

"Bapak kamu stroke, Nak" ucap bu Aminah yang sudah di sebelah putrinya pun akhirnya mejawab, walaupun terasa berat.

"Astagfirullah..."

Dila berdiri di samping tempat tidur pak Umar menatap wajahnya yang lemah dan pucat. Air matanya tidak bisa dia bendung lagi. Sosok yang selalu melindungi kini berbaring lemah. Dila merasa sedih karena sibuk mencari uang hingga tidak pernah memperhatikan kedua orang tuanya.

Dila pikir selama ini hanya cukup mengirim uang untuk membatu orang tua, biaya sekolah adik perempuannya, lalu masalah akan selesai. Sekarang ia baru sadar, setelah lulus SMA tidak pernah memperhatikan bapak dan ibu. Selama lima tahun, Dila memilih bekerja menjadi baby sitter pindah-pindah tempat. Daripada bekerja di pabrik dan tempat yang lain. Karena ia pikir makan gratis, tidur nyaman, gaji utuh, lalu ia kirimkan ke orang tua. Namun, Dila sekarang menyesal, karena melewatkan momen berkumpul dengan orang tua. Seandainya dulu ia bekerja di pabrik seharusnya masih ada waktu malam hari bersama keluarga.

"Bapak..." lirih Dila, tangisnya pun pecah. Kenangan indah bersama bapak di masa kecil terlintas di benaknya. Bapak yang selalu mencurahkan kasih sayang sesibuk apapun. Tetapi Dila belum bisa membalasnya.

Dila memeluk tubuh pak Umar, menangis di dadanya, hingga beberapa detik kemudian, kepalanya yang tertutup jilbab terasa ada yang mengusap, Dila mengangkat kepala cepat.

"Bapak..." Dila membantu sang bapak yang akan bangun. "Maafkan anak Bapak" lanjutnya lagi-lagi menangis ketika mendengar cerita pak Umar jika satu kakinya lumpuh.

"Kamu jangan sedih, Nak, kaki bapak memang lumpuh, tapi tangan ini masih bisa bergerak, badan bapak juga sama."

Begitulah pak Umar yang tidak pernah mengeluh walaupun kakinya lumpuh akibat stroke.

"Bapak sekarang ke dokter ya..." Dila ingin pak Umar cepat sembuh.

"Tuan Ahmad sudah membawa Bapak ke rumah sakit" tutur pak Umar menunjuk obat sekantong plastik yang berada di meja kecil. Tuan Ahmad yang pak Umar maksud adalah majikannya di mana ia bekerja sebagai supir sebelum sakit.

"Untungnya majikan Bapak kamu itu baik sekali, La" bu Aminah menambahkan.

Dila hanya mengangguk, tanpa bicara lalu keluar hendak ambil handphone di dalam tas. Ia akan memesan kursi roda karena pak Umar membutuhkan itu.

Tok tok tok.

Belum sempat memesan kursi roda, Dila meletakkan handphone kembali lalu menemui tamu terlebih dahulu.

"Permisi Nona, saya disuruh Tuan Ahmad mengantar kursi roda untuk Pak Umar" kata pria yang memanggul kardus besar. Di belakang pria itu berdiri seorang bapak kira-kira berusia 55 tahun menatap Dila lekat.

"Oh, silakan masuk" Dila membuka pintu lebar, membiarkan tamunya masuk meletakkan kardus tersebut di lantai.

"Sekarang buka, Bud, lalu antar ke kamar pak Umar" titah pria yang tak lain Tuan Ahmad.

Dila terharu kepada majikan bapak, rupanya bos yang memiliki perkebunan itu baik sekali, pantas saja pak Umar betah bekerja hingga puluhan tahun.

"Kamu siapa?" Tanya tuan Ahmad, selama ini belum pernah melihat Dila.

"Saya anak sulung pak Umar, Tuan..." Dila mencoba untuk tersenyum walaupun hatinya sedih.

Tuan Ahmad mengangguk, lalu izin ke kamar pak Umar, menyusul anak buahnya yang sudah masuk lebih dulu.

Dila membiarkan tamunya menemui pak Umar, lalu menarik koper ke kamar sendiri. Ia memindai kamar yang tidak luas, tapi masih rapi seperti dulu. Walaupun kamarnya bukan terbuat dari dinding tembok yang kokoh, melainkan hanya disekat papan triplek, namun ngangeni. Tatapan matanya beralih ke tempat tidur, rasanya ingin rebahan istirahat sebentar. Perjalanan 10 jam darat, udara, membuatnya lelah. Tetapi memikirkan pak Umar seperti itu mana mungkin bisa enak-enakan tidur. Ia letakkan koper di pinggir lemari, kemudian mengeluarkan pakaian.

