Namanya Rahayu yasmina tapi dia lebih suka dipanggil Raya. usianya baru 17 tahun. dia gadis yang baik, periang lucu dan imut. matanya bulat hidungnya tak seberapa mancung tapi tidak juga pesek yah lumayan masih bisa dicubit. mimpinya untuk pulang ketanah air akhirnya terwujud setelah menanti kurang lebih selama 5 tahun. dia rindu tanah kelahirannya dan diapun rindu sosok manusia yang selalu membuatnya menangis. dan hari ini dia kembali, dia akan membuat kisah yang sudah terlewatkan selama 5 tahun ini, tentunya bersama orang yang selalu dia rindukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5_Pertemuan Tak Terduga
Terik matahari tak membuatnya untuk meneduh, dia tetap mununggu di atas motor kesayangannya meski kulitnya terasa terbakar. Pandangannya tak lepas dari gedung sekolah, mencari sosok manusia yang sudah membuatnya menunggu saat ini.
" Katanya mau jalan?" Bahunya ditepuk dari belakang. Si pemilik Poni yang bernama Hito itu mengesah, meluruskan punggungnya lalu menyisir rambutnya acak.
" Bentar lagi," Jika bukan karena mamanya mungkin Hito sudah sedari tadi meninggalkan sekolahaan-nya itu. Tapi karena Raya, gadis yang kini menjadi tanggung jawabnya dia tidak bisa berbuat apa apa. Apalagi tadi Tante Helma nyokap Raya ikut berbicara padanya dan menitipkan anak gadisnya itu padanya.
Dipikir tempat penitipan!
Percuma. Hito tidak bisa menolak, mengelakpun tidak bisa. Dia hanya bisa mendumel dalam hati dan membuat dirinya kesal sendiri " Lo nungguin siapa sih?"
Ciko pria yang tak kalah tampan dari Hito ikut bersandar pada motornya. Ciko adalah salah satu teman Hito semenjak mereka masuk SMP. Jadi wajar saja jika saat ini pria itu bisa membaca gelagat mencurigakan dari temannya itu karena dia mengenal Hito dengan baik.
" Tinggal jawab aja apa susahnya sih To?" Rian ikut membenarkan perkataan Ciko. Rian yang juga tak kalah tampan dari teman temannya itu ikut penasaran.
Hito, Ciko dan Rian. Tiga sejoli yang di ibaratkan api dan asap, Sulit untuk dipisahkan. Canda tawa mereka selalu bersama, suka duka mereka hadapi bersama. Jika Hito memiliki hidung yang mancung dengan mata yang hitam dan tajam ,berbeda dengan Ciko yang memiliki mata yang sipit dan kulit seputih salju. Begitupun dengan Rian, rahangnya yang kokoh dengan lengan yang berotot membuat mereka bertiga menjadi pusat perhatian para siswi disana.
" Hai, Sorry nunggu lama." Napas Raya tak beraturan karena dia baru saja berlari dari ujung sekolah ke tempat parkiran. Tangannya menyeka keringat di dahinya lalu menelan ludahnya bulat bulat. Dia mulai mengambil nafas secara perlahan lalu menghembuskannya, dan saat ini dia sedikit lebih tenang.
" Lama."
" Ya maaf. Tadi habis nganterin buku dulu ke perpus," Ucap Raya berusaha menjelaskan.
" Ngeles aja, Udah cepet naik." Titahnya sudah kesal. Raya mendumel membuat mulutnya berkomat kamit seperti dukun yang sedang membaca mantra.
" Ngomong apaan Lo?" Tanya Hito yang melihatnya.
" Itu.... apa tadi, eee... ngapalin rumus," Jawabnya asal. Raya mulai melangkah berdiri disamping motor Hito.
" Ada kita To, masa mau dilewat aja?" Rian yang lebih dekat dengan Hito kembali membuka Helmnya saat melihat Raya yang akan naik ke motor milik sahabatnya itu.
" Tau nih anak mentang mentang udah punya cewek lupa sama kita," Ucap Ciko " Hai kenalin Gue Ciko." Raya ragu untuk menerima uluran tangan itu, Dia melirik wajah Hito yang menurutnya menyeramkan dan Raya terkejut saat pria yang bernama Ciko itu menarik tangannya untuk berjabat tangan dengannya.
" Udah biarin aja Dia mah gitu orangnya, Nama Lo siapa?" Tanya Ciko kembali.
