Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Nenek Mirna
Cindy melihat didepannya ada sebuah perahu. Cindy mendekat pada perahu itu, Cindy melihat perahu kecil itu yang terbuat dari sebatang kayu yang panjangnya hanya 2 meter.
Cindy bisa memastikan kalau perahu itu dibuat dengan dipahat hingga menjadi perahu.
Cindy melihat kesekitar, namun tidak ada jejak-jejak kehidupan, tapi Cindy bertanya dalam hatinya.
"Perahu siapa ini, apakah ada orang disini ?" Cindy kembali melihat perahu itu, Cindy mencoba mengangkat, namun perahu itu sangat berat sehingga tubuh Cindy jatuh terduduk.
Cindy kembali bangun, namun matanya tidak sengaja melihat dua kuburan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Cindy berjalan menghampiri kuburan itu, buku kuduk Cindy mulai merinding, dia ketakutan.
"Disini ada kuburan, malam sudah hampir tiba, apakah--?" mulut Cindy tertutup saat suara raungan terdengar ditelinganya.
Pandangan mata Cindy tertuju pada suara raungan itu, yang ternyata seekor serigala sedang menatapnya tajam dan seakan akan memangsa dirinya.
Cindy ketakutan, jantungnya mulai berpacu, seluruh tubuhnya gemetar, dia ingin berlari namun kakinya terasa kelu.
Cindy mundur kebelakang dengan mata terus fokus pada serigala itu yang juga mendekat pada dirinya.
Serigala itu mulai berlari ingin menerkam Cindy, Cindy terus mundur tanpa sadar kakinya tersandung dengan kayu hingga membuat tubuhnya ambruk dipasir.
Cindy menutup kedua matanya dengan tangan, dia pasrah kalau hidupnya akan berakhir saat ini.
"BRUUK," terdengar seperti ada benda yang jatuh diatas pasir. Cindy mulai membuka tangan yang menutup kedua matanya dengan pelan.
Ternyata dia masih hidup, Cindy mencoba duduk, dia melihat serigala yang tadi hendak menerkamnya sudah tumbang tidak bernyawa diatas pasir yang jarak dengannya hanya beberapa meter saja.
Cindy bangun dan berjalan mendekati serigala itu karena melihat ada sesuatu yang menancap ditubuh serigala itu.
"Anak panah, siapa yang melakukan ini ?" tanyanya lirih pada dirinya sendiri.
Cindy melihat kesekeliling, dia tersentak saat melihat sosok perempuan tua yang berdiri tidak jauh dan sekarang sedang menatap dirinya.
Perempuan tua itu berdiri dengan busur ditangannya, ternyata perempuan itulah yang memanah serigala yang ingin menerkam Cindy hingga serigala itu tumbang dan mati.
perempuan tua itu berjalan pelan mendekati Cindy yang berdiri tegang. Cindy ketakutan, namun tubuhnya tidak mampu bergerak sama sekali.
Perempuan tua itu terus mendekat pada Cindy, dalam takut Cindy juga terus menatap perempuan tua itu.
Kerutan diwajah perempuan itu semakin jelas terlihat, baju yang usang dan robek-robek pun semakin terlihat jelas, seluruh rambut juga sudah memutih tidak ada sehelai pun yang hitam tersisa.
"Kenapa kamu berada disini ?" tanya wanita tua itu, heran kenapa gadis seusia Cindy berada dipulau yang sangat jauh dari daratan ini.
Tidak mungkin Cindy penghuni pulau ini, karena wanita tua yang bernama Mirna itu sudah sangat lama terdampar dipulau ini.
Cindy tidak menjawab, lidahnya terasa kelu untuk berbicara, takut, senang, sekarang ada dalam diri Cindy.
Cindy takut, karena dia tidak kenal siapa wanita tua yang berada didepannya sekarang ini.
Senang karena dipulau ini ternyata dia tidak sendiri, setidaknya ada orang lain walaupun hanya seorang perempuan tua.
"Apa kamu bisu ?" tanya wanita tua itu lagi karena tidak mendengar Cindy menjawab pertanyaannya.
Dengan perasaan takut dan was-was Cindy menggeleng pelan kepalanya.
"Lantas, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan ku kalau kamu tidak bisu." Imbuh wanita tua itu lagi.
