NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Retak Tak Terlihat

Reyhan berdiri diam di depan pintu, menatap tubuh mungil Adelia yang tertidur memeluk bantal. Wajahnya terlihat lelah, dan mata sembabnya seperti bekas menangis.

Di meja makan, sepiring nasi goreng yang sudah dingin diletakkan rapi dengan catatan kecil: "Untuk Reyhan. Jangan lupa dimakan ya, Rey."

Reyhan menghela napas panjang, meremas catatan itu hingga lecek. Ia duduk di pinggir ranjang, hendak menyentuh rambut Adelia tapi urung. Ada getaran aneh di dadanya—rasa bersalah yang membakar sekaligus keraguan yang menyesakkan.

'Kenapa aku jadi pria sekejam ini? Kenapa aku biarkan dia memikul semuanya sendirian?' batinnya bergemuruh.

Tapi di kepalanya suara Emma kembali menggema: "Dia benar-benar mencintaimu? Atau cuma menempel karena kekayaanmu, Rey?"

Reyhan menutup mata, menggeleng pelan untuk mengusir suara itu. Namun, rasa bersalah dan keraguan bercampur menjadi racun yang perlahan melumpuhkannya.

"Pagi-pagi tapi kacau sekali," lirihnya pelan sebelum melangkah pergi tanpa menyentuh sarapannya.

Hari berikutnya, pagi-pagi sekali Adelia memberanikan diri membuatkan sarapan. Aroma roti panggang, telur ceplok, dan teh hangat memenuhi dapur.

Ia menyambut Reyhan dengan senyum lembut, mencoba bersikap hangat seperti dulu. Meskipun kemarin makanan buatannya sama sekali tak tersentuh.

"Selamat pagi, Rey. Mau roti atau nasi? Aku bikin dua-duanya."

Reyhan hanya mengangguk singkat tanpa memandang matanya. "Terserah. Aku nggak lapar."

Adelia diam. Matanya memanas, tapi ia berusaha tegar. Ia menatap piring-piring yang ia tata dengan hati-hati semalam, lalu tersenyum kecil pada perutnya yang mulai membuncit.

"Aku harus kuat, demi bayiku ini ... meski papamu sudah tak lagi seperti dulu," bisiknya pelan, hampir tak terdengar.

Di kantor Jonathan Group.

Emma masuk ke kantor dengan dress anggun berwarna merah marun yang memeluk tubuhnya sempurna. Langkahnya mantap, senyumnya menggoda setiap mata yang menatap.

Reyhan yang awalnya ingin menghindar akhirnya terjebak berbicara dengannya saat rapat. Emma mendekat, aroma parfumnya menusuk hidung Reyhan.

"Kenapa kamu terlihat muram? Apa kamu merindukan aku semalam?" bisik Emma, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari Reyhan.

Reyhan menahan diri, rahangnya mengeras. "Kamu harus berhenti, Em. Jangan hancurkan aku."

Emma tersenyum penuh kemenangan, matanya menatap Reyhan dengan percaya diri. "Atau jangan-jangan … kamu takut aku membocorkan rahasia kita?"

Reyhan memejamkan mata, menahan emosi yang memuncak. "Jangan bermain api, Emma. Kamu tidak akan menang."

Emma mendekat lagi, berbisik di telinganya. "Kalau aku nggak akan menang, kenapa matamu masih mencari-cari aku? Bukankah karena ... kamu masih mencintaiku, sayangku."

Reyhan tersentak. Ia berdiri tiba-tiba, membuat kursinya bergeser kasar. Semua orang di ruang rapat menatap mereka heran. Reyhan hanya berkata dingin, "Rapat selesai."

Selesai rapat, Reyhan menarik tangan Emma bergerak ke sisi ruangan sempit yang tak terlihat oleh banyak orang.

"Apa maksudmu berkata begitu barusan?"

"Rey ... ada apa? Bukankah kita ini kekasih?"

"Aku tahu, Em. Tapi kita lagi di kantor. Dan nggak seharusnya kamu selalu menganggu konsentrasiku. Tolong!"

"Jadi kamu memarahiku, begitu?" Bibirnya manyun, wajahnya langsung cemberut.

"Nggak, Em. Hanya saja ... tolong beri sedikit waktu berpikir. Aku mohon..."

Emma tersenyum lalu mengecup singkat pipi kanan Reyhan dengan sengaja. "Baiklah kalau itu maumu, sayang. Aku akan berikan asalkan setelah itu ... kita bersama."

Menghela napas panjang. Reyhan hanya mengangguk kecil. Lalu melangkah pergi meninggalkan Emma yang masih di tempat.

"Adelia, kamu tidak akan menang merebut mantan kekasihku," bisiknya pelan.

Namun tanpa Emma sadari, Dina—kekasih Leo—teman baik dari Reyhan mendengar pembicaraan mereka sejak awal.

---

Di lain tempat, rumah besar keluarga Jonathan

Ny. Jonathan duduk anggun di kursi utama, wajahnya terlihat tegas. Reyhan berdiri di depannya, menunduk. Pria itu pulang lebih dulu ke rumah keluarganya setelah mendapat telepon mendesak.

"Aku sudah dengar semuanya, Reyhan."

Reyhan mengangkat kepalanya, wajahnya tegang. "Maksud Mama apa?"