" Ra,,Raya."
" Kalo gue Rian." Tangan Raya langsung berpindah, Rian langsung menyambarnya dan menjabat tangannya " Harusnya dari pagi kita udah kenalan, Tapi gara gara cowok yang nggak punya ahlak ini gue baru bisa kenalan sama Lo."
Raya hanya mengangguk kecil lalu menarik tangannya. Memang benar ini bukan pertama kalinya dia melihat mereka, tadi pagi Raya sudah melihat mereka ditempat yang sama. Sebelum mereka menghampiri, Hito pria itu terlebih dulu mengusir Raya untuk segera masuk kedalam kelas sehingga mereka hanya bisa melihat wajahnya tanpa mengetahui namanya.
" Jangan lama lama kenalannya." Celtuk Hito membuat Raya menoleh cepat kearahnya.
" Kenapa, Lo cemburu?" Ujar Rian menggoda. Jarang jarang dia bisa menggoda Hito seperti saat ini karena Hito terkenal dingin disekolah. Dan jangan salah walaupun banyak yang mengidolakannya Hito tidak pernah melirik mereka sama sekali.
" Iya." Semuanya membulatkan mata dengan jawaban yang keluar dari mulut seorang Hito. Begitupun dengan Raya yang bibirnya berwarna merah semerah ceri sedikit terbuka karena terkejut.
" Tapi bukan gue, noh pacar Lo." Tunjuk Hito pada salah satu cewek yang merengut dengan bibir yang mengerucut. Rian mengerutkan keningnya lalu membalikkan tubuhnya, Benar saja Karin si adek kelas yang selama ini mengejar dirinya tengah melihat kearahnya.
" Diamah bukan pacar gue." Jelas Rian seolah olah memberitahu Raya.
" Iya untuk saat ini bukan. Tapi gue yakin dia bakal jadi pacar Lo!"
" sembarangan aja kalo ngomong." Ciko hanya pasrah saat tangan lebar itu menampol kepalanya " Nggak. Gue nggak mau!" Tolaknya
" Berisik Lo pada. Gue duluan!" Hito segera melesat meninggalkan mereka yang tengah berdebat. Raya hanya bisa menurut saat Hito menyuruhnya untuk diam dan menuruti semua perkataannya. Sedikit tidak enak saat meninggalkan mereka begitu saja, tapi mau bagaimana lagi? Hito itu sekeras batu. Untuk saat ini Raya hanya bisa menuruti perkataannya.
Tunggu tunggu, Jangan menghujat Raya terlebih dulu. Jujur saat inipun Raya tengah kesal atas sikap Hito diparkiran tadi. Tapi telinganya masih berfungsi dengan baik, sebelum dia balik dari perpus Maminya menelpon Raya memintanya untuk menurut dan jangan membuat ulah dengan Hito. Jika bukan karena Maminya Sumpah serapah beserta hewan penghuni hutan akan keluar dari mulutnya untuk memaki Pria yang saat ini memboncengnya.
Keduanya terdiam membiarkan angin menjadi saksi kebisuan mereka. Tidak ada yang mau membuka suara, Hito fokus pada jalan sedangkan Raya dia lebih asik menikmati kota jakarta yang kini mulai mengalami perubahan. Di depan sebuah Mall yang tersusun dari beberapa lantai Hito menghentikan motornya dan menyuruh Raya untuk turun.
" Lo tunggu di depan gue markirin motor dulu," Sesuai janjinya saat pagi, Hito akan mengantar Raya untuk membeli kebutuhanya. Tidak lama kemudian Hito pun datang menghampiri Raya dan memimpinnya masuk kedalam Mall itu.
" Gue pengen pipis," Hito menghentikan langkahnya saat mendengar cicitan Ara. Gadis itu meremas jemarinya tidak kuat untuk menahanya lagi.
" Kebelet banget?"
Raya mengangguk " Banget. Pas di jalan tadi malah!" Tuturnya membuat Hito menggeleng kepala.
" Kenapa nggak ngomong?"
" Kan ini juga gue ngomong oon!" Kesal Raya dengan Hito yang banyak tanya.
" Maksud gue pas dijalan tadi. Kenapa ngg....
" Sssttt. Gue kebelet, toiletnya kearah mana?" Tanya Hito yang sudah tak kuat. Kedua tangannya mengepal erat menahan sesuatu yang sepertinya sudah minta untuk dikeluarkan.