"A...ak...aku--" Cindy gelagapan.
"Sudahlah, ini sudah malam, disini banyak binatang buas, lebih baik ikut aku kalau kamu tidak mau terjadi seperti tadi." Ujar wanita tua itu mengingatkan Cindy pada serigala yang hendak menyerangnya tadi.
Cindy melihat ke serigala yang sudah mati tadi, kemudian dia kembali melihat pada wanita tua didepannya yang bernama Mirna itu.
"Bawa barang mu." Imbuh wanita tua itu dingin, dan wanita tua itu melanjutkan langkahnya, dia tidak kan mengulangi lagi perkataannya.
Cindy masih terdiam, pikirannya berkecamuk, tidak ada pilihan lain selain ikut dengan wanita tua itu, dari pada disini akan menjadi mangsa binatang buas seperti kata wanita tua itu lagi.
Akhirnya Cindy meraih kopernya dan segera menyusul langkah wanita tua itu.
Jujur sebenarnya Cindy sedikit takut pada wanita tua itu, tapi dia tidak punya pilihan, akan lebih baik dia ikut wanita tua itu, apa lagi wanita tua itu sudah menolongnya dari terkaman serigala.
Cindy terus mengikuti langkah wanita tua yang bernama Mirna itu, langit semakin gelap, bintang pun sudah bermunculan menghiasi langit malam.
Bulan juga sudah menerangi gelapnya malam dipulau kecil yang jauh dari daratan itu.
Tidak lama kemudian, sebuah gebuk kecil melihat didepan mata Cindy. Gebuk yang dibangun dengan kayu, dan atap yang rancang dengan daun kelapa.
Gebuk itu tidak besar, namun cukup untuk berteduh dan terlindung dari binatang buas dan gigitan nyamuk.
Mirna, wanita tua itu membuka pintu ketika sudah sampai digebuk miliknya, yang sudah dia huni selama 12 tahun.
Dua belas tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi Mirna, dia sudah melewati banyak hambatan dan rintangan dipulau ini, bahkan dia sudah beberapa kalau hampir mati oleh terkaman serigala.
Namun Tuhan masih melindunginya dan memberikannya umur panjang, hingga dia bertahan Samapi saat ini dan sekarang bertemu dengan Cindy, gadis yatim piatu yang dibuang oleh Ibu tirinya.
"Masuklah, apa kamu tetap ingin berdiri disitu ?" Ucap Mirna masih dengan nada dinginnya.
Tanpa menjawab, Cindy menarik kopernya dan masuk mengikuti Mirna wanita tua.
"Duduklah, Dino tidak ada sofa empuk, disini juga tidak ada nasi dan cemilan seperti dikota, disini hanya ada pisang dan buah-buahan lainnya untuk bertahan hidup." Ujar Mirna sembari meletakkan pisang didepan Cindy.
Cindy masih tidak mengeluarkan suaranya, dia masih diam sembari mengamati gebuk milik Mirna.
"Makanlah, kamu pasti lapar !" titah Mirna, sembari menuangkan air dari cangkang kerang untuk Cindy.
Cindy mengambil pisang yang tadi Mirna letakkan didepannya. Cindy mulai memakan beberapa pisang, perutnya memang dari tadi sudah lapar, dia hanya memakan sepotong roti saja tadi siang.
Didalam koper Cindy memang ada beberapa makanan, namun Cindy harus menghemat karena dia tidak tau sampai kapan dia berada disini.
setelah kenyang Cindy barulah mulai membuka suara. "Terimakasih, anda telah." ucapan Cindy berhenti karena Mirna menyahut.
"Panggil aja Nenek, Nenek Mirna." Sahut Mirna menyuruh Cindy memanggilnya dengan sebutan Nenek.
Cindy mengangguk, menyetujui apa yang diminta oleh Nenek Mirna. " Terimakasih Nenek sudah menolongku. Namaku Cindy." Cindy memperkenalkan dirinya pada Nenek Mirna.
Cindy dan Nenek Mirna mulai membuka obrolan, sikap dingin Nenek Mirna sekarang sudah hilang.
Namun disaat kedua wanita beda usia itu asyik mengobrol, Cindy dikejutkan dengan suara sesuatu yang menghantam dinding gebuk itu.
"Suara apa itu, Nek ?"
Bersambung.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..