Ny. Jonathan menghela napas panjang. "Emma sudah bicara padaku tentang hubungan kalian."

"Mama, itu tidak seperti yang—"

"Diam!" bentak Ny. Jonathan, nadanya penuh wibawa. "Awalnya aku kesal dengan Emma karena ikut campur dalam urusan keluarga kita. Tapi sekarang aku sadar … yang salah itu Reno."

Reyhan terdiam, wajahnya semakin pucat.

"Adikmu sudah menghancurkan rumah tangganya dengan Karin. Dan sekarang Emma menjadi kunci untuk memperbaiki citra keluarga kita di mata para investor."

"Mama … aku sudah menikah. Jangan lagi membahas ini."

"Tapi kamu menikah dengan wanita biasa, Reyhan. Adelia tidak punya posisi dalam keluarga ini. Emma adalah wanita yang tepat untuk menjadi tameng bagi keluargamu!"

Reyhan mengepalkan tangan, berusaha menahan amarah. "Adelia mencintaiku. Dan aku…"

"Kamu apa, Reyhan? Masih mencintai Emma?" desak Ny. Jonathan tajam. "Tatap mata mamamu ini."

Reyhan tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajahnya, menatap lantai kosong.

Ny. Jonathan tersenyum tipis. "Aku tahu hatimu, Nak. Semakin kau menolak Emma, semakin dalam kau jatuh padanya."

"Jadi, ikut ajakan Emma untuk pergi bertemu dengan keluarganya di Singapura. Kamu harus pergi. Tanpa alasan apapun ... sekalipun itu pekerjaan. Mama yang akan menghandle perusahaan dengan Reno selama kamu tidak di sana."

"Tapi, Ma ... kehamilan Adelia sekarang semakin besar. Tidak baik kalau aku pergi meninggalkan dia ke luar negeri."

"Reyhan, jangan bantah perintahku. Atau aku ... benar-benar menghapus jejak namamu di warisan keluarga kita. Kemiskinan tidak cocok untukmu, mama sangat tahu itu."

Reyhan hanya terdiam. Ia sadar ketidakmampuan jika harus jatuh miskin. Apalagi hidup dalam serba kemewahan selama ini.

"Pergi saja, Rey. Biarkan aku yang akan menjaga Adelia selama kamu pergi ke Singapura," celetuk Reno yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Apa kamu gila atau memang tidak punya otak? Ren, sadar akan ucapanmu barusan?" Reyhan merasa kesal terlebih atas semua masa lalu Reno.

"Aku tidak sedang mabuk. Jadi otakku masih sangat berfungsi, Rey. Lagi pula apa masalahnya? Adelia pernah menjadi kekasihku, dan itu hal yang mudah, bukan?"

"Hentikan omong kosongmu itu, Reno. Sana pergi urus masalahmu dulu dengan Karin." Ny. Jonathan bersikap tegas.

"Ya. Mama." Reno melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

"Kamu harus pikirkan tentang ini baik-baik, Reyhan. Mama tidak akan main-main sekarang. Karin sebentar lagi akan jadi masa lalu keluarga kita. Jadi ... suka atau tidak, kamu harus terima itu," desak Ny. Jonathan.

Namun, Reyhan tidak peduli. Ia melangkah keluar mengabaikan perintah ibunya.

Tepat bersamaan Reyhan pergi. Reno sudah menunggu kakaknya di tempat parkiran mobil kediaman Jonathan.

"Lama tidak saling bergurau, Kak Reyhan," ucap Reno dengan sengaja.

"Apa maumu?"

"Mauku? Kita ini saudara kandung, Rey. Meskipun jarak usai kita tidak jauh. Hanya saja ... aku peringatkan satu hal padamu. Kalau seandainya kamu benar-benar mengikuti saran dari Mama untuk pernikahanmu dengan Emma. Maka ... tinggalkan Adelia."

"Apa hakmu ingin mengatur hidupku, Ren. Rumah tanggamu saja tidak beres kamu urus."

"Aku hanya peduli pada Emma, Rey. Jadi ... ikuti saranku. Kalau tidak—"

"Kalau tidak apa? Kamu berusaha mengancam kakakmu sendiri, begitu? Cih! Anak kemaren sore. Berani-beraninya kamu. Tapi tidak apa-apa. Terserah apa maumu, Ren. Aku ... hanya akan melakukan apa yang aku mau, bukan atas kehendakmu, paham?"

1
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NurAzizah504
hayo, Del. tanggungjawab tuh /Facepalm/
NurAzizah504
ya ampun /Sob/
NurAzizah504
wah, ada juga ya kasus begini. hubungan hambar lah istilahnya
NurAzizah504
ini bukan lagi ditusuk. tp ditikam berkali2
Adinda
cerai Saja del suami kamu gak perduli sama kamu,kamu keguguran saja dia tidak tau karena asyik dengan jalangnya
Adinda
cerai saja adelia untuk apa sama suamimu tukang selingkuh
Cindy
lanjut kak
Adinda
cerai aja del tinggalin reyhan buat apa bertahan kalau dia bersama dengan jalangnya terus
Adinda
pergi adelia tinggalin reyhan buat apa bertahan sama pria yang tidak bisa lepas dari masalalu
Cindy
lanjut kak
Adinda
lebih baik adel tinggalin reyhan dan cerai tak usah punya urusan sama keluarga itu lagi
Cindy
next
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!