" Lurus aja nanti juga ada bac...... Dasar Dodol. Nggak dulu nggak sekarang tetep aja gitu!" Hito mengikuti Raya yang sudah terlebih dulu meninggalkannya, Dia berdiri agak jauh dari toilet wanita, menunggu Raya didepan sana agar gadis itu tidak kesulitan saat mencarinya nanti.
" Hufff.... akhirnya lega juga." Raya bisa bernafas lega setelah keluar dari kamar mandi. Dia merapikan seragamnya sesaat lalu keluar dari toilet wanita.
"Loh si cungkring mana?" Raya melihat ke tempat tadi dia meninggalkan Hito, Hiasan pohon membuat tubuh Hito tak terlihat sehingga Raya tidak menyadarinya jika saat ini Hito pria yang sedang dia cari tengah berdiri di belakangnya dekat pilar yang menjadi penyangga bangunan itu.
" Aisss masa gue di tinggalin sih? Brengsek banget sih tu anak. Dasar Mony.... ups. Gak boleh Ray nggak boleh se brengsek brengseknya dia lo nggak boleh ngatain dia monyet!" Tanpa Raya sadari dia baru saja mengatai Hito Monyet.
" Maksud lo apa ngatain Gue monyet?"
" Ehh!" Raya terkejut saat Hito tiba tiba saja muncul dibelakangnya. Tangannya segera membekap mulutnya dengan kepala yang menggeleng.
" Dasar Marmut," Ucap Hito tak mau kalah.
" Ko malah balik ngatain gue?"
" Napa nggak suka? Terserah gue dong kan mulut mulut gue!"
" Tapi gue bukan marmut!"
" Gue juga bukan monyet!"
" Iya lo mah kingkong bapaknyaa!"
" Rese Lo. Marmut dasar!"
" Gue bukan marmut Cungkring!"
" Tapi Lo doyan makan sama rakus. Duplikatan marmut!"
" ihhh enggak. Beda tau!" Raya yang tak terima dengan perkataan Hito memukul pria itu dengan tas gendongnya. Tidak peduli maminya akan memarahinya, Kesabaran Raya sudah habis dan emosinya sudah tak dapat dia tahan lagi.
" Cungkring. Kurus. Peang. Kaya lidi!" Maki Raya sembari memukuli Hito.
" Apaan. Udah nggak kali. Lo tuh yang gendutt. Endut enduttt. Kaya marmut!" Hito pun tak mau kalah. Dia kembali membalas setiap perkataan Raya. Karena mereka berada di lorong arah toilet hanya sedikit orang yang ada disana membuat keduanya tidak malu untuk gelut.
" Dasar cungkring!"
"Kyaaa lepasin lepasin gue!" Raya tidak bisa berbuat apa apa saat Hito mengapit kepalanya. Rambutnya yang tergerai dan menutupi wajahnya membuat Raya melangkah asal berusaha untuk melepaskan diri.
" Cung lepasin!"
" Nggak bakal sebelum Lo ngakuin gue udah nggak cungkring lagi. Badan gue udah bagus kaya roti sobek. Mau liat lo hah?!" Setelah mengatakan itu Hito segera melepaskan Raya dari kungkungannya dan tangannya mencoba untuk membuka bajunya.
" mau ngapain lo?" Tanya Raya waspada.
" Mau buktiin sama Lo lah, Kalo badan gue udah nggak sekurus dulu." Tegasnya tepat di depan wajah Raya.
"Gila. Malu oon banyak orang." Seru Raya dengan membulatkan mata tak percaya.
" Ohh jadi maksudnya lo mau kita berdua aja, gitu?"
" E-enggak. Bukan gitu!" Raya terbata bata saat Hito mendekatinya " Cung jangan mendekat!"
" Yaudah ayo mumpung dikamar mandi. Gue buktiin sekarang."
Kyaaa
Bruuukkk
Raya berteriak menyilangkan tangan di depann wajahnya saat Hito ingin mendekatinya dan berusaha meraih tangannya. Karena Refleks Raya tak sengaja menabrak pengunjung lain dari arah belakang. Dia bergegas memutar tumitnya saat mendengar sesuatu yang jatuh. Dan benar saja ada seorang pria yang sudah tersungkur karena ulahnya.
" sorry. Sorry. Gue ngg... Dirga!" Ucap Raya saat melihat wajah si empu tubuh itu.