Betapa terkejutnya Dila ketika berdiri memegang baju, gelang tangan berwarna hitam jatuh dari lipatan baju tersebut. Bayangkan Abdullah pria yang ia tinggalkan delapan bulan yang lalu melintas di kelopak mata. Sebab, gelang tersebut ia beli bersama Abdullah ketika keluarga Barra mengajak pergi melihat pameran.

"Kira-kira Kak Abdullah sudah menikah dengan Kak Silfi belum ya?" Monolog Dila, memilin gelang di tangan.

"Ah, kenapa aku pikirkan mereka lagi sih" Dila menepis pikiranya sendiri sembari berlalu membawa baju itu ke luar kamar, menuju kamar mandi.

Begitu menoleh ke ruang tamu, bapaknya sudah duduk di kursi roda, sedang berbincang-bincang bersama tuan Ahmad. Dila sedikit tenang, bapaknya bisa duduk dan ngobrol dengan baik.

10 menit kemudian ketika keluar dari kamar mandi, mendengar suara kompor gas dinyalakan. Dila belok ke dapur.

"Mau masak apa Bu?" Dila bermaksud membantu.

"Cuma masak air untuk membuat teh" bu Aminah melarang putrinya ke dapur justru menyuruh istirahat.

"Biar aku saja Bu" Dila menyiapkan gelas untuk membuat teh. Balik menyuruh ibunya agar ke luar saja. Membuat teh tentu bukan pekerjaan yang lama, setelah selesai, Dila membawa ke ruang tamu.

"Ternyata anak kamu yang pertama sudah besar, Mar" kata tuan Ahmad terdengar di telinga Dila.

Dila terpaksa menunda perjalanan lalu mendengarkan di belakang lemari tempat televisi.

"Alhamdulillah... Dila sekarang sudah berjalan 24 tahun Tuan" pak Umar tersenyum.

"Bagaimana kalau anakmu dijodohkan dengan anak saya saja, Mar."

Prang!

Nampan yang Dila pegang pun terlepas dari tangan, lalu jatuh ke lantai hingga gelas pecah berantakan. Dila kaget dan syok ketika mendengar tawaran tuan Ahmad yang akan menjodohkan dirinya. Padahal Dila belum pernah melihat seperti apa anak tuan Ahmad.

...~Bersambung~...

1
Rina
Semoga wanita yg baru datang itu gak menambah beban Dila ya 🫢🫢🫢
Kasandra Kasandra
lanjut
Atalia
pokoknya harus ceria Dilla dari Abdullah kasian banget 😭😭😭😭
pokoknya ditunggu banget kelanjutannya author
flower
semogga bisa di kabulkan pembatalan pernikahan nya...
betriz mom
author pinter banget setiap akhir selalu menggantung bikin penasaran 🙏🤭
Azkia Amalia
up
sudarti darti
lanjut Thor ttp semangat berkarya
sudarti darti
mbak Faizah kah yang datang
@alfaton🤴
Dilla benar kata ibumu Dilla.....kamu sudah ada restu dan diijinin tuk bercerai.........dan jangan ada dendam biar Allah yang membalas semua kejahatan yang kamu terima.....pelan tapi pasti......semangat Dilla .....jodohmu sudah menanti 😍😍😍
🌷💚SITI.R💚🌷
smg kamu bisa kembali bebas bisa membahagiakan ke dua orang tua kamu ya dila, aku ikut sedih smg yg datang faiz ya bukan wanita munafik sm suamiy
@alfaton🤴
semoga orang baik yang menyapa bukan ibu mertuanya semangat Dilla
🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴
lanjut kak...

semngattttt
neng ade
siapa wanita yang menyapa Dilla??
neng ade
udah terbongkar semuanya.. sekarang Dilla tau kalau ginjal bapak nya udah di sumbangkan pada papa mertua..
neng ade
syukurin kamu Silfia.. sok banget tingkah mu mu itu
neng ade
itu pasti si Silfia yang datang.. permainan segera dimulai..
Retno Harningsih
lanjut
darsih
JD penasaran SM cerita nya
mery harwati
Faiz, kamu datang tepat waktu, saat keluarga Abdullah sudah pulangke Bogor, bukan langsung menemui orang tua Dila & menyerahkan Dila baik² pada orang tuanya, tapi malah Dila yang menceritakan RT nya tanpa didampingi keluarga Abdullah, habis manis sepah dibuang, setelah pengorbanan ginjal bapaknya Dila
Faiz, sementara ajak Dila ke rumah orang tuamu agar Dila menemukan kebahagiaan & kedamaian dirinya & keluarganya
Jengendah Aja Dech
❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!